Pengabdian yang Total kepada Allah SWT

Isi dan gemerlapnya dunia modern sekarang kerap melenakan manusia. Karena tipuan dunia yang halus dan nyaris tak terasa itu, seseorang jadi lupa akan Tuhannya dan makna hidup yang hakiki. Hingga maut menjemputnya….

Padahal, secara jelas dan gamblang, Allah SWT menegaskan bahwa “Aku tidak menciptakan (bangsa) jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzaariyat: 56).

Untuk menjadi hamba Allah yang sejati, manusia harus menyiapkan jiwa dan raganya dengan kesungguhan, bukan main-main. Allah SWT sebagai yang diagungkan selayaknya diperlakukan dengan penuh keagungan dan kekhusyukan.

Dalam pengabdian demikian, tidak selamanya seorang itu hanya mendapati kesenangan belaka, namun juga Allah SWT mengujinya dengan hal-hal atau peristiwa yang kadang tak menyenangkannya. Menghadapi cobaan demikian, seorang hamba yang beriman tidak mudah menyerah, tak larut dalam kesedihan, apalagi putus asa.

Orang beriman yang sabar dengan ujian dan cobaan, hingga mampu melewatinya, maka Allah SWT tak menyia-nyiakan kebaikannya itu. Dia berfirman, “Tidak! Barangsiapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 112).

Kemudian, setelah melewati ujian demi ujian, sifat dan sikap orang beriman dalam hidupnya adalah melakukan pengabdian total kepada Allah SWT. Tidak setengah-setengah. Juga tidak merasa keberatan untuk menjalankannya. Selalu ikhas dan menerima aturan-aturan atau rambu-rambu yang telah ditetapkan oleh Allah SWT (yang termaktub dalam Kitab Suci Al-Quran), maupun oleh Rasulullah SAW melalui sunnah-sunnahnya.

Allah SWT menggambarkan orang yang demikian melalui firman-Nya, “Maka dmi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa: 65).

Penyerahan diri orang beriman menjadi tanda atau bukti imannya tersebut. Penyerahan diri ini tak mudah dilakukan oleh orang-orang yang masih memiliki ikatan kuat dengan kejahiliyahan dan cinta dunia. Penyerahan diri kepada-Nya lebih mudah dilakukan oleh hamba-hamba yang sudah teruji mental dan jiwanya, serta menyelami bahwa kekuatan utama itu hanya ada pada sang khaliq, Allah SWT.

Orang yang berserah diri dan tunduk juga karena ia meresapi dengan sungguh-sungguh akan bacaan sebagaimana diungkapkan dalam setiap dia mengerjakan shalat bahwa shalat, ibadah, hidup, dan matinya hanya untuk Allah SWT. Hal ini sebagaimana dituturkan Allah SWT, “Katakanlah (Muhammad), ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.” (QS. Al-An’am: 162).

Hanya dengan pengabdian yang total kepada Allahlah yang menyebabkan Dia ridha kepada hidup kita. Dan balasan untuk keridhaan-Nya tak lain kecuali surga. (w-islam.com)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>