Panduan Menjalin Pertemanan dalam Islam

Manusia sebagai makhluk sosial pastilah berinteraksi dengan sesama. Dengan bersosialisasi tersebut bisa mendapatkan kebaikan juga bisa berakibat keburukan bagi orang tersebut. Hingga kita tidak boleh salah dalam berteman. Seperti diungkapkan Rasulullah SAW, “Jika kalian ingin melihat akhlak seseorang, lihatlah akhlak teman atau sahabatnya.” Ungkapan hadits yang sederhana namun memiliki makna yang penting bagi seseorang dalam menjalani kehidupan sebagai makhluk sosial yang memiliki banyak teman dan komunitas.

Beberapa abad yang lalu Islam telah memberi panduan kepada manusia untuk menyikapi arti pertemanan dan persahabatan dengan sesama manusia. Bukan untuk memilah-milah dalam berteman, tapi sebagai sebuah pegangan dalam berkawan. Sebab, tidak semua kawan memiliki akhlak yang baik.

Bila kita tidak waspada, tentu akan berakibat fatal bagi kita. Meskipun misalnya kita adalah orang yang baik, namun akan tercemar oleh perilaku teman kita yang berakhlak buruk. Orang menilai kita sebagai sosok manusia yang buruk karena ulah teman kita, kita menjadi ikut terbawa. Alangkah ruginya kita, tidak berbuat tapi kena akibatnya. Tidak makan nangka tapi tangan kita penuh dengan getahnya.

Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh telah mengatur bagaimana adab-adab serta batasan-batasan dalam pergaulan. Pergaulan sangat mempengaruhi kehidupan seseorang. Dampak buruk akan menimpa seseorang akibat bergaul dengan teman-teman yang jelek, sebaliknya manfaat yang besar akan didapatkan dengan bergaul dengan orang-orang yang baik.

Banyak orang yang terjerumus ke dalam lubang kemakisatan dan kesesatan karena pengaruh teman bergaul yang jelek. Namun juga tidak sedikit orang yang mendapatkan hidayah dan banyak kebaikan disebabkan bergaul dengan teman-teman yang shaleh.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman, “Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalau pun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tidak sedap.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah SAW menjadikan teman sebagai patokan terhadap baik dan buruknya agama seseorang. Oleh sebab itu, Rasulullah SAW memerintahkan kepada kita agar memilih teman dalam bergaul. Rasulullah SAW bersabda,

“Agama seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Sebuah parameter dari Rasulullah SAW bagi kita untuk memandu kita dalam menentukan siapa teman yang layak menjadi sahabat. Sekali lagi bukan bertujuan negatif karena memilah-milah dalam berkawan, akan tetapi bertujuan positif guna mendapatkan akhlak yang baik yang berguna bagi diri sendiri, keluarga, dan yang lebih besar berguna bagi masyarakat dan rakyat. Anda tentu sudah tahu dalam memilah dan memilih teman yang bermanfaat dunia-akhirat atau teman yang bisa membawa mudharat di dunia juga di akhirat. Wallahu’alam bisshawab. (w-islam.com)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>