Realisasi Syahadatain
ntuk dapat merealisasikan ajaran Islam dengan benar dituntut adanya pemahaman yang benar terhadap ajaran Islam. Dewasa ini masalah besar yang sedang dihadapi oleh kaum Muslimin adalah ketidak fahaman terhadap Islam secara sebenarnnya. Hal ini terbentuk karena mereka memilih jalan sekularisme dalam pengelolaan politik kenegeraannya. Implikasi dari pilihan politik ini menempatkan agama berada di luar area publik. Agama hanya terlibat secara terbatas pada urusan kenegaraan yang bersifat seremonial dan tidak strategis. Dalam kata lain, agama ditempatkan sebagai pribadi bangsa yang tidak memiliki peran penting dalam pembentukan sebuah tata kelola negara.
Beberapa realisasi syahadat yang harus dilaksanakan dengan baik oleh orang muslim di antaranya:
Mendirikan shalat. Allah SWT berfirman, “…Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-‘Ankabût: 45)
Rasulullah SAW bersabda, “Pertama-tama amalan yang dihisab (dihitung) untuk seorang hamba pada hari kiamat (nanti) adalah shalat. Apabila shalatnya itu bagus maka baguslah amalan yang lain, dan apabila buruk maka buruk pulalah amalan yang lain.” (HR Thabrani)
Sungguh, shalat adalah kewajiban utama dan pertama di dalam Islam setelah seseorang bersyahadat. Apabila kewajiban utama dan pertama dikerjakan dengan sungguh-sungguh maka dijamin hidup seseorang akan menjadi baik. Shalat yang didirikan akan mencegah mushalli (pelaku shalat) dari segala perbuatan keji dan mungkar. Bila seseorang yang sudah shalat, namun masih melakukan perbuatan keji dan mungkar, berarti cara ia mengerjakan shalat (lahir maupun batin) masih perlu diperbaiki. Dengan demikian, shalat memang merupakan jaminan dalam penghitungan amal di Hari Perhitungan; apabila shalat seseorang baik maka semua amalnya dihitung sebagai kebaikan, demikian pula sebaliknya.
Meyakini Islam. Fungsi dari bentuk pengikraran dua kalimat syahadat adalah keyakinan teguh dalam melaksanakan agama Islam, perjanjian langsung yang bersifat implementatif untuk dilaksanakan. Berjanji, “Tidak ada Tuhan selain Allah“ adalah bentuk reaksi untuk meyakini Islam secara sempurna (kaffah) dan melaksanakan kewajiban-kewajiban yang tertera dalam Islam itu sendiri.
Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra’: 36)
Mengamalkan Islam. Keagungan dan keindahan ajaran Islam hanya akan dapat dirasakan dengan mengamalkannya, “Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)
Memperjuangkan Islam. Setelah kita yakin tentang kebenaran Islam maka tugas selanjutanya yang bersifat implementatif nyata adalah memperjuangkan Islam tersebut. Karena kebenarannya yang bersifat logis tidak tepandang hanya melalui hasil penelitian semata. Islam benar memang itu adalah nyatanya yang tidak dapat dipungkiri.
Allah SWT berfirman, “Mengapa kamu tidak mau berjuang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri yang penduduknya zalim ini dan berilah kami pelindung , dan penolong dari sisi Engkau!“ (QS. An-Nisa’: 75)
Disebutkan juga dalam ayat yang lain, “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?“ (QS. Al-Fussilat: 33)
Keluasan dan kesempurnaan makna dari kalimat tauhid yang juga terkandung dalam dua kalimat syahadat merupakan bentuk seruan yang harus di aplikasikan melalui pengamalan-pengamalan kita setiap saat tentunya. Yaitu dengan menauhidkan Allah SWT.
Sehingga refleksinya adalah keselamtan kita dari segala bentuk keraguan yang menyebabkan kita terperosok kedalam jurang kesyirikan. Dengan ucapan lafad, “Asyhadu Alla ilaha Illallah, Wa ashadu Muhammadar rasuulullah.” Aku bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah, dan bersaksi Nabi Muhammad utusan Allah
Perjanjian tersebut adalah bentuk nyata tentang kesempurnaan kedudukan manusia di dunia. Sehingga dengan kalimat itu kita telah mendapatkan sebuah pilihan yang paling benar dalam menempatkan diri kita. Karena pada hakikatnya manusia yang baik adalah mereka yang dapat menemukan kedudukan jelas dan tepat dalam menjawab seluruh pertimbangan dari segala bentuk permainan hidup. Wallahu’alam bishawab. (w-islam.com/berbagai sumber)
Leave a Reply