Ilmu, Satu Syarat Sukses Dunia-Akhirat

Ilmu adalah pilar dasar sebuah kemajuan di dalam semua aspek peradaban, tidak ada sebuah peradaban tanpa ilmu. Dengan ilmu, suatu umat atau bangsa bisa maju dan dengan akhlak sebuah bangsa bisa meraih kemuliaan dan kebesaran, seperti yang dikatakan oleh salah seorang penyair:

“Ilmu bisa mengangkat sebuah rumah yang tidak memiliki tiang penyangga, sedangkan kebodohan mampu meruntuhkan rumah-rumah kemuliaan dan keluhuran.”

Ilmu adalah kunci rahasia alam ini, dengan ilmu, seseorang yang memiliki ilmu dari Al-Kitab mampu mendatangkan singgasana Ratu Bilqis ke tanah Syam hanya dalam satu kedipan mata. Kisah tersebut bisa disimak dalam firman-Nya, “Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab, ‘Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.’ Tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata,  ‘Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Barangsiapa yang bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia.’” (QS. An-Naml: 40)

Dengan ilmu, seseorang mampu membuat sebuah onggokan besi bisa berjalan di atas muka bumi dan terbang di angkasa serta mampu menaklukkan dan memanfaatkan banyak sekali makhluk hidup dan benda-benda mati untuk kebaikan dirinya.

Jika setiap ucapan maupun tindakan didasarkan pada ilmu, pasti akan mendatangkan hasil yang diinginkan. Jika hal itu berupa sebuah solusi bagi sebuah permasalahan pemikiran, tentu akan bisa mendatangkan keyakinan dan ketenangan serta menghilangkan kesamaran dan kemusykilan dari dalam jiwa.

Ada seorang laki-laki datang menemui Rasulullah SAW sambil membawa keheranan di dalam hatinya, karena ia memiliki seorang anak yang terlahir dengan kulit hitam. Lalu Rasulullah SAW berkata kepadanya, “Apakah kamu memiliki beberapa unta?” Laki-laki tersebut menjawab, “Punya.” Lalu Rasulullah SAW berkata, “Apa warna unta-unta kamu tersebut?” Ia menjawab, “Merah.” Lalu beliau berkata, “Apakah ada yang berwarna coklat?” Ia berkata, “Ada.” Lalu beliau berkata, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Ia berkata, “Mungkin dari nenek moyangnya dahulu ada yang memiliki warna seperti itu.” Lalu beliau berkata, “Kalau begitu mungkin hal yang sama terjadi pada anakmu.”

Jika perbuatan tersebut berupa ibadah yang dilaksanakan berdasarkan ilmu tentang syarat dan rukunnya, ibadah tersebut sah dan diterima. Jika berupa pekerjaan atau profesi, jika ditekuni dengan ilmu, seseorang akan mampu meraih hasil yang terbaik dengan usaha dan biaya yang relatif kecil.

Oleh karena itu, kita melihat Rasulullah SAW ketika hendak pergi hijrah ke Madinah, beliau menyewa seorang penunjuk jalan yang bernama Abdullah bin Uraiqith ad-Daili. Ia adalah seorang penujuk jalan yang mahir dan memiliki pengalaman luas tentang berbagai jalur yang ada di gurun, sehingga dengan petunjuk Allah beliau berhasil sampai ke tujuan.

Ilmu bisa mempersingkat jalan menuju target atau tujuan yang diinginkan, bisa menekan jumlah biaya dan tenaga yang harus dikeluarkan serta menjadikan amal usaha yang dilakukan bisa diterima. Oleh karena itu, Islam mendorong umatnya untuk mencari ilmu, memuliakan orang-orang yang berilmu dan mengangkat derajat mereka. Allah SWT berfirman, “Katakanlah, ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui.  Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.’” (QS. az-Zumar: 9)

“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, ‘Berlapang-lapanglah dalam majelis, lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.’ Apabila dikatakan, ‘Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’” (QS. al-Mujaadilah: 11)

Karena para ulama adalah orang-orang yang paling paham tentang ayat-ayat Allah dan rahasia-rahasia alam ini, hingga mereka menjadi orang-orang yang paling takut kepada Allah.

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang menempuah jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan untuknya sebuah jalan ke surga.” Sabdanya lagi, “Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim.”

Ilmu terbagi menjadi dua:

1.         Ilmu yang bersifat fardhu ‘ain, yaitu ilmu yang menjadikan akidah, ibadah dan muamalah seseorang benar.

2.         Ilmu yang bersifat fardhu kifayah, jadi tidak semua orang dituntut untuk memilikinya, jika sudah ada beberapa kelompok orang yang memilikinya, itu sudah cukup. Al-Ghazali berkata, “Ilmu yang bersifat fardhu kifayah adalah setiap ilmu yang diperlukan agar berbagai urusan di dunia bisa lurus dan baik, seperti kedokteran, ilmu hitung dan ilmu tentang dasar-dasar produksi. Ada ilmu yang bukan bersifat fardhu akan tetapi bersifat fadhilah, seperti mendalami secara detail dan terperinci tentang ilmu hitung, menyelami masalah-masalah ilmu kedokteran secara terperinci dan yang lainnya yang mungkin tidak begitu dibutuhkan, akan tetapi mampu membuat kadar ilmu yang dibutuhkan semakin kuat dan mantap.”

Karena itu sangat tepat pernyataan dari Ali bin Abi Thalib mengenai ilmu. Ia lebih memilih ilmu daripada harta karena ilmulah yang menjaga kita, sedangkan harta, justru kita yang harus menjaganya. Sungguh repot kalau demikian. Sebab itu, Anda yang ingin sukses di dunia dan akhirat, jadilah pencari ilmu, raihlah ilmu sebanyak-banyaknya niscaya hidup Anda akan berkah. Wallahu’alam. (w-islam.com)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>