Jerman Hadapi Persoalan Atas Bayi yang Tak Dikehendaki Ibunya
“Tempat penampungan bayi” di Jerman, yang di situ para wanita dapat dengan aman meninggalkan bayi yang tidak diinginkannya, akan menghadapi aturan hukum baru, setelah pemerintah mendorong satu undang-undang yang menjamin hak anak mengetahui identitas ibunya di kemudian hari.
Satu klinik di Berlin, yang untuk menuju ke tempat ini melewati jalan rahasia, melewati kawasan berbunga saat musim semi, merupakan pertanda bagi pengunjung untuk ke tempat “Penampungan Bayi”. Di tempat itu bayi-bayi ditinggalkan ibunya.
“Alarm akan berbunyi selama beberapa detik,” kata Gabriele Stangl dari Gereja Protestan yang mengelola rumah sakit Waldfriede, di Distrik Zehlendorf. “Dibutuhkan hanya dua sampai tiga menit bagi perawat untuk datang dan mengambil bayi, waktu yang cukup agar si bayi segera hilang dari pandangan sang ibu.”
Dalam 13 tahun sejak klinik melaksanakan kegiatan penampungan — di Jerman dikenal sebagai “Babyklappe”– alarm telah terdengar lebih dari 20 kali, terutama akhir-akhir ini.
“Selama dua tahun kami tidak memiliki apapun (tidak ada bayi yang ditinggalkan), dan selama enam bulan terakhir kami memiliki dua dalam lima hari,” kata Stangl pada AFP, sebagaimana dimuat The Straits Times, Minggu (2/6/2013) .
Bayi-bayi itu umumnya berusia antara 24 dan 30 jam dan dirawat oleh rumah sakit. Mereka diberikan kepada keluarga yang mengadopsinya, kecuali ibu kandungnya berubah pikiran dalam delapan minggu pertama.
Jerman memiliki sekitar 100 tempat penampungan bayi, di bawah aturan yang telah ada di Eropa sejak abad pertengahan dan hingga akhir abad ke-19. Aktivitas ini diperkenalkan kembali sejak 14 tahun lalu di Jerman, dan telah ditiru oleh negara-negara lain, mulai dari Belgia sampai Jepang.
Tujuan utama dari penampungan bayi ini untuk memberikan alternatif bagi para ibu yang berputus asa, yang biasanya terjadi pembunuhan terhadap bayi atau meninggalkannya di suatu tempat yang dapat menyebabkan sang bayi meninggal.
Kegiatan ini dilakukan oleh oleh gereja-gereja di Jerman, tetapi tidak ada payung hukum yang dapat digunakan sebagai landasannya. Sejauh ini kegiatan ini masih kontroversial.
PBB tahun lalu mengutuk langkah-langkah yang menghindari hak anak mengetahui asal-usulnya. Para penentang kegiatan penampungan bayi juga berpendapat, sejauh ini jumlah bayi baru lahir yang dibunuh setiap tahun di Jerman tidak juga turun.
Menurut organisasi non-pemerintah Terre des Hommes, yang berkampanye melawan tempat penampungan bayi, 313 bayi baru lahir ditemukan tewas di Jerman antara tahun 1999 sampai akhir tahun lalu.
Baru-baru ini di Berlin ditemukan dua mayat bayi –salah satu ditinggalkan dalam kantong plastik di daerah hutan dan yang lain di tempat daur ulang sampah pakaian.
Terre des Hommes berpendapat, para wanita terdorong membunuh bayinya saat lahir umumnya karena mengalami kondisi psikologis yang begitu parah sehingga mereka tidak mungkin untuk mencari dan menemukan tempat penampungan bayi.
Dalam menghadapi kecaman PBB serta kritik dari komite etika Jerman, pemerintah Kanselir Angela Merkel telah mengadopsi rancangan undang-undang untuk mencari solusi lain.
Idenya adalah bagaimana seorang wanita melahirkan tanpa publik mengetahui identitasnya. Saat ini sekitar 130 rumah sakit di Jerman sudah berlatih untuk melaksanakannya, walaupun hukum menetapkan bahwa bidan harus mendaftarkan nama ibu.
RUU baru itu, yang masih dalam proses pemungutan suara oleh anggota parlemen, akan memberikan kerangka hukum untuk menjamin kelahiran rahasia.
Namun, data pribadi ibu akan disimpan selama 16 tahun. Setelah itu anak akan memiliki hak untuk informasi, yang oleh psikolog hal itu dianggap penting bagi kesejahteraan emosional sang anak.
Anggota parlemen dari Konservatif Ingrid Fischbach mengatakan, dia yakin undang-undang baru memperhitungkan “keinginan ibu untuk anonimitas dan hak anak untuk mengetahui asal-usulnya”.
Tapi pendukung penampungan bayi memiliki pandangan berbeda. “Saya percaya hak untuk hidup lebih diprioritaskan daripada hak untuk mengetahui dari mana Anda berasal,” kata Stangl.
“Saya tidak sependapat seorang anak akan jatuh ke lubang psikologis hanya karena tidak tahu dari mana asalnya. Ketika tumbuh dalam satu keluarga angkat yang memberitahukan keadaannya dan memberikan banyak cinta, dapat menjadi manusia sangat stabil ini, meskipun tidak semuanya.” (sumber: hidayatullah.com/3/6/2013)
One Response to Jerman Hadapi Persoalan Atas Bayi yang Tak Dikehendaki Ibunya
Leave a Reply Cancel reply
Indeks Kabar
- India Diberondong Petir dan Badai Debu, Seratusan Orang Tewas
- Al-Azhar dan Mesir Mercusuar Ilmu dan Peradaban Islam
- Islamofobia: Mahasiswi Muslim di New York jadi Korban Penyiraman Air Keras
- Muslim Cinta Jakarta: Umat Islam Harus Bersatu dalam Pilkada DKI
- Hampir Seribu Kejahatan Anti-Muslim Terjadi di Jerman pada 2017
- MUI Sayangkan Respons Dunia Terkait Nasib Muslim Rohingya
- Mahasiswi Kedokteran Saudi Jadi Korban Penikaman di New Jersey
- Kenali Istilah Lain Dari Babi di Sekitar Kita
- Ini Temuan KontraS Soal Dugaan Pelanggaran Densus pada Kasus Siyono
- Wali Kota Bandung Minta Waktu Seminggu Selesaikan Masalah IMB Gereja Rehoboth
-
Indeks Terbaru
- Kemenlu Rusia Kutuk Swedia Izinkan Politikus Denmark Bakar Alquran di Stockholm
- Trudi Best Jadi Mualaf karena Takjub Lihat Muslim Melakukan Sesuatu karena Allah
- Hidayah adalah Misteri, Dunia Clubbing Pintu Masuk Mualaf Ameena Bersyahadat
- Eks Marinir yang Berniat Mengebom Masjid Tak Kuasa Bendung Hidayah, Ia pun Bersyahadat
- Pemerintah Afghanistan Tak Pernah Larang Pendidikan untuk Perempuan
- Mantan Ateis Asal Prancis Masuk Islam di Qatar, Kehangatan Muslim Kuatkan Keputusannya
- Jenazah Tertukar, RS di Jerman Justru Kremasi Muslim
- Pernah Benci Islam hingga Pukul Seorang Muslim, Mualaf Eduardo Akhirnya Bersyahadat
- Dulu Anggap Islam Agama Alien, Ini yang Yakinkan Mualaf Chris Skellorn Malah Bersyahadat
- Marine El Himer, Sang Model Prancis yang Masuk Islam
Bila baca cerita nie… saya terkejut gak… apa pun saya setuju dengan awak… post nih akan di share di fb.. thanks for this info..