Psikolog: Pemerintah masih Abai kasus Pornografi

Menurut temuan, semua hal bisa menjadi pintu masuk anak mengenal pornografi, karena saat ini baik komik, film kartun hingga game sudah diselipi konten porno

Perkembangan teknologi informasi dan digital  selain berdampak positif yakni mempermudah pekerjaan dan urusan juga mengandung banyak dampak negatif.

“Salah satu dampak negatifnya adalah anak-anak menjadi mudah mengakses pornografi, informasi menyesatkan, menjadi korban kejahatan hingga kecanduan game. Terkadang anak mendapatkannya dengan disengaja maupun tidak,”ungkap psikolog Elly Risman, Direktur pelaksana Yayasan Kita dan Buah Hati dalam sebuah seminar di Bandung, Sabtu (12/04/2014) kemarin.

Elly menjelaskan dalam era digital saat ini anak menjadi korban terbesar dan sasaran utama industri pornografi.

Berdasarkan hasil penelitiannya industri pornografi yang ditujukan pada anak tidak lagi sebatas film dan tulisan saja. Namun sudah menjelma dalam berbabagai bentuk dari film kartun, komik, game hingga tayangan sinetron.

Dalam berbagai kasus pelecehan seksual,tambahnya,baik pelaku maupun korbannya masih kategori anak di bawah umur sebagian besar dipicu atau terinspirasi dari film atau gambar yang diakses dari situs porno.

Ia sendiri menilai kasus-kasus tersebut tidak bisa lagi dikategorikan sebagai bentuk atau perialaku kenakalan namun sudah masuk kejahatan.

Jika dibiarkan,sambungnya, anak yang sering mengakses dan menikmati pornografi bisa menjadi pecandu hingga pelanggan pornografi seumur hidup. Sayangnya dunia belum mengakui bahwa kecanduan pornografi adalah suatu penyakit. Padahal bahayanya dan dampaknya dalam masyarakat jauh lebih besar daripada penyakit lain.

“Menurut hasil penelitian Mark Kastleman dari Amerika bahwa pornografi menyebabkan kerusakan otak yang permanen, rusaknya sama dengan yang kecelakaan mobil. Selain itu pornografi akan merusak tatanan sosial yakni praktek incest (hubungan sedarah) dan dengan binatang. Ini kasusnya sudah banyak ayah dengan anaknya sendiri, kakak dengan adiknya sendiri, paman dengan keponakannya sendiri dan sebagainya,”ujarnya.

Sayang, lanjutnya, hingga saat ini pemerintah sendiri masih abai dan belum mengakui bahwa kecanduan pornografi adalah suatu penyakit. Padahal akunya, lembaga dipimpinya dan beberapa LSM lain telah telah menyampaikan hal tersebut kepada pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sejak lima tahun lalu. Namun hingga saat ini tidak ada tanggapan dan tindakan pencegahan,bahkan terkesan seolah membiarkan dengan adanya insiden pembagian kondom gratis.

Untuk itu Elly dalam seminar bertema “Mendidik Anak Di Era Digital” yang diselenggarakan Komunitas Abah Ambu tersebut mengajak para orangtua untuk menyadari bahaya pornografi terhadap anak sejak dini.

Menurutnya langkah awal yang bisa dilakukan para orangtua untuk mendeteksi apakah anak sudah terkena pornografi adalah mengecek riwayat koneksi internet yang pernah dibuka anak.

Selain itu orangtua juga harus memperhatikan komik bacaan anak dan mengenali game yang dimainkan anak.

Sebab menurut temuannya semua itu bisa menjadi pintu masuk anak mengenal pornografi, karena saat ini baik komik,film kartun hingga game sudah diselipi konten porno.

Sementara langkah yang dapat dilakukan orangtua sebagai terapi bagi anak yang sudah terkena atau kecanduan pornografi adalah bersikap tenang dan menghindari tindakan memarahi anak dan jangan bersikap panik. Selain itu orangtua harus menerima kenyataan yang telah terjadi,memaafkan kesalahan anak yang disebabkan kesalahan orang tua juga dalam mengawasi,mengasuh dan mendidik anak. Melakukan taubat dan memohon ampun kepada Allah Ta’ala,bermusyawarah dengan pasangan dan memperbaiki pola kepengasuhan anak. (sumber: hidayatullah.com/13/4/2014)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>