Kisah Mualaf Keturunan Tionghoa yang Dikucilkan Keluarga

Sebagai keturunan etnis Tionghoa, Annisa Muslimah (30 tahun), merasa semua yang dijalankannya sebagai seorang penganut Buddha lebih berupa doktrin dan tradisi. Perempuan asal Surabaya ini juga sempat diajak ke gereja oleh sepupunya. Kedua ajaran itu tidak membuat hatinya merasakan apa-apa soal ketuhanan.

Ketertarikan dengan Islam sudah dimulai sejak ibunya meninggal dunia saat Annisa berusia 7 tahun. Tinggal bersama pembantu rumah tangga, ia kerap memerhatikannya shalat. Ketertarikan itu terus berlanjut hingga SMA.

Ia lebih dekat dengan teman-teman Muslim dibandinkan teman-teman agama lain yang mendominasi masa sekolahnya. Suara adzan di televisi juga memberi ketenangan pada hatinya. Pada 2002, melalui percakapan internet, secara acak ia bertemu seorang teman yang mengenalkan Islam padanya.

Percakapan internet berlanjut menjadi diskusi seputar Islam via telepon. Sampai akhirnya Annisa bersyahadat melalui telepon. Meski awalnya sembunyi-sembunyi, Ayah Annisa merelakan keislaman putri tunggalnya itu meski tak semua sanak keluarga bisa menerima.

Tekanan dari orang-orang terdekat membuat Annisa kesulitan mempelajari Islam di Surabaya. Hingga akhirnya pada 2005 ia kabur ke Jakarta demi menyelamatkan keimanannya. Di Jakarta, ia mempelajari Islam dengan sungguh-sungguh.

Hatinya yang kosong karena doktrin-doktrin agama yang sebelumnya dianut, kini ia telah terisi dengan kedamaian dalam mempelajari Islam. Meski keluarganya, selain ayah Annisa, belum dapat menerimanya, ia tetap berdoa suatu saat ada hidayah yang juga menyentuh keluarganya. Amin. (sumber: ROL/23/5/2014)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>