Kisah-kisah yang Penuh Hikmah

Buku ini berisi kisah-kisah yang dialami oleh penulisnya sendiri. Penulisnya tidak lain adalah seorang dokter spesialis bedah dan jantung di sebuah rumah sakit di Riyadh, Saudi Arabia.
Terdapat puluhan kisah riil yang sarat dengan hikmah (pelajaran), yang bisa kita ambil dalam kehidupan sehari-hari. Kisah-kisah yang diketengahkan tersebut benar-benar akan membuat kita jadi merenung dan segera introspeksi diri kita karena kita jadi merasa lebih dekat dan mengenal Allah SWT.
Salah satu kisah yang menyentuh itu adalah tentang keyakinan bahwa Allah Ta’ala-lah Yang Menyembuhkan. Diceritakan saat penulis berkunjung ke Maroko untuk melakukan kegiatan amal charity yakni pengobatan, operasi jantung, secara cuma-cuma yang dikhususkan bagi kaum dhuafa.
Penulis ditemani oleh seorang asisten sekaligus penerjemah, dr. Muhsin Ubaidillah. Salah pasien yang datang terdapat seseorang yang telah berusia 40 tahun. Tiap melangkah dua kali ia berhenti demi menghela nafas. Perutnya membuncit karena busung, kedua kakinya telah membengkak akibat kondisi jantung yang lemah, urat-urat nadi di lututnya telah membesar, serta wajahnya menyiratkan rasa sakit dan penderitaan.
Karena kondisinya yang memprihatinkan itu, penulis menyarankan pada dr Muhsin agar tidak melakukan tindakan operasi. Mungkin di antara pasien yang lain masih ada yang jadi prioritas, pikirnya. Rupanya pasien tersebut mengerti apa yang tadi dipesankan. Orang tadi pun menyahut, “Ingat apa yang dikatakan oleh Tuhan-ku, bukankah Dia telah berfirman, ‘Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.” (QS. As-Syuara': 80).
Dalam hal ini saya (pasien) sangat yakin bahwa dengan izin Allah saya akan sembuh. Wahai dokter, Anda hanya perantara saja atas kesembuhan saya ini, maka operasilah saya, karena sesungguhnya Allah-lah yang akan menyembuhkan saya.”
Dr. Khalid pun mencoba memberikan penjelasan dengan lemah lembut kepadanya. Namun, ia tetap bersikeras minta untuk dioperasi. Maka akhirnya sang dokter bedah menjawab, “Insya allah, tidak akan terjadi kecuali yang terbaik.”
Tak lama kemudian dr Khalid melihatnya bertayammum, lalu mendirikan shalat zhuhur, hingga timbul pertanyaan, “Kenapa tidak berwudhu?” Ia menjawab, “Saya tidak bisa, bahkan untuk melaksanakan shalat sambil berdiri pun saya tidak mampu.”
Mendengar penjelasan itu, dr. Khalid hampir berubah pendirian untuk segera mengoperasinya. Akan tetapi kemudian dia teringat bahwa kedatangannya ke sini (Maroko) dengan perbekalan yang minim dan harus disalurkan kepada mereka-mereka yang diperkirakan akan mendapatkan hasil dari operasi ini dengan izin Allah.
Pada saat dirinya mulai melakukan operasi kepada para pasien, orang tadi dua kali datang kembali, namun ia ditolak oleh dr. Muhsin. Pada minggu terakhir dari masa tugas di sana, dr. Dzafir al Khudhairi, ahli anestesi (pembiusan) harus meninggalkan dr Khalid untuk urusan yang penting, yang mana mereka sudah sepakat bahwa operasi untuk kondisi seperti orang ini tidak mungkin untuk dilaksanakan di sini. Dan beliau telah menolak untuk melaksanakan anestesi terhadap seseorang yang kondisinya lebih bagus daripada orang ini.
Setelah dr. Dzafir pergi, pada minggu terakhir ini posisi anestesi digantikan oleh dr. Musthafa al Sabit, beliau adalah seorang dokter yang cukup terkenal dan berjiwa militer.
Pada minggu ini pula dr. Muhsin harus beristirahat dua hari karena sakit. Orang tersebut datang ke rumah sakit lagi dan kemudian dr. Ilmi yang tidak tahu duduk permasalahannya memasukkan orang tersebut ke dalam daftar tunggu pasien operasi.
Sebagaimana biasanya dr Khalid selalu memeriksa pasien yang akan menjalani operasi pada malam hari sebelum tiba hari pelaksanaan operasi. Namun, tepat pada malam hari tersebut dirinya diundang untuk makan malam di kota al Ribath yang memakan waktu sekitar satu setengah jam perjalanan dengan mobil dari al Dar al Abhyadh, sehingga dia pulang larut malam dan malas untuk pergi memeriksa pasien yang akan dioperasi esok hari. Dia pun berkata kepada diri sendiri, “Insya Allah besok aku akan berangkat pagi-pagi untuk memeriksa pasien yang akan dioperasi.”
Akan tetapi apa yang terjadi? Allah takdirkan ia bangun kesiangan, pada jam setengah sembilan. Maka dengan tergesa-gesa ia berangkat ke rumah sakit. Sesampainya di sana ternyata pasien tersebut telah siap. Sekilas dia memeriksa laporan dan tidak menelitinya dengan cermat. Pada saat itu dia hanya konsentrasi pada hal-hal yang perlu dilaksanakan terhadap pasien, yakni membenahi tiga titik katup.
Operasi pun dimulai dan berjalan sesuai dengan rencana, sementara pasiennya dalam kondisi yang sangat stabil dan tenang.
Dr Khalid lalu menuju ke ruang staf bagian jantung, kemudian pergi beberapa saat untuk memenuhi keperluan dan kembali ke rumah sakit untuk melihat pasien-pasien yang telah dioperasi hari itu, dilanjutkan dengan memeriksa pasien-pasien yang akan menjalani operasi esok hari.
Tiba-tiba dr. Muhsin mengajaknya menuju ke bangsal pemulihan sambil berkata, “Mari, kita lihat salah seorang pasien.” Di sana saya mendapati orang yang kondisinya sangat mengkhawatirkan itu tengah duduk di atas bangsal pemulihan dalam keadaan yang sangat stabil tanpa alat bantu pernafasan karena telah dilepaskan darinya.
Sesaat setelah melihat dr Khalid yang datang, ia segera membaca firman Allah, “Dan apabila aku sakit, Dia-lah Yang Menyembuhkan aku.” (QS. As Syuara': 80).
Lalu berkata, “Bukankah aku telah mengatakan kepadamu wahai dokter, sesungguhnya Tuhan-ku akan menyembuhkanku, sedangkan Anda tidak lain hanyalah perantara.”
Dr Khalid pun terpana dan bertanya kepada dr. Muhsin, “Bagaimana pasien ini bisa masuk?” Maka beliau mengisahkan jalan ceritanya yang memang tidak ia ketahui sebelumnya. Dr. Muhsin berkata, “Ketika saya absen karena sakit kemarin, orang ini mendatangi dr. Ilmi, maka beliau memasukkannya ke dalam daftar pasien yang menjalani operasi hari ini, karena beliau mengira Anda telah menyetujui orang ini untuk masuk ke ruang operasi.
Dan pagi ini ketika saya tiba di ruang operasi saya dikejutkan oleh keberadaan pasien ini di sana, maka saya jelaskan kepada dr. Mushthafa al Sabit -ahli anestesi- bahwa Anda (dr Khalid) tidak bersedia untuk melakukan operasi atas pasien ini berdasarkan pertimbangan resikonya. Orang ini menangis dan memohon kepada dr. Mushthafa, ia terus merengek hingga akhirnya dr. Mushthafa menyerah dan melakukan pembiusan terhadap pasien ini.
Beliau diingatkan kembali bahwa Anda (dr. Khalid penulis buku ini) tidak bersedia melakukan operasi apapun terhadap orang ini, akan tetapi dr. Mushthafa bersikeras bahwa beliau yang bertanggung jawab dan beliau akan menjelaskannya kepada Anda, begitulah kisahnya.”
Seminggu kemudian pasien tersebut telah keluar dari rumah sakit dan tiga bulan kemudian kembali melakukan aktifitasnya yang telah ia tinggalkan sejak dua tahun yang lalu.
Hal inilah yang membuat dr Khalid menasihati pembacanya, dengan pesan: “Saudara saudariku sekalian, sesungguhnya orang ini telah menyerahkan dirinya dan bertawakal sepenuhnya kepada Allah, maka Allah Ta’ala memberinya kesabaran dan keyakinan akan datangnya kesembuhan, karena itu ia memaksakan diri untuk menjalani operasi dengan penuh keyakinan bahwa Allah Yang Maha Pemberi dan Maha Mulia akan menyembuhkannya, Allah Ta’ala berfirman, “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (QS. Ath Thalaq: 2-3).
Kejadian ini merupakan bukti nyata bahwa, jika Allah Ta’ala menakdirkan sesuatu, maka Allah Ta’ala akan memudahkan jalan untuk ke sana, memberikan sarana pendukungnya dan hal itu harus dan pasti terjadi. Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguh-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia.” (QS. Yasin: 82).
Dalam kejadian di atas Allah Ta’ala menyingkirkan semua dokter yang menjadi penghalang terjadinya proses operasi, Mahasuci Allah. (w-islam.com)
Judul : Kesaksian Seorang Dokter
Penulis : dr. Khalid bin Abdul Aziz al Jubair, SpJP
Penerbit: Darus Sunnah
Tebal : 176 halaman


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>