ITJ Buka Sekolah Pemikiran Islam

Belum lama ini, gerakan IndonesiaTanpaJIL (ITJ) membuka pendafataran Sekolah Pemikiran Islam (SPI) untuk angkatan pertama.
Pendiri ITJ, Akmal Sjafril, mengungkapkan SPI ini berawal dari evaluasi berkelanjutan yang dilakukan ITJ setelah dua tahun berkiprah menggelar kajian-kajian dan workshop seputar pemikiran Islam dan bahaya pemikiran Islam liberal di berbagai daerah.

“Kajian singkat dan workshop memang terbukti ampuh untuk membangkitkan kewaspadaan masyarakat dan memberikan imunitas pemikiran pada pesertanya. Meski demikian, keduanya belum mampu memenuhi kebutuhan lain yang juga tidak kalah mendesaknya, yaitu melakukan kaderasisasi terarah sehingga menghasilkan para aktivis dakwah yang mumpuni dan siap terjun ke dalam kancah perang pemikiran (ghazwul fikri)”, ungkapnya dalam rilis berita IndonesiaTanpaJIL yang diterima hidayatullah.com, Sabtu (16/08/2014).
Kasus seminar bertajuk “LGBT dalam Perspektif Sosiologi” di kampus Universitas Negeri Jakarta (UNJ) belum lama ini menunjukkan bahwa perang pemikiran begitu nyata dan gencar terjadi di kampus-kampus perguruan tinggi. Sementara itu, banyak aktivis dakwah kampus belum menguasai peta permasalahan dari berbagai wacana perang pemikiran yang terus berkembang liar.
“Menyikapi keadaan ini, berdasarkan masukan dari para mahasiswa – terutama para aktivis dakwah dari UNJ – kami menyimpulkan, bahwa setiap lembaga dakwah berbasis kampus dan kemahasiswaan memerlukan kader-kader spesialis di bidang pemikiran Islam”, terang Master Pendidikan Islam, Universitas Ibn Khaldun ini.
Menurutnya, dalam agenda besar membangkitkan kejayaan peradaban Islam, tradisi ilmunyalah yang mesti dikembalikan. Para pemuda yang menempati posisi sentral mesti mengembalikan tradisi ilmu tersebut, karena di tangan merekalah bertumpu harapan umat.
“Untuk merespon ekspektasi yang besar ini, ITJ berinisiatif menyusun perkuliahan selama satu semester (tiga bulan) dalam program SPI.
Sebagai Ketua Panitia SPI (yang kerap kami sebut sebagai ‘Kepsek SPI’) kali ini, akhirnya kami memilih Muhammad Irfan Nail yang merupakan aktivis ITJ asal Bekasi”, tutur Laki-laki berdarah Minang ini.
Perkuliahan SPI ini akan digelar pada bulan September hingga November 2014, bertempat di Aula Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS), di bilangan Kalibata, Jakarta.
“Karena terbatasnya tempat, untuk SPI angkatan pertama ini, kuota yang ditetapkan adalah 75 orang peserta. Undangan diberikan secara tertutup kepada 11 (sebelas) lembaga dakwah berbasis kampus dan kemahasiswaan dan 5 (lima) chapter ITJ di sekitar Jabodetabek. Meski demikian, sudah banyak yang menyatakan harapannya agar SPI juga digelar di kota-kota lain, dan juga diperuntukkan bagi lapisan masyarakat lainnya seperti kelas umum dan pelajar”, terangnya.
Materi yang diberikan dalam SPI sangat bervariasi, mulai dari pengenalan hakikat perang pemikiran, the worldview of Islam, konsep diin, hingga wacana-wacana yang ramai dibicarakan orang saat ini seperti konsep gender, pluralisme agama, Syi’ah, dan tentu saja Islam liberal.
“Di luar perkuliahan yang digelar sekali sepekan sebanyak 12 pertemuan, ada juga Studium Generale (SG) yang sedianya akan dilaksanakan sebanyak empat kali. Berbeda dengan perkuliahan yang dilakukan secara tertutup, SG akan digelar terbuka untuk umum,” pungkasnya.
Menurut jadwal, SPI akan dibuka secara resmi dengan dilaksanakannya SG yang pertama pada hari Ahad, 7 September 2014, dengan menghadirkan dua orang narasumber yang ahli dalam bidang Sirah Nabawiyah, yaitu Asep Sobari, Lc dan Hilman Rosyad, Lc.
Setelah itu, perkuliahan akan digelar setiap hari Kamis malam di Aula INSISTS. (sumber: hidayatullah/16/8/2014)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>