Revisi Ajaran Gereja, Vatikan Toleransi Homo dan Perceraian
Pusat kekatolikan sedunia, Vatikan secara resmi mengeluarkan kebijakan baru agar gereja di seluruh dunia memberi toleransi bagi para kaum homoseksual dan perceraian. Sikap ini diputuskan Vatikan melalui pertemuan sinode 2014 bersama para uskup Katolik dari seluruh dunia sepekan lalu.
Kebijakan tertulis ini tidak bertujuan untuk merevisi doktrin mendasar gereja Katolik yang sebelumnya menolak pernikahan sesama jenis ataupun perceraian.
Seperti dilansir Reuters.com, Vatikan memandang penting bila umat Katolik melihat aspek-aspek positif kaum homoseksual dan memberlakukan mereka secara sederajat. Begitu pula dengan pasangan bercerai dan kumpul kebo agar tak sampai mengecam mereka.
John Thavis, penulis buku “The Vatican Diaries” pada 2013 lalu menilai kebijakan itu sebagai gebrakan besar sikap gereja terhadap kaum homo.
“Dokumen (kebijakan) jelas mencerminkan keinginan Paus Fransiskus untuk mengadopsi pendekatan pastoral yang lebih berbelas kasih terhadap isu-isu pernikahan dan keluarga,” katanya.
Meski begitu, kebijakan yang tertulis dalam dokumen berjudul “Relatio Post Disceptationem” ini memicu penolakan dari 41 pemuka agama Katolik. Pasalnya, selama berabad-abad gereja telah mengecam keberadaan kaum homoseksual lantaran bertentangan dengan doktrin gereja.
Demikian pula penolakan terhadap perceraian dalam pernikahan yang sangat dilarang keras lantaran pernikahan dipandang sebagai ikatan suci yang tak dapat dipisahkan.
Namun kebijakan itu masih tetap bisa direvisi bila ditemukan berbagai isu yang perlu diperbaiki secara teknis. Seperti isu penting terkait keputusan memberi pelayanan sakramen ekaristi bagi yang bercerai. Kesempatan menggodok isi kebijakan dapat dilakukan sebelum Sinode Kedua di Ibu Kota Roma, Italia yang digelar Oktober 2015 nanti.
Perkara pernikahan sesama jenis dan perceraian memang sudah menjadi perkara dilematis yang harus dihadapi oleh gereja belakangan waktu ini. Bila di satu sisi gereja dihimbau untuk tetap toleransi kepada kaum homoseksual ataupun perceraian, maka di sisi lain firman Tuhan jelas menentang kedua hal itu. Meski begitu, gereja diharap tetap menjalankan fungsinya untuk melayani setiap jemaat yang secara pribadi memiliki persoalan orientasi seksual serta yang keliru akan tujuan pernikahan. (sumber: hidayatullah/15/10/2014)
Naskah Terkait Sebelumnya :
- Gereja Terbesar Di dunia, Terbengkalai Selama 25 Tahun
- Komite PBB Akan Periksa Pejabat Vatikan Atas Kekerasan Seksual Anak
- PBB Kecam Kebijakan Vatikan yang Memungkinkan Pastor Memperkosa
- Terlibat kasus Pedofilia, Eks Dubes Vatikan Dipecat
- Vatikan Bentuk Komisi Perlindungan Anak dari Kejahatan Seksual di Gereja
Indeks Kabar
- Ketum DPP IMM Pimpin Sidang Kongres Pemuda OIC di Turki
- Prancis Tutup Satu Masjid Lagi, Alasannya Memperbolehkan Jihad Kekerasan
- 250.000 Al-Quran Disebarkan dalam Piala Dunia di Brasil
- Pencabutan Larangan Bercadar Disambut Positif
- Yusuf Mansur: Pakai Atribut Natalan Bukan Bentuk Toleransi
- PM Ceko Prediksi Muslim Jadi Mayoritas di Belanda dan Swedia
- PBNU: NU dan FPI Punya Kesamaan Pandangan Menguatkan Ekonomi Warga
- Pasca 11 September Muslim Amerika Dituntut Jelaskan Islam yang Sebenarnya
- Pengalaman Bagi Hewan Qurban di Pedalaman, Disambut Gembira Pendeta
- Anak-anak Korban Terbesar Konflik Suriah
-
Indeks Terbaru
- Kejahatan Perang Israel Diadukan ke ICC
- Pernah Rasakan Genocida, Ribuan Warga Bosnia Demo untuk Gencatan Senjata di Gaza
- Pasukan Zionis Gempur Area RS Indonesia di Gaza
- Kritik Erdogan: Barat Lantang Bela Korban Charlie Hebdo, Tapi Diam Sikapi Genosida Gaza
- Halangi Bantuan ke Gaza Bisa Dituntut Pengadilan Internasional
- Pendukung Celtic tak Gentar, Tetap Kibarkan Bendera Palestina Saat Laga Liga Champions
- Islam Menjadikan Saya ‘Yahudi’ yang Lebih Baik
- Jerman Kritik Netanyahu Terkait Peta Timur Tengah tanpa Palestina
- Heboh Xi Jinping Buat Al-Quran Versi China, Seperti Apa?
- Seorang Ibu Tunaikan Nazar Jalan Kaki Lamongan – Tuban setelah Anaknya Tuntas Hafal Al-Quran
Leave a Reply