Sosialisasikan Muslim Tak Pakai Atribut Natal, Anggota JAS Malah Ditangkap
Sekitar 12 orang anggota Jamaah Ansharusyariah (JAS) Mojokerto ditangkap aparat kepolisiandan digiring ke Mapolresta Mojokerto karena hendak membagikan selebaran berisi larangan umat Islam ikut merayakan Natal.
Menurut JAS, mengucapkan ‘Selamat Natal’ juga mengenakan atribut Natal seperti pakaian Santa adalah sesuatu yang dilarang dalam Islam.
Karenanya, belasan anggota Jamaah Ansharusyariah Mudiriyah Mojokerto melakukan sosialisasi hal tersebut kepada masyarakat pada Rabu (17/12/2014) lalu.
Mereka melakukan sosialisasi di pusat pertokoan di Jalan Mojopahit dan perempatan Jalan Empunala dengan membentangkan spanduk larangan untuk umat Islam mengucapkan selamat natal dan membagikan selebaran yang berisi dalil-dalil syar’I terkait pelarangan tersebut, sebagaimana hal serupa yang telah dihimbau oleh ulama dan ormas Islam lain. Namun, aksi damai tersebut direspon berlebihan oleh aparat kepolisian. Di perempatan Jalan Empunala, peserta aksi didatangi aparat kepolisian dan Satpol PP dan diminta untuk menyampaikan aspirasinya melalui pihak kepolisian.
“Kita giring ke Mapolres karena biar tidak menjadi perhatian masyarakat, daripada seperti itu lebih baik melalui kita saja yang menginformasikan kepada masyarakat. Kita komunikasikan melalui MUI (Majelis Ulama Indonesia) maupun FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama),” kata Kapolres Mojokerto Kota, AKBP Wiji Suwartini dikutip detikcom, Rabu (17/12/2014).
Polisi sempat akan menyita selebaran, spanduk dan beberapa bukti aksi namun ditolak anggota JAS. “Ikhwan kami di Mojokerto langsung diminta ke kantor Polres. Kita akhirnya jelaskan agenda kita, misi kita, kita jelaskan semua. Udah beres semua gak ada pelarangan dan tidak seperti yang mereka beritakan,” ujar Hamzah dalam rilinya kepada hidayatullah.com hari Kamis (18/12/2014).
Seperti diketahui aksi yang digelar JAS Jawa Timur dilakukan serentak di 5 kota; Surabaya, Malang, Mojokerto, Blitar dan Jember. Di Surabaya, Ansharusyariah mendatangi Pasar Kapayan, Pasar Atom dan ITC Mega Grosir.
Aksi yang sama digelar Ansharusyariah Malang dan Blitar. Mereka membentangkan spanduk haramnya seorang Muslim mengucapkan ‘Selamat Natal’. “Aksi ini memang sudah kita rencanakan beberapa minggu yang lalu. Namun karena agenda kita banyak, jadi baru terlaksana tanggal tujuh belas ini,” tutur Ustadz Hamzah.
JAS mengaku akan kembali mendatangi pusat-pusat perbelanjaan di kota-kota tersebut jika masih ada karyawan Muslim menggunakan atribut Natal. (hidayatullah/19/112/2014)
Naskah Terkait Sebelumnya :
- Perayaan Natal adalah Bid’ah dalam Agama Kristen
- Karyawan Muslim Wajib Tolak Jika Tidak Ada Perjanjian Gunakan Atribut Natal
- Mengaku Kecolongan, Turis Asing Sumbang Paket Natal Sebuah Pesantren di Bali
- Serang Toko Milik Umat Islam, Dua Warga Buddha Myanmar Ditangkap
- Yusuf Mansur: Pakai Atribut Natalan Bukan Bentuk Toleransi
Indeks Kabar
- Pengurus Masjid Kampung Luar Batang: Jangan Jadikan Kami Warga Kelas Tiga
- Apotek di Seluruh Turki Bagikan 40 Juta Masker pada Warganya secara Gratis
- Presiden Jokowi Minta Para Menteri Memantau Pergerakan Gafatar
- Cita-Cita Warga Indonesia Memiliki Masjid di London
- Uskup Agung Yunani Menghina Islam, Bilang Islam Bukan Agama
- Pendeta Katolik Roma Meminta Maaf karena Sebut Islam ‘Ancaman Terbesar’ bagi AS
- ICMI Ingatkan Ajakan Memilih Pemimpin Muslim Bukan SARA
- Beragam Simbol Islam Bermunculan di Eropa
- Para Penghafal Alquran yang tak Tersentuh Tsunami
- OKI Perkuat Kerjasama, Selamatkan Warisan Islam
-
Indeks Terbaru
- Ucapan Islami Ini Membuka Mata Hati Mualaf Ismael Lea South untuk Masuk Islam
- Pelaku Bom Bunuh Diri di Masjid Pakistan Berseragam Polisi
- Mantan Ateis Asal Prancis Masuk Islam di Qatar, Kehangatan Muslim Kuatkan Keputusannya
- Kemenlu Rusia Kutuk Swedia Izinkan Politikus Denmark Bakar Alquran di Stockholm
- Trudi Best Jadi Mualaf karena Takjub Lihat Muslim Melakukan Sesuatu karena Allah
- Hidayah adalah Misteri, Dunia Clubbing Pintu Masuk Mualaf Ameena Bersyahadat
- Eks Marinir yang Berniat Mengebom Masjid Tak Kuasa Bendung Hidayah, Ia pun Bersyahadat
- Pemerintah Afghanistan Tak Pernah Larang Pendidikan untuk Perempuan
- Mantan Ateis Asal Prancis Masuk Islam di Qatar, Kehangatan Muslim Kuatkan Keputusannya
- Jenazah Tertukar, RS di Jerman Justru Kremasi Muslim
Leave a Reply