Siksa Abadi di Akhir Zaman, Bukti Keadilan Allah

Allah SWT telah memberikan peringatan kepada kita bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara. Akan hadir pada kita malaikat yang bertugas mencabut nyawa setiap insan, tanpa mengenal ruang dan waktu. Dan yang pasti ialah, kedatangan hari akhir yang maha dahsyat pun akan hadir menemui umat manusia di masanya. Pada saat itulah manusia yang telah mati pun akan dibangkitkan kembali oleh Allah SWT.

Pada masa itu, setiap insan akan ditanya mengenai amalnya selama hidup di dunia. Nasib baik atau buruk yang akan diterima oleh setiap insan tergantung dari amalnya itu. Dan salah satu nasib buruk yang akan diterima oleh orang-orang yang memiliki amal kejelekan lebih banyak selama hidup di dunia ialah siksa abadi di neraka. Apakah pantas manusia berbuat dosa kemudian di hukum seperti itu?

Allah SWT menciptakan manusia, menetapkan sesuatu kejahatan dan larangan. Jika kita melanggar dengan berbuat sesuatu yang dilarang atau pun berbuat kejahatan maka kita akan diberi hukuman. Apakah hukuman itu ringan atau kah berat, semua tergantung kepada-Nya, karena itu telah menjadi hak-Nya.

Kalau seorang berpikir atau duduk merenung dengan memandang ke arah langit, dia pasti yakin bahwa di balik semua apa yang dia lihat ada kekuatan yang mengatur. Jika ia mengingkari kekuatan yang mengatur, berarti dia melakukan dosa besar berupa pengingkaran iman terhadap wujud pencipta-Nya. Itu adalah dosa besar yang tidak terampuni. Selain itu dosa-dosa yang lain diampuni Allah.

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendakinya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, sungguh ia telah berbuat dosa besar,” (QS. An-Nisa: 48).

Allah SWT juga berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya,” (QS. An-Nisa: 116).

Kalau dosa itu menyangkut dosa kekufuran, yaitu pengkhiatan besar dalam keyakinan dan kepercayaan, tidak bisa dikatakan bahwa hukuman lebih berat dari dosa. Pengkhianatan dalam keyakinan dan kepercayaan menyangkut Allah SWT dan bukan dosa yang menyangkut diri sendiri atau manusia lain yang bisa diampuni. Janji pengampunan menjadikan manusia tetap optimis akan rahmat Allah dan tidak berputus asa. (sumber: Anda Bertanya Islam Menjawab/Karya: Prof. Dr. M. Mutawalli asy-Sya’rawi/Penerbit: Gema Insani/islampos)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>