Bendri Jaisyurrahman: Nikah Beda Agama Akan Lahirkan Keluarga “Broken Home”

Kalau menikah itu dipandang sebagai sebuah ibadah, maka tidak mungkin seseorang itu beribadah mencari patner yang berbeda agama serta tujuan akhirnya, yaitu surga.

Demikian disampaikan Direktur Kokoh Keluarga Indonesia Ar-Rahman Qur’anic Learning (KKI AQL) Islamic Center, Bendri Jaisyurrahman saat ditemui hidayatullah.com, di Sekretariat AQL Islamic Center, Jalan Tebet Utara, Jakarta Selatan, belum kemarin.

“Kecuali kalau niatnya bukan karena ibadah, misal cuma ingin mencari patner seksual. Saya katakan kalau nikah hanya karena niat mencari patner seksual, nikah dengan pelacur pun tidak masalah. Karena hanya ingin mencari kebutuhan biologis yang terpuaskan, namun itu tidak ada bedanya dengan hewan,” papar Bendri yang juga Konselor Keluarga ini.

Bendri menegaskan jika menikah karena ibadah, maka carilah patner yang akan mengantarkan keluarga kepada surga secara bersama-sama. Sebab, lanjutnya, di dalam al-Qur’an disebutkan bahwa keluarga itu adalah yang mampu kumpul bersama di dalam surga.

“Nabi Nuh punya anak bernama Kan’an tetapi tidak beriman, karena itu dalam al-Qur’an Allah berfirman ‘Itu anakmu bukan anggota keluargamu’. Dengan kata lain, keluarga broken home itu bukan keluarga yang tercerai berai di dunia tetapi keluarga yang nggak mampu kumpul bareng di surga,” jelas Bendri.

Jika sejak awal menikah sudah dengan yang beda agama, menurut Bendri, sejatinya itu keluarga mengalami broken home meski seharmonis apapun. Sebab, mereka nggak akan bisa kumpul bersama-sama di surga.

“Misal Asyiah sama Fir’aun nggak ngumpul bersama di surga, Asyiah bisa masuk surga di tempat tertinggi, Fir’aun masuk neraka. Nabi Nuh dengan istrinya nggak akan ngumpul di surga dan sebagainya,” ungkap Bendri yang juga Penulis Buletin Jum’at ‘Sahabat Ayah’.

Menurut Bendri keluarga nggak akan kumpul di surga kalau awalnya saja sudah menikah dengan yang beda agama, dan sekalipun harmonis di dunia saja, dan bukan ketika di akhirat. Nikah satu agama saja, lanjutnya, masih banyak masalah apalagi beda agama.

“Masalah terbesar dalam keluarga itu bukanlah hubungan psikologis tetapi spiritual sebab masalah psikologis itu bisa saja dipersatukan,” cetus Bendri.

Masih menurut Bendri, hubungan spiritual pasutri itu diikat Allah bukan manusia. Allah pun berfiramn dalam surat Al-Anfal ayat 63, ‘Seumpama kamu mengumpulkan harta untuk menyatukan hati dua orang itu tidak akan pernah bisa, tetapi Allah yang akan menyatukannya’.

“Jadi, kalau memulainya saja sudah dengan paradigma yang salah (beda agama,red) maka, pernikahan akan harmonis ketika di dunia, tetapi tidak untuk di akhirat. Itupun kalau tidak terjadi pertikaian atau pertengkaran ketika di dunia,” pungkas Bendri. (sumber: hidayatullah)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>