Menghidupkan Sunnah Nabi dengan I’tikaf

I’tikaf merupakan sunnah Nabi. Maksudnya, i’tikaf biasa dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. I’tikaf yang dimaksudkan adalah menetap sementara di masjid dengan niat dan tata cara yang sesuai dengan tuntunan Nabi SAW.

I’tikaf secara khusus biasa dilakukan Nabi SAW di bulan suci Ramadhan, khususnya pada 10 hari terakhir (21-30 Ramadhan–red.). Disyari’atkannya i’tikaf.

Hal ini sebagaimana diberitakan oleh Abu Hurairah ra, yang mengatakan,

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَعْتَكِفُ فِى كُلِّ رَمَضَانَ عَشْرَةَ أَيَّامٍ ، فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الَّذِى قُبِضَ فِيهِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا

“Nabi SAW biasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Namun pada tahun wafatnya, Beliau beri’tikaf selama dua puluh hari” (HR Bukhari)

‘Aisyah ra juga mengabarkan bahwa Nabi SAW selalu beri’tikaf pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan:
أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

“Nabi SAW beri’tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga wafatnya kemudian isteri-isteri beliau pun beri’tikaf setelah kepergian beliau.” (HR Bukhari)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dengan tujuan untuk mendapatkan malam lailatul qadar, untuk menghilangkan dari segala kesibukan dunia, sehingga mudah bermunajat dengan Rabbnya, banyak berdo’a dan banyak berdzikir ketika itu.[5]
I’tikaf Harus Dilakukan di Masjid.

Mari kita ikuti sunnah Nabi sebagai bukti kita cinta kepada Beliau. (w-islam)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>