Cedera Berikan Hikmah Pesepakbola Ini Belajar Islam dan Akhirnya Jadi Mualaf
Glenn Maskell, lelaki dari St Vincent Road, Chelmsford itu memeluk Islam pada 1999 silam. Ketika itu, ia masih berusia 19 tahun. Ketertarikannya pada Islam berawal dari kunjungannya ke Maroko, kemudian berlanjut saat ia mengalami cedera sepakbola di universitas.
“Sejak usia muda, saya memiliki ketertarikan pada budaya dan geografi di seluruh dunia. Sekitar usia 13 atau 14 tahun, saya telah merasakan keberadaan Tuhan dan kebutuhan untuk terhubung dengan-Nya lewat cara apapun yang saya bisa,” kata pria 36 tahun tersebut, dilansir dari Essex Chronicle, Senin (7/12).
Lelaki itu pun mulai berdoa. Ia tidak menyebut salah satu agama tertentu, tetapi memohon petunjuk pada kebenaran dan keIlahian secara umum. Sebelum Islam, kata alumni SMP dan SMA Moulsham itu, ia lebih tertarik kepada Buddhisme.
Pasalnya, semasa muda, Glenn sangat memuja striker Italia, Roberto Baggio, yang menganut agama Buddha. Ia pun sempat mempelajari Buddha, tetapi ia merasa agama itu tidak berdampak apapun.
Perkenalannya dengan Islam dimulai saat ia mengunjungi Maroko pada selang waktu antara kelulusan SMA ke bangku kuliah. Di negara itu, Glenn belajar banyak tentang iman dan budaya Islam. “Saya membekali diri dengan beberapa pengetahuan dasar sehingga saya tidak menyinggung siapapun. Saya merasa ini sangat menarik dan membuat saya ingin tahu lebih lanjut,” kata dia.
Sementara itu, Glenn juga pernah memberikan les kepada seorang anak Muslim Bangladesh untuk mata pelajaran bahasa Inggris dan matematika. Pria yang kini mengajar studi Arab dan Islam untuk siswa swasta itu mengatakan, interaksinya dengan anak Bangladesh itu turut memberi dia wawasan akan budaya Islam.
Ia melihat cara keluarga itu shalat dan berdoa. Hal itu meningkatkan minatnya terhadap Islam, tetapi sampai detik itu, ia belum memutuskan berislam. Kesempatan untuk menekuni Islam muncul di balik sebuah musibah yang menimpanya.
Glenn mengalami cedera kepala saat menjadi pemain sepakbola di Universitas Sussex. Pada masa-masa pemulihan itu, ia menemukan waktu untuk membaca Alquran secara mendalam. Ketika lelaki itu membacanya, dia menyadari betapa masuk akal kalimat demi kalimat yang tertulis dalam Alquran. Hal itu mengukuhkan keyakinan yang sudah dia kembangkan di Maroko.
Glenn yang juga menjalankan sebuah perusahaan pengembangan properti menambahkan, “Saya juga membaca Alkitab. Tapi seperti beberapa orang yang juga melakukannya, itu agak sulit dipahami, Alquran sesuai dengan banyak hal yang saya pikirkan tentang dunia.”
Tekad itu mewujud beberapa saat setelah Natal tahun 1998. Membuka tahun 1999, ia pergi ke sebuah masjid di Chelmsford. Setelah sebuah prosesi singkat dimana Glenn diminta menegaskan keyakinannya pada Allah dan prinsip-prinsip dasar Islam, ia resmi menjadi seorang Muslim.
Respon keluarga Glenn sangat positif. Selang beberapa minggu kemudian, dia menyampaikan kabar itu kepada ibunya. Beliau sangat mendukung. “Mereka senang dengan apapun yang bisa membuat saya bahagia,” kata dia.
Glenn mengaku tidak kaget atau mengalami perubahan signifikan dengan gaya hidup Islam. Pasalnya, lelaki itu sejak muda memang tidak pernah pergi keluar untuk minum-minum. Ia juga kurang tertarik dengan produk babi.
Ketika ia masuk Islam, yang harus dia lakukan hanya memastikan bahwa ayam dan produk daging sapi yang dia makan jelas kehalalannya. Glenn rutin pergi ke Ilford untuk mengambil daging halal beku karena tidak ada tempat yang menyediakan di Chelmsford.
Tak hanya membuka jalan keislaman Gleen, Maroko juga mengantarkanya bertemu belahan jiwa, Ia kembali berkunjung ke Fez selepas lulus dari universitas. Di sana, lelaki itu bertemu Amina Zazam, seorang perempuan Muslim yang memikat hatinya.
Mereka menikah pada tahun 2001. Keduanya kini telah dikaruniai tiga orang anak, Adam (14), Aayah (10), dan Zayd (7). Menanggapi kebencian terhadap Islam yang masih ada di benak orang-orang Barat, Glenn menanggapi dengan bijak.
“Ada banyak penilaian di dunia. Kita harus ingat bahwa kita semua manusia. Selalu ada orang baik, dan selalu ada orang jahat, dalam semua lapisan masyarakat. Sangat penting untuk tidak meletakkan stereotipe pada seseorang”. (sumber: ROL)
Leave a Reply