Peran Pendidikan Keluarga Lahirkan Generasi Pembela Dakwah Islam
Diantara dampak negara yang mengabaikan agama dalam kehidupan adalah hilangnya fungsi keluarga sebagai status sosial masyarakat. Pernyataan itu disampaikan oleh Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat di kampus Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, beberapa waktu lalu.
Menurut KH. Didin, apa yang dianggap maju di Barat berupa sains dan teknologi justru berpotensi memandulkan peranan keluarga dalam membangun kehidupan manusia. Disebutkan KH. Didin, negara Jepang adalah contoh negara yang mengalami de-humanisasi. Yaitu keluarga yang mandul dalam memerankan fungsi sosial dan pendidikan.
“Padahal dalam Islam, keluarga adalah insitusi pendidikan pertama dan utama untuk membangun peradaban,” ungkap Dekan Pascasarjana UIKA tersebut. Lebih jauh, Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa dan Sarjana (PPMS) Ulil Albab, Bogor tersebut menerangkan tafsir surat at-Tahrim sebagai rujukan visi-misi pendidikan keluarga Muslim.
Menurut KH. Didin, peran keluarga dalam pendidikan tersebut berujung kepada lahirnya generasi mujahid-mujahidah yang siap membela dakwah Islam. “Sifat keluarga Muslim itu harus melahirkan keturunan yang shaleh dan shalehah dan menjadi pejuang agama,” ucap mantan Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) tersebut.
Hikmahnya, masih lanjut KH.Didin, bisa dilihat dari perintah menjaga dan mendidik keluarga “yaa ayyuhal ladziina amanuu quu anfusakum” yang bersambung dengan ayat “yaa ayyuhan nabiyyu jaahidil kuffaara”. “Jadi generasi mujahid itu dilahirkan dan dididik dari rahim keluarga Muslim. Ia bukan dihasilkan dari training-training atau pelatihan motivasi saja,” papar KH. Didin.
Sebagai penutup, KH. Didin lalu menceritakan kunjungan dakwahnya ke Jepang belum lama ini. Ia mengaku mendapati masyarakat Jepang yang kehilangan ruh keluarga tersebut. “Masyarakat Jepang terlihat maju tapi sebenarnya mereka rapuh karena pondasi keluarga mereka yang sangat rapuh,” pungkas Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut. (sumber: hidayatullah)
Naskah Terkait Sebelumnya :
- 24 Tokoh Dakwah dan Pendidikan Belajar Bahasa Arab di Madinah
- Anak Berprestasi Jika Dididik Dengan Akidah Berlandaskan Al-Qur’an
- Anak SD Diwajibkan Mengenyam Pendidikan Diniyah, Didin Hafidhuddin: Bagus!
- Bendri Jaisyurrahman: Nikah Beda Agama Akan Lahirkan Keluarga “Broken Home”
- Dikotomi Pendidikan Umum dan Agama tak Sesuai
Indeks Kabar
- Diancam Kelompok Tertentu, Panitia Zakir Naik Tidak Tanggapi Serius
- Sekjen MUI: Omnibus Law Jangan Bertentangan dengan Sila ke-1
- MPR Dukung Perppu Perlindungan Anak
- Jadi Korban“Serangan” Misionaris, IMM Ciputat Bumikan Dakwah Kristologi
- UAS: Pilih Pemimpin yang Menolong Agama dan Ulama
- Ratusan Mualaf Subussalam Dibina
- Delegasi Indonesia Desak Status Kewarganegaraan Rohingya di IPU
- Swedia Galang Solidaritas Hijab
- Semua Rumah Ibadah Wajib Kibarkan Bendera Cina
- Mesir Eksekusi Total 49 Tahanan dalam 10 Hari, HRW Protes
-
Indeks Terbaru
- OKI Adakan Pertemuan Darurat Membahas Sudan, Militer Setuju Gencatan Senjata Seminggu
- Yusuf Masuk Islam Setelah Temukan Alquran di Stadion Old Trafford
- Pelaku Penembakan Kantor MUI Tewas, Sebelumnya Incar Ketua Umum dan Mengaku Nabi
- Viral Video Protes Suara Bising di Masjid, Kakek Australia Ini Malah Masuk Islam
- Pelaku Penembakan Kantor MUI Tewas, Sebelumnya Incar Ketua Umum dan Mengaku Nabi
- Mualaf Fano, Dulu Benci dan Caci Maki Adzan Tapi Kini Malah Merindukan Kemerduannya
- Kantor MUI Ditembak, Sejumlah Staf Jadi Korban
- Terpikat Makna 2 Surat Alquran, Mualaf Nathalia: Saya Temukan Konsistensi dalam Islam
- Sebut Homo itu Haram, Seorang Bocah Muslim Dijemput Paksa Polisi
- Adzan Pikat Tiktoker Filipina Hingga Akhirnya Ucap Dua Kalimat Syahadat
Leave a Reply