Lebih 230 Tahun Muslim Patani Masih Mengalami Penderitaan
Umat Islam menghadapi berbagai ujian dan cobaan di seluruh penjuru dunia. Dari penindasan secara fisik, hingga menghadapi pembunuhan besar-besaran secara berencana dan sistematis.
Hal yang sama juga terjadi dengan umat Muslim Patani, Muslim Rohingya, Muslim Cham, Muslim Moro, Muslim Ulghur di kawasan Asia hingga di Suriah dan Palestina. Hanya saja, krisis kemanusiaan pelanggaran HAM yang dialami warga Muslim Patani, tempat tetangga Indonesia masih jarang terdengar.
Bertempat di Labolaturium Agama di Ruang Utama Masjid UIN Sunan Kalijaga Yogyakarat, Jum’at, 28 Oktober 2016,kemarinberlangsung Majlis Shalat Hajat dalam Rangka“Damai PATANI”yang diselenggarakan oleh Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia.
Majlis shalat hajat berjamaah yang diselenggarakan oleh Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Thailand Selatan ) di Indonesia (PMIPTI) sebagai salah satunya wadah perhimpunan mahasiswa Islam Patani yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Indonesia merupakan organisasi yang bermotif pada kegiatan kemahasiswaan dan kemasyarakatan.
Pengurus Labolatorium Agama Masjid UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Isna NurSyaifuddin mengatakan sejauh ini krisis kemanusiaan pelanggaran HAM yang dialami warga Muslim Patani Thailand selatan jarang terdengar. “Saya baru tahu ini, dan kita sama-sama saling untuk mendoakan Muslim Patani dan Muslim dunia umumnya,”ujar Isnama hasiswa jurusan Filsafat Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jum’at malam (28/10/2016).
Forum Dialog yang mengangkat tema“Krisis Kemanusiaan Pelanggaran HAM Yang Dialami Warga Muslim Patani Thailand Selatan,” menghadirkan dua orang wakil mahasiswa Patani yaitu Muhammad Bin Usman dan Fakhrullah Bin H.Ahmad. Mereka menyampaikan tentang sejarah dan krisis yang dialami umat Muslim Patani hingga sekarang.
Dalam paparannya, mereka menjelaskan sejarah Pemerintah Kesultanan Patani yang diruntuhkan sejak 1785-sekarang, hingga hari ini sekitar 231 tahun lamanya penduduk Muslim Patani masih mengalami hidup menderita. Bahkan sejak tanggal 10-23 Oktober ini, terjadinya penangkapan sewenang-wenang terhadap mahasiswa-mahasiswa Patani di Kota Bangkok. Dimana pihak berkuasa menyatakan bahwa operasi itu bertujuan melawan alergi tindakan terorisme yang khawatirakan terjadinya di tengah kota.
Hal itu dilakukan dengan kebijakan pemerintah tentang pemantauan ancaman keamanan.Tetapi bentuk tindakan yang dilakukan aparat keamanan nasional Thailand itu telah mencerminkan pada pandangan negatif dan prasangka buruk pada bagian dari negara Thailand terhadap orang-orang Patani, yang mengarah ke diskriminasi dan pelanggaran HAM.
Apalagi bertepatan pada bulan Oktober ini banyak terjadi peristiwa-peristiwa tragis di masa lalu, dimana masyarakat Thailand sendiri juga pernah mengalaminya. Sebagai salah satunya peristiwa terjadi dengan penduduk Muslim Patani pada 25 Oktober 2014, dikenal “Tragedi Tak Bai” yang telah melewati masa 12 tahun.
Kala itu, umat Muslim Patani yang sedang melakukan demonstrasi justru mengalami tindakan represif aparat keamanan hingga dibalas dengan hilangnya 85 nyawa kaum Muslim melayang. Tindakan yang tersebut dilakukan pihak aparat keamanan Thailand ini ujungnya mengabaikan proses peradilan dan tanpa ada pihak yang bertanggungjawab hingga sekarang.
Mahasiswa Muslim asal Yogyakarta, Yuriko Nugraha mengungkapkan dirinya baru tahu ada peristiwa penting ini. “Bolehlah kita bersolidaritas kepada umat Islam Palestina, Suriah, Afghanistan, Rohingya dan lainnya, tetapi jangan lupakan kita yang ini masih satu rumpun Melayu, masih di Asia Tenggara, bahasanya masih satu bahasa Melayu dengan kita, namun nasibnya begitu menderita dan itu ada di Thailand selatan atau umat Muslim Patani,” ujarnya.
Dengan acara ini, mahasiswa berharap perlindungan Allah Subhanahu Wata’ala untuk keselamatan dan perlindungan bagi penduduk Muslim Patani agar terlepas daripada segala ancaman, pemusnahan, penzaliman, dan penindasan yang merajalela saat ini.
“Jangan lupakan saudara umat Islam kita yang masih satu rumpun Melayu di Thailand Selatan, masyarakat Melayu Muslim Patani,” tambah Yuriko pesanannya bagi seluruh umat Islam Indonesia. (sumber: hidayatullah)
Naskah Terkait Sebelumnya :
Indeks Kabar
- Beginilah Adab untuk Meminta Izin
- Jerman akan Kontrol Sumbangan Asing untuk Masjid
- Ijtima' Ulama Lahirkan Resolusi Baitul Maqdis
- Seluruh Jamaah Sudah Tiba di Makkah
- Gereja Katolik AS Beri Kompensasi 120 Juta Dolar pada Korban Pelecehan Seks
- Ini Tanggapan Resmi MUI Soal Pernyataan Ahok tentang Al Maidah 51
- MUI Palu Terjunkan Puluhan Dai Bulan Ramadhan
- Jadi Muslim, Abdul Rauf Tolak Nyanyikan Lagu Kebangsaan Amerika di Pertandingan NBA
- Tiga Bukti Mengapa Angka Tujuh Begitu Istimewa dalam Islam
- Bukti-Bukti Kuat Zionis Israel akan Runtuhkan Masjid Al-Aqsa
-
Indeks Terbaru
- Vegetarisme dan Islamofobia Dianggap Penghalang Pertumbuhan Sektor Halal di India
- Kisah Mualaf Seorang Bintang Hip Hop Jerman
- Shariffa Carlo Dulu Musuhi Islam, Kini Jadi Muslimah
- Irena Handono, Temukan Islam Saat Jalani Pendidikan Biarawati
- Bintang Timnas Kamerun Patrick Mboma Masuk Islam
- Islam Jalan Hijrah Mario Rajasa
- Klaim Sebagai Kuil Hindu, Nasionalis India Ingin Rubah Citra Taj Mahal
- Stevanus Hanzen, Berawal dari Lagu Islami
- Partai Politik India Mempermasalahkan Pengeras Suara Masjid Melantunkan Adzan
- Hiroaki Kawanishi, Mualaf yang Ingin Sebarkan Islam di Jepang
Leave a Reply