Amalan Sebelum Salat

Tidak ada doa atau bacaan khusus yang dilakukan sebelum mengerjakan salat. Namun ada amalan-amalan yang baik untuk dilakukan sebelum mengerjakan salat, khususnya salat fardu.

1. Bersiwak

Menurut Imam An Nawawi, siwak adalah penggunaan sebuah ranting pohon atau semisalnya pada gigi untuk menghilangkan kotoran (Tahriru Alfaazith Tanbih, hal 33). Bersiwak adalah kegiatan membersihkan gigi dengan menggosoknya dengan sesuatu yang keras, misalnya ranting pohon Al Arok (kayu siwak), ranting pohon kurma, ranting pohon zaitun, atau sikat dan pasta gigi seperti yang banyak kita temui di kehidupan sehari-hari. Maksud dari sunah bersiwak sebelum salat adalah untuk mengharumkan bau mulut, membersihkan gigi, dan mengeluarkan kotorannya sehingga tidak mengganggu jalannya ibadah salat.

2. Memperbarui wudu

Syaikh Abdul Aziz bin Baz pernah ditanya: “Manakah amalan yang lebih utama sebelum melaksanakan salat fardu? Apakah memperbarui wudu, itikaf di masjid, membaca alquran atau melaksanakan salat sunah?”

Beliau menjawab: “Memperbaharui wudu dianjurkan jika orang yang melakukannya telah berwudu sebelumnya. Jika ia memperbarui wudu hal itu lebih utama, namun perkara tersebut tidaklah wajib. Dianjurkan bersegera (menuju masjid) untuk melaksanakan salat dan duduk di dalamnya dalam rangka menunggu pelaksanaan salat. Sebab padanya terdapat kebaikan yang besar. Tidak mengapa jika duduk di masjid tersebut dinamakan iktikaf. Karena berada di dalam masjid pun bisa disebut iktikaf jika diniatkan seperti itu sambil menunggu salat atau duduk di dalam masjid sembari membaca alquran. Ini merupakan bentuk pendekatan diri kepada Allah Jalla wa Alaa.”

3. Pergi ke Masjid dan Menunggu Waktu Salat

Setelah bersiwak, dianjurkan untuk bersegera berangkat ke masjid bagi muslim laki-laki, sedangkan bagi muslim perempuan diperbolehkan salat di rumah. Dianjurkan pula bagi kita untuk berdiam di dalam masjid sambil menunggu waktu salat tiba. Ketika memasuki masjid, adalah sunah untuk mendahulukan kaki kanan, sedangkan ketika keluar dari masjid dahulukan kaki kiri. Saat adzan berkumandang, disunahkan bagi kita untuk menjawab seruan adzan tersebut, walaupun dalam kondisi berhadas. Namun, terdapat pengecualian kepada orang yang sedang salat, buang hajat, berjimak, atau mendengarkan khotib (khusus salat Jumat). Bila kita sedang berada dalam 4 keadaan tersebut, adalah lebih baik untuk menjawab azan setelahnya. Menjawab azan pada waktu sedang melaksanakan salat hukumnya makruh dan tidak membatalkan salat, namun menjawab azan ketika selesai salat adalah lebih baik. Menjawab azan ketika khotib berdiri di mimbar dapat membatalkan salat Jumat, karena jemaah salat tidak diizinkan berbicara sepatah katapun pada saat itu.

4. Salat Tahiyyatul Masjid

Apabila seorang muslim memasuki masjid, maka ia dianjurkan melaksanakan salat tahiyyatul masjid sebelum duduk di dalamnya. Salat tahiyyatul masjid hukumnya sunah dan dilakukan dengan 2 rakaat. Bila kita masuk ke masjid ketika khotib sedang menyampaikan khotbah Jumat, maka disunahkan untuk melakukan salat 2 rakaat dengan ringan, kemudian segera duduk untuk mendengarkan khotbah. Dalil yang mendasari pendapat ini adalah riwayat dari Jabir bin Abdullah, ia berkata: Sulaik Al-Ghathafany tiba pada hari Jumat ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang menyampaikan khotbah, lalu dia langsung duduk. Beliau bertanya, “Wahai Sulaik, bangunlah dan salatlah dua rakaat dan lakukan dengan bersegera”. Kemudian beliau bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian datang pada Hari Jumat, sedang imam sedang menyampaikan khotbah, maka salatlah dua rakaat dan hendaklah ia bersegera melakukannya”.

5. Salat Sunah Rawatib

Salat rawatib adalah salat sunah yang dilakukan sebebelum atau sesudah salat fardu. Manfaatnya amalan sunah ini adalah sebagai penambah kekurangan dari salat wajib yang kita lakukan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah meninggalkan salat rawatib dalam keadaan mukim (tidak dalam keadaan safar). Diriwayatkan dari Ummu Habibah, istri Nabi shalallahu alaihi wa sallam, dia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah seorang hamba muslim yang mendirikan salat karena Allah setiap hari sebanyak dua belas rakaat secara tathawwu selain fardu, melainkan Allah membangunkan sebuah rumah baginya di dalam surga atau dibangunkan sebuah rumah baginya di surga”. (HR. Nasai – no. 1774) (sumber: inilah.com/Ustadz Slamet Setiawan)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>