Pakar Hukum Internasional: Umat Islam Pemilik Saham Terbesar Republik Indonesia
Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Persis, Dr. Atip Latifatul Hayat, menyampaikan bahwa Umat Islam dan Indonesia ibarat gula dan manisnya yang tidak dapat dipisahkan. Hal itu disampaikannya saat mengisi Kuliah Jam’iyyah Pimpinan Cabang Pemuda Persatuan Islam Margahayu, Kab.Bandung, Ahad (05/02/2017).
Acara yang bertajuk “Mempertegas Peran Ummat Islam Sebagai Gerakan Pejuang dan Pemersatu Bangsa” ini merupakan respons terhadap isu-isu pemojokkan ummat Islam yang terjadi belakangan ini.
“Tujuan acara ini sebagai respons terhadap isu-isu yang berkembang sekarang yang teramat sering memojokkan ummat islam, seperti halnya isu radikalisme, anti NKRI, anti kebhinekaan, anti Pancasila, dan sebagainya,” kata Fajri Abdurofi, koordinator acara Kuliah Jam’iyyah.
Atip yang juga merupakan Pakar Hukum Internasioal menegaskan bahwa Ummat Islam dan NKRI tidak mungkin dapat dipisahkan. Doktor lulusan Monash University Australia ini mengatakan umat Islam dan NKRI seperti dua sisi mata uang. Jika hilang satu sisinya, maka tidak bisa disebut uang.
Dalam hal ini, Atip menyoroti momentum toleransi pasca penaklukan Konstantinopel. Ia mengambil contoh saat pemimpin Turki Utsmany, Muhammad al-Fatih membiarkan non-muslim menjalankan keyakinannya. “Ketika Al-Fatih masuk ke Gereja Hagia Sopia, mereka (umat Kristiani) ketakutan, tapi ternyata al-Fatih mengatakan ‘hari ini adalah hari kasih sayang, silakan kalian beribadah sesuai keyakinan kalian’,” tandasnya.
Melalui fakta sejarah tersebut, Atip menjawab segala tuduhan intoleransi pada Ummat Islam di Indonesia. “Yang bicara itu Sultan al-Fatih, seorang Muslim. Jadi, jangan mengajari ummat Islam toleransi yang absurd! Saya bersaksi tidak ada negara se-toleransi ummat islam Indonesia!” tegas Atip.
Atip menyebut bahwa yang turut serta alam perang melawan penjajahan adalah ummat Islam. Dengan demikian Ummat Islam tidak mungkin melawan republik yang didirikannya. “Umat Islam terhadap negara ini adalah the true owner. Masak pemilik asli mau mencabik-cabik rumahnya sendiri!” lanjutnya.
Ormas Islam Pra-Kemerdekaan, lebih terang Atip menyebut seperti Syarikat Islam, Al-Irsyad, Muhammadiyah, Persis, NU, al-Washliyyah, PUI dan beberapa ormas Islam lain adalah pemegang saham terbesar kemerdekaan Indonesia. “Pemegang saham terbesar republik, masak mau dibubarkan? tidak ada Indonesia tanpa umat Islam,” tambahnya. (sumber: hidayatullah)
Naskah Terkait Sebelumnya :
- Hafiz Quran Indonesia Go Internasional
- Indonesia Akan Dirikan Universitas Islam Internasional
- Pakar Hukum Pidana UII: Harus Ada Penegakan Hukum Sebelum Densus 88 Lakukan Penangkapan
- Pakar Hukum UI: Kami Tidak Pernah Ajarkan Mahasiswa Nikah Beda Agama
- Terkait Ahok, 15 Organisasi Islam Indonesia di Malaysia Desak Polri Hukum Penista Al-Quran dan Ulama
Indeks Kabar
- Sempat Dilarang, Karyawati Tiara Mall Akhirnya Diizinkan Berjilbab
- Indonesia segera Bangun Kawasan Industri Halal
- MUI Ingin Sosialisasikan Islam ke Wilayah Papua
- Sosialisasikan Muslim Tak Pakai Atribut Natal, Anggota JAS Malah Ditangkap
- Arsitek Turki Menemukan 329 Bangunan Peninggalan Utsmani yang Diubah Menjadi Gereja
- International Islamic Fair 2016 Akan Digelar di Indonesia
- Produser 'Fitna' Naik Haji
- Pasukan Israel Tahan Ulama Senior di Masjid Al-Aqsha
- Tiga Masjid di California Dikirimi Surat Kebencian
- Imam Shamsi Ali: Bom di Makassar Rusak Hubungan Antarmanusia
-
Indeks Terbaru
- Lebih dari 16.000 Madrasah di Uttar Pradesh India Ditutup
- Selamat Idul Fitri 1445 H, Mohon Maaf Lahir-Batin
- Baznas Tolak Bantuan Palestina dari McDonald’s Indonesia
- Malam Lailatul Qadar, Malaikat Berhamburan ke Bumi
- Puasa Ramadhan Menghapus Dosa
- Paksa Muslimah Lepas Hijab saat Mugshot, Kepolisian New York Ganti Rugi Rp 278 Miliar
- Dari Martina Menjadi Maryam, Mualaf Jerman Bersyahadat di Dubai
- Al Shifa, Rumah Sakit Terbesar di Gaza Dihabisi Militer Zionis
- Tiga Macam Mukjizat Alquran
- Prof Maurice, Ilmuwan Prancis yang Jadi Mualaf Gara-Gara Jasad Firaun
Leave a Reply