Rezim al-Sisi Tangkap Muslim Uighur atas Permintaan China

Suasana panik di kalangan komunitas muslim Uyghur (Uighur) di Kairo tercetus sejak pemerintah Mesir melakukan penangkapan besar-besaran terhadap siswa dalam penggerebekan di rumah, sekolah, universitas dan masjid, menyusul desakan Pemerintah China.

“Mereka tidak lagi memeriksa visa, sebaliknya melakukan terus menangkap dan kami tidak tahu di mana mereka berada sekarang,” kata seorang pria Uighur.

Gambar penggeledahan dan penangkapan mulai melayang dalam situs-situs sosial sejak Rabu lalu, dengan laporan menyatakan otoritas rezim menangkap mereka bahkan memiliki visa, serta yang wisatawan Uighur di Alexandria.

Sementara itu, siswa Islam Uighur yang dilaporkan bersembunyi di rumah, dikepung polisi Mesir. Dimengerti, ada antara mereka ditangkap di Universitas Al-Azhar, di mana kebanyakan siswa Uighur itu belajar bahasa Arab dan Islam.

“Kebanyakan yang ditangkap adalah pria muda. Tapi, saya juga menerima informasi ada gadis yang turut ditangkap, “kata Sumaya, seorang muslim etnis Uighur.

Serbuan dan tangkapan itu dilakukan setelah pemerintah China memerintahkan semua siswa etnis Uighur yang berada di luar negeri pulang ke negara Tembok Besar sebelum 20 Mei lalu, sebagai bagian dari tindakan pemerintah untuk membatasi kegiatan politik.

Wakil Pemerintah China juga dilaporkan berada di area komunitas Uighur di Kairo, mengarahkan siswa yang ada di masjid dan sekolah supaya pulang ke China.

Human Right Watch (HRW) mendesak pemerintah Mesir menyatakan di mana semua individu yang ditangkap ditempatkan dan tidak mengirim mereka pulang ke China, di mana mereka akan menghadapi penganiayaan dan siksaan.

HRW juga percaya puluhan individu telah ditangkap dan bakal dikirim pulang ke China. Komunitas Uighur mengatakan deportasi akan mengakibatkan mereka dipenjara.

Anggota komunitas lain yang meninggalkan Mesir karena takut ditangkap dilaporkan sering hilang ketika mereka tiba di China.

“Beberapa teman kami yang pulang ke China tiba-tiba hilang. Kami tidak tahu apa yang terjadi kepada mereka. Ini tidak aman untuk kami pulang, “kata seorang lagi etnis Uighur, Maryam dikutip laman middleeastmonitor.com hari Jumat.

Kairo menjadi fokus ribuan etnis Uighur yang melarikan diri dari tindakan keras komunis China, termasuk pelarangan bebas agama, di kota dan desa. Kebanyakan mereka datang untuk belajar bahasa Arab, termasuk di Universitas Al-Azhar.

Untuk memastikan siswa itu pulang, pemerintah China juga melakukan intimidasi untuk memenjarakan keluarga mereka. Namun, beberapa siswa yang meninggalkan Mesir tidak pulang karena khawatir dianiaya dan disiksa.

Pemerintah Komunis China meningkatkan penindasan terhadap umat Islam etnis Uighur, khususnya di wilayah Xinjiang, termasuk menetapkan beberapa larangan seperti berpuasa pada bulan Ramadhan dan merawat jenggot.

Sedangkan wanita diblokir memakai hijab, sementara anak-anak berumur di bawah 18 tahun dilarang mengamalkan ajaran agama mereka dan pemerintah akan mengenakan denda yang berat kepada keluarga anak-anak yang belajar al-Quran dan berpuasa.

Pada saat sama, penduduk Xinjiang yang dikenal sebagai ‘Turkestan Timur’ hanya dibenar memiliki sebilah pisau di rumah mereka yang harus didaftarkan.

Kamera CCTV dipasang di dalam dan luar masjid dan rencana juga dibuat untuk mewajibkan pemasangan GPS pada kendaraan penduduk.

Jika keluarga atau individu yang ditangkap belajar Arab dan al-Quran, mereka akan dipenjara dan harus membayar hingga US $ 15.000 untuk keluar dari penjara. (sumber: hidayatullah)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>