Bela Pribumi Melayu, Rakyat Malaysia Turun Jalan dalam Aksi 812
Hari Sabtu, (08/12/2018, kelompok partai oposisi Malaysia, UMNO dan PAS menolak meratifikasi konvensi antidiskriminasi PBB melalui unjuk rasa Aksi 812.
Mereka menggelar Aksi 812 dalam rangka merayakan putusan pemerintah yang batal meratifikasi Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial (ICERD). Aksi ini digelar sebagai bentuk kegembiraan atas tuntutan yang dipenuhi oleh pemerintah.
Sebelumnya, perintah Malaysia berniat untuk meratifikasi konvensi ICERD tersebut. Namun pihak oposisi yang dipimpin oleh Ahmad Zaid Hamidi dari partai UMNO, menolak ratifikasi tersebut karena khawatir berdampak pada hak istimewa mereka sebagai masyarakat pribumi.
Pemerintah pun akhirnya memutuskan membatalkan ratifikasi tersebut pada 23 November lalu. Namun, walaupun sudah dibatalkan, pihak oposisi tetap melakukan aksi sebagai bentuk merayakan keputusan pemerintah yang tak jadi meratifikasi konvensi.
Dalam pernyataannya, PM Malaysia, Dr Mahathir Mohamad mempertahankan keputusannya menolak Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Kaum (ICERD) untuk membantu orang Melayu dan Bumiputera (Pribumi Malaysia).
Perdana menteri mengatakan orang-orang Melayu harus diberi kesempatan untuk berhasil seperti ras lain di negara yang lebih maju di berbagai bidang.
“Kalau kita tidak beri kepada orang Melayu peluang yang lebih sikit dari kaum lain, kalau kita percaya bahwa kita harus beri apa pun secara sama, maka yang sudah mahir akan lebih berhasil dan yang tidak efisien akan menjadi mundur.
“Jika kami ingin mereka mengejar orang di depan mereka, mereka harus diberi lebih banyak ruang untuk sukses, jadi kami tidak bisa menerima ICERD.
“Ia tidak memberi hak kepada kita untuk membeda-bedakan layanan bagi etnis di Malaysia sebab mereka tidak berada di taraf yang sama … dan kita tidak akan pinda Konstitusi kita,” katanya disampaikan pada Himpunan Siswa, Alumni, dan Profesional Muda bersama Karnaval Putra 2018 di Universitas Teknologi Mara (UiTM) Sabtu malam, sebagaimana dikutip laman freemalaysiatoday.com.
Kantor Perdana Menteri sebelumnya dalam sebuah pernyataan mengatakan Putrajaya akan terus mempertahankan Konstitusi Federal di mana kontrak sosial disepakati oleh perwakilan dari semua ras selama pembentukan negara.
ICERD disetujui dalam Sidang Umum PBB tahun 1965, tetapi tidak diratifikasi Malaysia hingga kini karena pemimpin Melayu khawatir itu bertentangan Pasal 153 Konstitusi Federal yang merupakan dasar bagi kebijakan afirmatif untuk melindungi orang Melayu dan Bumiputera.
Dr Mahathir mengatakan, meskipun diberikan bantuan, orang Melayu harus menerima kenyataan mereka masih tertinggal dalam berbagai aspek di negara sendiri, dibandingkan bangsa lain yang datang ke Tanah Melayu sewaktu penjajahan Inggris.
“Ketika Inggris datang, mereka berpikir orang-orang di semenanjung itu tidak mau bekerja, mereka ingin membuka tambang dan ladang karet, sehingga mereka membawa orang asing dan Malaysia menjadi negara multiras.
“Kami tahu hari ini di negara multi-rasial ini, kami menemukan Bumiputera tertinggal di belakang, menjadi orang-orang pedesaan.
“Mereka menanam, menangkap ikan. Mereka miskin, tetapi ketika menawarkan harga yang bagus untuk tanah mereka, mereka bersedia menjual tanah dan bergerak lebih jauh dari kota, ” kata Mahathir.
Berbicara di depan lebih dari 3.000 mahasiswa UiTM, Dr Mahathir mengatakan orang Melayu memiliki kecerdasan yang sama dengan ras lain, tetapi yang membedakan mereka adalah usaha.
“Kami kompeten, kami pintar, kami baik, tetapi orang-orang kompeten jika mereka tidak bekerja, mereka tidak akan berhasil. Jika kita menyadari kita tertinggal, malu mengapa kita tertinggal di negara kita sendiri, maka kita akan berusaha untuk membuat diri kita sendiri.”
Dia membandingkan saat belajar di King Edward VII Medical College di Singapura, di mana hanya 7 dari 70 siswa yang Melayu.
“Saya salah satu yang terbaik, di antara 7 siswa Melayu, tetapi di antara 70 siswa lainnya, saya jauh tertinggal dibandingkan dengan anak-anak China dan India yang merupakan kelas dengan saya.
“Mereka mendapat 6-7A, saya hanya punya 3A. Ada juga pengganggu senior saya dan katakan pada saya untuk membungkus pakaian dan mengatakan itu tidak sebanding dengan dokter. ”
Karena itu, katanya, ia belajar keras untuk lulus dan menjadi dokter.
“Saya harus bekerja lebih keras daripada orang lain. Yang lain membaca sekali, jadi saya harus membaca 10 kali. Bahkan ketika saya menjawab kertas ujian, saya bisa melihat halaman dan gambar di buku,” ujarnya.
Aksi unjuk rasa itu diikuti sekitar 50 ribu orang, termasuk dihadiri mantan PM Najib dan istri bergabung dengan para pengunjuk rasa dari Stasiun LRT Masjid Jami. Kedatangannya disambut meriah pengunjuk rasa.
Mantan PM Malaysia, Najib Razak beserta istri. Najib turut mengenakan baju koko berwarna putih yang menjadi simbol demonstrasi, dan songkok hitam. Sedangkan Rosmah mengenakan kerudung dan baju gamis putih, dipadukan selendang hitam.
Unjuk rasa itu juga dihadiri Ketua Partai Organisasi Nasional Persatuan Melayu (UMNO), Ahmad Zahid Hamidi, yang menggantikan Najib. Selain itu pemimpin Partai Islam Se-Malaysia (PAS) juga terlihat. Namun, Najib tidak berorasi dalam demonstrasi itu. (sumber: hidayatullah)
Naskah Terkait Sebelumnya :
- 70 Ormas Islam Jatim Kembali Turun Jalan dalam Aksi Bela Islam untuk NKRI
- Gereja di Malaysia Ngotot Gunakan kata ‘Allah’
- Kristen Malaysia Resmi Dilarang Gunakan Kata Allah
- Netanyahu Menerima Gencatan Senjata, Rakyat Gaza Turun Jalan Sambut Kemenangan
- Pertama Kali, Ribuan Perempuan Palestina Turun Jalan di Perbatasan Gaza
Indeks Kabar
- Canberra Kini Miliki Masjid Terbesar
- Masjid Sydney Membuka Pintu bagi Korban Kebakaran Hutan
- MUI: Jangan Suruh Karyawan Muslim Pakai Simbol Natal
- Menag: Tiga Parameter Jadi Tuan Rumah MTQ Nasional
- Bandara Louisville Akan Berganti Nama Menjadi Muhammad Ali
- Alhamdulillah, Kepolisian Minneapolis Izinkan Pemakaian Jilbab
- Organisasi Muslim Rohingya: Masyarakat Internasional Harus Tekan Myanmar
- Presiden Austria Minta Semua Wanita Berjilbab Jika Islamofobia Berlanjut
- Pencipta Lambang Garuda dan Lagu Hari Merdeka Seorang Habib
- Ustaz Somad: Umat Islam Jangan Cuek dengan Politik
-
Indeks Terbaru
- Pelaku Bom Bunuh Diri di Masjid Pakistan Berseragam Polisi
- Mantan Ateis Asal Prancis Masuk Islam di Qatar, Kehangatan Muslim Kuatkan Keputusannya
- Kemenlu Rusia Kutuk Swedia Izinkan Politikus Denmark Bakar Alquran di Stockholm
- Trudi Best Jadi Mualaf karena Takjub Lihat Muslim Melakukan Sesuatu karena Allah
- Hidayah adalah Misteri, Dunia Clubbing Pintu Masuk Mualaf Ameena Bersyahadat
- Eks Marinir yang Berniat Mengebom Masjid Tak Kuasa Bendung Hidayah, Ia pun Bersyahadat
- Pemerintah Afghanistan Tak Pernah Larang Pendidikan untuk Perempuan
- Mantan Ateis Asal Prancis Masuk Islam di Qatar, Kehangatan Muslim Kuatkan Keputusannya
- Jenazah Tertukar, RS di Jerman Justru Kremasi Muslim
- Pernah Benci Islam hingga Pukul Seorang Muslim, Mualaf Eduardo Akhirnya Bersyahadat
Leave a Reply