Erdogan: Hak Asasi Manusia di Eropa Gagal
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menyebut serangkaian demonstrasi yang dilakukan gerakan ‘Rompi Kuning’ khususnya protes kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Prancis mengungkapkan kegagalan Eropa dalam sistem demokrasi dan hak asasi manusia (HAM).
“Jalan-jalan di banyak negara Eropa, terutama di Paris, sedang kacau,” kata Erdogan di sebuah acara di Istanbul. “Kami menyaksikan gambar-gambar di jalanan dengan sangat prihatin,” tambahnya dikutip Xinhua.
“Turki dengan jelas membantah semua protes yang memicu kekerasan dan kehancuran. Namun, apa yang terjadi di Prancis dengan jelas menunjukkan bahwa Eropa gagal menciptakan sistem demokrasi, hak asasi manusia dan kebebasan yang baik.
“Dinding keamanan Eropa bina selama ini semakin goyah dan bukan disebabkan oleh masuknya kaum pendatang maupun komunitas Islam, tetapi bersumber dari penduduknya sendiri,” katanya ketika berbicara di depan massa.
Namun, ia tidak menutup kemungkinan keributan yang terjadi sekarang berasal dari kelompok sosialis Kurdi, Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang bebas beroperasi di wilayah Eropa.
Dalam perkembangan terkait, polisi Prancis menangkap hampir 2.000 demonstran di seluruh negeri kemarin. Pihak berwenang melaporkan setidaknya 126 orang terluka di Paris termasuk tiga polisi, tetapi tidak ada luka serius.
Diperkirakan 125.000 pemrotes berkumpul secara nasional dengan 10.000 di Paris, serta menyaksikan banyak kehancuran.Kelompok pengunjuk rasa memecahkan pintu depan tempat usaha selain kendaraan juga dibakar.
Selain itu, protes juga terjadi di beberapa kota lain termasuk Lyon, Bordeaux, Toulose, Marseille, dan Grenoble. Gerakan “Rompi Kuning” dimulai bulan lalu di Paris dan telah meluas ke kota-kota lain di Eropa, termasuk Brussels, ibu kota Belgia. Para pengunjuk rasa terutama menentang kenaikan harga minyak dan biaya hidup.
Beberapa rekaman video menunjukkan polisi anti huru hara menggunakan meriam air dan gas air mata untuk membubarkan demonstrasi. Sementara itu, Perdana Menteri Perancis Edouard Phillipe bersumpah untuk “memulihkan persatuan nasional” di negara ini.
Jelas, kenaikan pajak dan harga BBM seharusnya tidak membuat Prancis menjadi negara yang bergejolak. Dia juga menunjukkan bahwa Presiden, Emmanuel Macron akan mengambil langkah yang diperlukan untuk meringankan situasi. (sumber: hidayatullah/xinhua)
Indeks Kabar
- Baznas Resmikan Pemberdayaan Lebah Madu di Gunung Kidul
- Menembak Mati Paramedis Gaza, Israel Melanggar Hukum Internasional
- Jalin Silaturahim dan Ukhuwwah Lewat Parade Tauhid
- Shamsi Ali: Sebentar Lagi AS akan Punya Pesantren
- 31 Negara Dipastikan Berlaga di Islamic Games
- Pemuda OKI Desak Pemerintah Akui Genosida Khojaly
- Paus Rahasiakan Survei tentang Etika Seks Katolik
- KPAI: Selain Rehabilitasi, Penting Juga Cegah Aktivitas Seksual Menyimpang
- Politikus Belanda: Kami Tidak Ingin Ada Islam di Belanda
- Presiden Rodrigo Duterte: “Saya Percaya Satu Tuhan, Allah, Titik!”
-
Indeks Terbaru
- China Tangkapi Warga Muslim Hui yang Tolak Penghancuran Masjid
- Dari Benci Jadi Cinta Islam
- OKI Adakan Pertemuan Darurat Membahas Sudan, Militer Setuju Gencatan Senjata Seminggu
- Yusuf Masuk Islam Setelah Temukan Alquran di Stadion Old Trafford
- Pelaku Penembakan Kantor MUI Tewas, Sebelumnya Incar Ketua Umum dan Mengaku Nabi
- Viral Video Protes Suara Bising di Masjid, Kakek Australia Ini Malah Masuk Islam
- Pelaku Penembakan Kantor MUI Tewas, Sebelumnya Incar Ketua Umum dan Mengaku Nabi
- Mualaf Fano, Dulu Benci dan Caci Maki Adzan Tapi Kini Malah Merindukan Kemerduannya
- Kantor MUI Ditembak, Sejumlah Staf Jadi Korban
- Terpikat Makna 2 Surat Alquran, Mualaf Nathalia: Saya Temukan Konsistensi dalam Islam
Leave a Reply