Rasulullah Muhammad ﷺ Sosok Ayah Sejati

Salah satu kepribadian Rasulullah ﷺyang harus diteladani oleh setiap muslim adalah dalam masalah peran sebagai ayah. Dalam sejarah, Rasulullah pernah menjadi ayah kandung dan angkat. Berikut ini adalah beserta pelajaran di baliknya.

Ayah Kandung

Dalam buku “Kaifa ‘Āmalahum an-Naby” (20015: 109) Dr. Muhammad Shalih al-Munjid sedikit banyak memaparkan dengan cukup gamblang peran Rasulullah dalam berinteraksi dengan anak-anaknya, terutama yang perempuan karena anak lelakinya meninggal sejak kecil.

Sebagai ayah, Nabi sangat mencurahkan peduli kepada anak-anaknya. Wujud kepeduliannya di antaranya memilihkan calon yang baik buat anak-anaknya. Sebagai contoh, Zainab dinikahkan dengan Ash bin Rabi’, Ruqayyah dan Ummi Kaltsum dengan Utsman bin ‘Affan, sementara Fathimah dengan ‘Ali bin Abi Thalib.

Tak hanya itu, sebagai ayah yang bijak, Nabi Muhammad ﷺbukanlah sosok otoriter. Ketika mengambil keputusan yang menyangkut anak, beliau mengajak musyawarah terlebih dahulu. Sebagai contoh, ketika Ali melamar Fathimah, permintaan itu belum diluluskan sebalum bermusyawarah dengan putri tercintanya itu.

Sebagai ayah Rasulullahﷺ juga tidak menuntut mahar bagi anaknya, menyiapkan segala kebutuhan perkawinan anak, walimah serta mendoakannya. Yang lebih menarik daripada itu, jauh sebelum itu, sejak kecil hingga dewasa, beliau mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang bagus apalagi terkait masalah keagamaan. Terbukti, semua anaknya tidak ada yang kafir.

Ketika sudah berumah tangga pun, Rasulullah tidak mau mencampuri urusan rumah tangga anaknya. Selama permasalahan-permasalah bisa diatasi, maka anak dan menantunya diberikan kesempatan untuk bisa mengatasi permasalah rumah tangganya sendiri.

Sebagai ayah, Nabi Muhammad ﷺjuga mewujudkan kasih sayangnya dalam bentuk yang ekspresif. Ketika salah satu putrinya berkunjung ke rummah beliau, maka langsung disambut dengan sambutan yang baik. Bahkan dari wajahnya terpancar wajah penuh kebahagiaan. Anak mana yang tidak gembira jika disambut seperti itu.

Nabi juga memotivasi anaknya agar tidak terjerembat dengan kehidupan dunia yang fana. Selain itu, sebagai ayah beliau sering mendorong anaknya untuk memiliki kepedulian sosial tinggi, salah satunya adalah dalam bentuk sedekah.

Nilai-nilai lain yang ditanamkan pada diri anak seperti: memilih yang terbaik dalam hidup, menjadi orang bertanggung jawab dan disiplin dalam beribadah. Salah satu contoh dorongan untuk ibadah kepada anaknya adalah beliau rajin mengingatkan anaknya agar tak lupa menunaikan shalat malam.

Sebagai ayah, Nabi Muhammad ﷺjuga pandai menjaga perasaan anaknya. Sebagai misal, saat Ali berencana melamar anak Abu Jahal, mala Rasulullah segera turun tangan. Akhinya, problem rumah tangga anak dan menantunya pun bisa diselesaikan dengan baik.

Hal lain yang tidak kalah penting adalah sebagai ayah beliau rajin menyambung shilatur rahim dengan anak-anaknya. Bahkan, bersamaan dengan itu beliau sering memberikan hadiah atau pemberian kepada mereka. Sehingga hubungan semakin erat, anak pun semakin cinta kepada ayahnya.

Ayah Angkat

Dalam sejarah, Rasulullah ﷺpernah menjadi ayah angkat bagi Zaid bin Haritsah. Sebelum menjadi anak angkat, Zaid adalah budak milik Khadijah binti Khuwailid.

Saat menikah dengan Muhammad ﷺ, Zaid dihadiahkan kepada Rasulullah. Kemudian, beliau bebaskan dijadikan anak angkat. Maka di lingukunan masyarakat ketika itu Zaid dikenal dengan sebutan Zaid bin Muhammad. Alhamdulillah sebagai ayah, angkat beliau sangat sayang kepada Zaid.

Begitu tingginya kasih sayang yang dicurahkan Muhammad ﷺkepada dirinya, maka tidak mengherankan jika ada suatu momen mengharukan dimana Zaid lebih memilih Rasulullah ﷺdaripada orang tuanya sendiri.

Selain daripada itu, Zaid juga mendapatkan pendidikan langsung dari Rasulullah Saw, terutama dalam hal agama. Melalui teladan yang baik dari Rasulullah, Zaid tumbuh menjadi pemuda yang beriman dan taat. Dalam sirah Zaid bin Haritsah termasuk sahabat yang terhitung pertama kali masuk Islam dari kalangan Maula (budak yang dibebaskan).

Sebagai wujud kepedulian dan kasih sayang Rasul kepada Zaid, yang mencarikan jodoh adalah mencarikan jodoh untuk dirinya. Zaid dinikahkan dengan Zainab binti Jahsyin. Pernikahan ini tidak berlangsung lama, karena ada titah ilahiah yang menghendaki itu, yaitu: pembatalan praktik adopsi dimana anak angkat tidak dapat mewarisi sebagaimana zaman jahiliah dan nasabnya langsung dinisbatkan kepada bapak kandungnya (bisa dibaca dalam Surah Al-Ahzab [33] ayat 37).

Zaid merasa terbebas dari problem pernikahan akibat tidak sekufu. Terlebih, Namanya disebut dalam wahyu. Zainab pun merasa senang karena akhirnya menikah dengan Rasulullah ﷺ. Hal ini menjadi kebanggaan sendiri baginya dibandingkan dengan istri-istri lain karena merasa dinikahkan langsung dari tujuh langit.

Apa setelah peristiwa ini, hubungan antara Zaid dan Rasulullah ﷺ retak? Tidak. Hubungan semakan erat. Setelah itu ia menikah dengan Ummu Aiman, dan melahirkan anak yang bernama Usamah bin Zaid.

Dari uraian singkat itu, ada hal menarik yang bisa diambil hikmah baik sebagai ayah kandung ataupun angkat. Pertama, seorang ayah semestinya peduli, perhatian dan mencurahkan kasih sayangnya kepada anak-anaknya

Kedua, sayang dan cinta kepada anak tidak boleh berseberangan dengan prinsip agama. Sebagaimana Nabi, ketika turun ayat yang membatalkan tradisi adopsi, maka dengan segera Rasulullah ﷺ menaati Allah Subhanahu wata’ala.

Ketiga, sebagai ayah juga harus mendidik anaknya dengan baik terutama dalam masalah pendidikan agama. Hal ini sangat membantu dalam menjaga akhlak dan moralitas anak-anaknya. Itulah beberapa contoh peran Nabi Muhammad ﷺyang wajib diteladani. (sumber: hidayatullah)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>