Jerman Perpanjang Larangan Penjualan Senjata ke Arab Saudi
Jerman memperpanjang larangan penjualan senjatanya ke Arab Saudi untuk enam bulan, akan berakhir pada 30 September, kata jubir Kanselir Angela Merkel, Steffen Seibert, hari Kamis (28/3/2019).
Selama pepriode itu, tidak ada kontrak baru yang akan disetujui, kata Seibert sepert dilansir DW. Keputusan itu diambil setelah Merkel bertemu dengan anggota-anggota kabinetnya guna mengkaji ulang kebijakan tersebut.
Pemerintah Jerman menetapkan larangan sementara penjuaan senjata ke Arab Saudi pada Oktober 2018, menyusul kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki.
Kala itu, Merkel mengatakan bahwa tidak ada kontrak baru yang akan diizinkan sampai kasus pembunuhan tersebut terungkap sepenuhnya. Namun belakangan ini, kanselir itu mengisyaratkan bahwa Jerman perlu bersikap lebih fleksibel.
Larangan tersebut menimbulkan perselisihan di lingkungan pemerintah koalisi Merkel, tetapi juga mengundang kritik dari Prancis dan Inggris. Kedua negara itu protes karena faktanya larangan penjualan ke Saudi ikut menghentikan penjualan senjata yang dibuat negara lain tetapi menggunakan komponen dari Jerman.
Dubes Prancis untuk Jerman Anne Marie Descotes mengatakan pekan lalu bahwa larangan tersebut mengancam masa depan proyek pertahanan bilateral. Pasalnya, ada kesepakatan soal lisensi alat-alat pertahanan di antara mereka. Diplomat wanita itu juga membantah klaim Jerman yang mengatakan bahwa larangan tersebut semata urusan dalam negeri Jerman, sebab di lapangan kerja sama pertahanan di antara kedua negara sangat terpengaruh.
Guna mengatasi perselisihan itu, pemerintah Jerman setuju memperpanjang izin ekspor yang sudah dikeluarkan selama sembilan bulan. Hal itu dilakukan agar perusahaan-perusahaan pertahanan tidak terbebani biaya dan waktu untuk mendapatkan lisensi baru.
Jerman juga meminta Prancis dan Inggris memastikan bahwa persenjataan yang dikirimnya ke Arab Saudi atau Uni Emirat Arab tidak digunakan dalam konflik di Yaman. Hasil investigasi yang dilakukan DW dan sejumlah pihak lain menunjukkan bahwa persenjataan asal Jerman dipakai di Yaman, meskipun ada kontrol ekspor oleh Jerman.
Menurut Stockholm Peace Research Institute (SIPRI) yang dirilis bulan Maret, penjualan senjata ke Timur Tengah hampir dua kali lipat pada periode 2014-2018 dibanding 2009-2013.
Arab Saudi menerima hampir 1 dari setiap 4 senjata yang dijual Amerika Serikat ke luar negeri beberapa waktu belakangan. Negara itu juga mengimpor lebih banyak senjata dibanding negara lain, sekitar 12 persen dari impor global.
Jerman mengalami peningkatan penjualan senjata internasionalnya sebanyak 13 persen, sementara kapal selam buatan Jerman merupakan alat pertahanan banyak menerima permintaan dari luar negeri. (sumber: hidayatullah/DW)
Indeks Kabar
- Robek Alquran, Dua Suporter Klub Inggris Dihukum
- Megahnya Masjid Raya Sumbar
- Australia Bidik Pasar Halal Indonesia
- Belum Genap Satu Tahun, Zionis Sudah Hancurkan 780 Rumah Palestina
- Mulai 2019, Semua Produk Wajib Tersertifikasi Halal
- Hotel Halal Pertama Thailand Segera Dibuka
- Karena Cinta, Hilanglah Agama
- Di Tasikmalaya Perda Bernuansa Islam Berdampak Baik
- Adab Bersin dalam Islam
- Hamas Kecam Negara Arab Hadiri Peluncuran ‘Kesepakatan Abad Ini’
-
Indeks Terbaru
- Syekh Ali Jaber Berpulang
- Kelompok Hak Asasi Rohingya Desak Facebook Memblokir Kampanye Online Militer Myanmar
- Maroko Bantah Mata-Matai Belgia Melalui Masjidnya
- Disaksikan Mayjen dan Para Komandan, 13 Prajurit Jadi Mualaf
- Rekomendasi Muhammadiyah ke Menkes: Dukung BPOM – MUI Independen dalam Keamanan dan Kehalalan Vaksin Covid
- Pemerintahan Trump Ampuni Kontraktor Keamanan Blackwater atas Kasus Pembantaian Iraq 2007
- Mualaf I Gede Nyoman Wisnu, Surat Al-Ikhlas Getarkan Hati
- Mengenal Istri Nabi Muhammad SAW, Hanya Aisyah yang Gadis Lainnya Janda
- Sembilan Polisi Mesir Dipenjara atas Penyiksaan dan Pembunuhan
- Masjid di Belanda Jadi Target Serangan Islamofobia
Leave a Reply