ACT Kirim Bantuan Pangan untuk Penyintas Rohingya
Bantuan Paket Pangan kembali diantarkan Aksi Cepat Tanggap (ACT) kepada sejumlah penyintas konflik Rohingya. Bantuan ini disalurkan ke sejumlah desa di Buthidaung, Rakhine, Myanmar, Sabtu (19/10) dan Ahad (20/10).
Bermitra dengan Baitul Mal Umat Islam Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI) dan Kitabisa, sebanyak 11 ton bahan makanan diterima oleh 200 kepala keluarga. Bantuan yang terdiri dari bahan makanan pokok, seperti beras, minyak goreng, dan sejumlah makanan ringan itu dibagikan kepada masyarakat Desa Mawstawbiz dan pengungsi yang menempati sekolah di Nyaung Chaung, Buthidaung.
”Di Buthidaung, para pengungsi internal ini tinggal di sekolah-sekolah dengan hanya beralaskan terpal,” ujar tim Global Humanity Response (GHR) – ACT, Sucita Ramadinda dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Jumat (25/10).
Sucita menyebutkan, bantuan ini merupakan wujud konsistensi kepedulian dermawan dalam meredam konflik kemanusiaan yang dialami Rohingya.
“Kami berikhtiar untuk terus menghadirkan bantuan pangan bagi para pengungsi internal Rohingya di Myanmar, khususnya di Arakan,” katanya. ”Mereka adalah keluarga-keluarga yang terpaksa mengungsi di Buthidaung karena konflik militer.”
Selain bertujuan untuk pertempuran, pasukan Arakan juga kerap menembaki rumah-rumah warga Rohingya dan menjarah emas dan uang penduduk. Kantor Koordinasi Urusan kemanusiaan PBB melaporkan, orang-orang Rohingya menghadapi diskriminasi yang sistematis, tidak memiliki kewarganegaraan, dan menjadi target kekerasan di Rakhine, Myanmar.
Persekusi membuat orang-orang Rohingya berduyun-duyun menuju Bangladesh. Kini, jumlah pengungsi Rohingnya hampir menyentuh satu juta jiwa. Lebih dari 200 ribu rumah tangga atau setara lebih dari 901 ribu jiwa Rohingya terdaftar menjadi pengungsi.
Data itu dimutakhirkan PBB dan pemerintah Bangladesh pada medio Juni 2019. Jumlah tersebut kian bertambah jika dibandingkan jumlah orang Rohingya yang bereksodus dari Rakhine ke Bangladesh dua tahun lalu.
Sementara, pada Agustus 2017 lalu, lebih dari 700 ribu mayoritas muslim Rohingya eksodus dari Rakhine ke Cox’s Bazar. Jumlah itu menambah sekitar 200 ribu orang Rohingya yang sudah berada di sana.
Eksodus muslim Rohingya terjadi setelah militer Myanmar melakukan kekerasan dan penyerangan ke sejumlah permukiman Rohingya di Rakhine. PBB menyebut aksi itu dengan “dugaan genosida” dan “pembersihan etnis”. (sumber: ROL)
Naskah Terkait Sebelumnya :
Indeks Kabar
- Masjid yang Biasa Didatangi Pelaku Penembakan Orlando Dibakar
- Ada Alternatif Vaksin Halal, MUI Dorong Kemenkes dan Bio Farma Kaji Vaksin Halal
- Tentram Saat Ramadhan, Satu Keluarga di Depok Masuk Islam
- MUI Tegaskan Sikap atas RUU JPH
- Jaga Aqidah dan Akhlak, TNI Dorong Para Santri Jadi Benteng Terakhir NKRI
- Legalisasi Pernikahan Sesama Jenis, Waspada Azab Allah
- Komnas Ham Minta Kepolisian Segera Selesaikan Kasus Teror Terhadap Tokoh Muhammadiyah
- Cita-Cita Warga Indonesia Memiliki Masjid di London
- Bersalah Tutupi Kasus Pendeta Pedofil, Uskup Agung Adelaide Mundur
- Muslim Myanmar Dilarang Tarawih, Umat Budha Bagikan Mawar Putih
-
Indeks Terbaru
- Ucapan Islami Ini Membuka Mata Hati Mualaf Ismael Lea South untuk Masuk Islam
- Pelaku Bom Bunuh Diri di Masjid Pakistan Berseragam Polisi
- Mantan Ateis Asal Prancis Masuk Islam di Qatar, Kehangatan Muslim Kuatkan Keputusannya
- Kemenlu Rusia Kutuk Swedia Izinkan Politikus Denmark Bakar Alquran di Stockholm
- Trudi Best Jadi Mualaf karena Takjub Lihat Muslim Melakukan Sesuatu karena Allah
- Hidayah adalah Misteri, Dunia Clubbing Pintu Masuk Mualaf Ameena Bersyahadat
- Eks Marinir yang Berniat Mengebom Masjid Tak Kuasa Bendung Hidayah, Ia pun Bersyahadat
- Pemerintah Afghanistan Tak Pernah Larang Pendidikan untuk Perempuan
- Mantan Ateis Asal Prancis Masuk Islam di Qatar, Kehangatan Muslim Kuatkan Keputusannya
- Jenazah Tertukar, RS di Jerman Justru Kremasi Muslim
Leave a Reply