Kemanakah Kamu Akan Pergi?

Sebuah pertanyaan yang sering terngiang di ingatan. Sebuah pertanyaan yang terkadang sulit untuk mengundang jawaban. Salah satu pertanyaan yang dapat menentukan masa depan. Salah satu pertanyaan abadi dalam kehidupan yang akan terus menerus ditanyakan. Maka kemanakah kamu akan pergi?

Jika dihubungkan dengan kehidupan, maka ketika saat ini masih sekolah, jawabnya mungkin lanjut kuliah. Jika saat ini menempuh perkuliahan, jawabnya mungkin lanjut mencari penghasilan. Jika saat ini sedang mencari penghasilan, jawabnya mungkin lanjut ke jenjang pernikahan. Begitu seterusnya hingga suatu saat pergi menginggalkan kehidupan.

Tapi sepertinya hal ini layak untuk dipikirkan. Bukankah jawaban kebanyakan orang memiliki kesamaan. Layaknya air di sungai, mengalir dari tempat yang tinggi. Mengikuti kemanapun sekitarnya pergi. Meskipin air terjun menanti, tetap saja pergi.

Sudah seharusnya kita menjadi diri sendiri. Diri yang mempunyai mimpi dan berikhtiar untuk mewujudkannya di masa depan. Diri yang mengikuti hati nurani dan berpegang teguh pada petunjuk Illahi. Diri yang berani menepi untuk menyebarkan benih-benih kebaikan.

Maka kemanakah kamu akan pergi?

Karena kehidupan ini adalah sebuah perjalanan. Perjalan yang hanya sementara, bagaikan selintas awan. Perjalanan yang akan menuntun ke sebuah tujuan. Walaupun terkadang perjalanan itu sendiri bisa melenakan. Membuat para penempuh perjalanan tersebut lupa akan sebuah arti kegigihan.
Baca juga
Ujian Kekurangan Harta Mencintai Jangan Membenci Jujur, Berapa Kali Anda Cium Istri dalam Sehari?

Maka sudah sepatutnya kita untuk saling mengingatkan. Agar tetap teguh dan tidak tenggelam dalam buaian. Agar menjadi pengembara kehidupan yang baik dan meninggalkan jejak-jejak kebaikan.

Maka kemanakah kamu akan pergi?

Pertanyaan ini yang terujar ketika menemui persimpangan. Pertanyaan ini yang terlintas ketika berhenti akibat kelelahan di perjalanan. Pertanyaan ini pula yang terbayangkan ketika sadar setelah teralihkan oleh fatamorgana berwujud khayalan. Namun, terkadang pengembara tersebut lupa akan petunjuk yang sudah jelas keberadaannya.

Kurang akan perbekalan yang dia bawa. Petunjuk dan bekal yang akan memimpin manusia ke jalan sebenar-benarnya. Itulah Alquran. Maka sudah seharusnya kita mengikuti petunjuk itu, agar sampai hingga ke tujuan. Sudah seharusnya kita membekali diri dengan ilmu dari Alquran (ilmu agama dan pengetahuan), agar setia ke jalan yang benar dan tidak mudah teralihkan dalam perjalanan.

Maka kemanakah kamu akan pergi?

Yakinkan diri bahwa yang pasti adalah menuju kebenaran. Bagaimanapun permulaan, jika ada niatan, maka akan selalu ada jalan. Karena sesulit apapun perjalanan, selalu dimulai dengan satu pijakan. Seburuk apapun keadaan, Allah selalu memberi ampunan.

Ingatlah pula bahwa kita tidak berjalan sendirian. Maka ajaklah kawan, mari kita bersama-sama mengarah ke kebaikan, serta menyebarkan kebermanfaatan. [sumber: inilah.com/inspirasi-islami]


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>