Reaksi Keras Pakistan atas Penerbitan Ulang Kartun Nabi
Langkah majalah satir Prancis Charlie Hebdo yang menerbitkan ulang kartun Nabi Muhammad mendapat reaksi keras dari umat Islam di berbagai negara. Karikatur kontroversial itu dicetak ulang untuk menandai dimulainya persidangan terhadap para tersangka penyerangan kantor majalah mingguan tersebut pada 2015 lalu.
Salah satu negara Islam yang menyerukan protes terhadap Charlie Hebdo adalah Pakistan. Pada Kamis (3/9) lalu, demonstran anti-Prancis di Pakistan melakukan unjuk rasa memprotes tindakan Charlie Hebdo. Selain itu, Menteri Luar Negeri Pakistan juga mengajukan keluhan diplomatik kepada Prancis sebagai reaksi yang tumbuh terhadap Charlie Hebdo.
Puluhan pria berkumpul di kota utara Muzaffarabad di Kashmir yang dikelola Pakistan. Mereka meneriakkan slogan-slogan yang mencakup kata-kata seperti “Berhenti menggonggong, anjing-anjing Prancis” dan “Charlie Hebdo, berhenti.”
“Pemerintah Pakistan harus segera mengakhiri hubungan diplomatiknya dengan Prancis sebagai protes,” kata ulama Sunni Mohammad Zaman dalam aksi protes tersebut, dilansir di Al Araby, Rabu (16/9).
Aksi unjuk rasa itu berakhir dengan damai setelah para demonstran menginjak bendera Prancis, membubuhkan bensin dan kemudian membakarnya. Sementara itu, dalam sebuah pesan video, Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi mengatakan dia mengecam tindakan Charlie Hebdo. Dia juga mengatakan bahwa ia telah mengajukan protes kepada duta besar Prancis di Islamabad.
“Karikatur yang diterbitkan itu telah melukai sentimen jutaan Muslim. Saya berharap tindakan tercela itu tidak akan terulang kembali dan mereka yang bertanggung jawab akan dibawa ke pengadilan,” kata Qureshi.
Selain itu, aksi protes juga muncul di kota Lahore timur yang diorganisir oleh Partai Islam sayap kanan Tehreek-e-Labbaik Pakistan setelah sholat Jumat pada 4 September 2020 lalu. Aksi protes lainnya terjadi di kota Rawalpindi dan Karachi.
Gambar Nabi memang dilarang dalam Islam. Sementara itu, menghina agama di bawah undang-undang penistaan agama di Pakistan dapat dikenakan hukuman mati.
Charlie Hebdo menjadi target penyerangan oleh sekelompok orang bersenjata Islamis pada 2015 lalu atas penerbitan kartun Nabi Muhammad SAW. Kala itu, Said dan Cherif Kouachi bersaudara melakukan penyerangan di kantor Charlie Hebdo di Paris. Akibat insiden itu, setidaknya 12 orang tewas, termasuk beberapa kartunis paling terkenal di Prancis. (sumber: ROL)
Naskah Terkait Sebelumnya :
- Demo Kartun Charlie Hebdo
- Halaman Depan Charlie Hebdo Memuat 12 Kartun Nabi Muhammad
- Pakistan Kritik China atas Perlakuan terhadap Muslim Uighur
- Presiden Prancis Emmanuel Macron Bela Penerbitan Ulang Karikatur yang Menghina Nabi Muhammad
- Soal Kartun Nabi, Pemerintah Sebaiknya Desak Prancis untuk Tekan Charlie Hebdo
Indeks Kabar
- Muslim Alaska Akhirnya Punya Masjid Pertama
- Nasihat Ustaz Fadhlan untuk Umat Islam di Tolikara
- Sekolah di San Diego Mulai Uji Coba Menu Ayam Halal
- Laporan: 3.500 Pengungsi Ditahan dalam Kondisi Buruk di Inggris
- UEA Kecam Pembangunan Permukiman Baru Israel di Wilayah Palestina
- Survei: Sikap Rakyat AS Semakin Hangat Terhadap Islam
- Tak Ada ‘Kasih Sayang’ dalam Siaran Valentine’s Day
- Komunis China Memotong Rok Wanita Uighur di Tengah Jalanan
- Bentrok di Komplek Al-Aqsha, Aparat Israel Kian Agresif
- Emil: Suksesnya Pembangunan Bandung karena Ulama
-
Indeks Terbaru
- UEA Kecam Pembangunan Permukiman Baru Israel di Wilayah Palestina
- Jadi Mualaf, Susie Brackenborough: Tak ada yang Membingungkan dalam Islam
- Ucapan Islami Ini Membuka Mata Hati Mualaf Ismael Lea South untuk Masuk Islam
- Pelaku Bom Bunuh Diri di Masjid Pakistan Berseragam Polisi
- Mantan Ateis Asal Prancis Masuk Islam di Qatar, Kehangatan Muslim Kuatkan Keputusannya
- Kemenlu Rusia Kutuk Swedia Izinkan Politikus Denmark Bakar Alquran di Stockholm
- Trudi Best Jadi Mualaf karena Takjub Lihat Muslim Melakukan Sesuatu karena Allah
- Hidayah adalah Misteri, Dunia Clubbing Pintu Masuk Mualaf Ameena Bersyahadat
- Eks Marinir yang Berniat Mengebom Masjid Tak Kuasa Bendung Hidayah, Ia pun Bersyahadat
- Pemerintah Afghanistan Tak Pernah Larang Pendidikan untuk Perempuan
Leave a Reply