Museum Dinasti Muslim Diganti dengan Nama Raja Hindu
Chief Minister negara bagian Uttar Pradesh, Yogi Adityanath mengumumkan penggantian nama museum yang direncanakan akan menampilkan peninggalan dan sejarah Kekaisaran Mughal, sebuah dinasti Muslim yang berkuasa pada 1526-1857.
Dalam pengumuman yang disampaikan Senin (14/9) lalu, Adityanath mengatakan bahwa Museum Mughal akan dinamai sebagai Museum Chhatrapati Shivaji Maharaj, yang diambil dari nama seorang Raja Hindu pada abad ke-17.
Dia menjelaskan, alasan digantinya nama museum tersebut karena lemahnya hubungan antara Shivani dengan Kota Agra. Selain itu, dia menganggap India telah memiliki situs peninggalan Kerajaan Mughal yang terkenal bahkan menjadi warisan dunia, Taj Mahal yang dibangun pada 1653 oleh Kaisar Muslim Shah Jahan.
Dalam pengumuman lebih lanjut, Adityanath telah mengungkapkan bahwa narasi museum akan bergeser untuk lebih menyoroti budaya Hindu. Keputusan pemerintahan Partai Rakyat India (BJP) nasionalis, yang dipimpin oleh perdana menteri Narendra Modi ini sontak memicu ketegangan agama di seluruh negeri.
Tahun lalu, pemerintah memulai serangkaian amandemen undang-undang kewarganegaraan negara, yang mendiskriminasi Muslim yang mencari kewarganegaraan, namun justru melindungi umat Hindu. Akibatnya, protes dengan kekerasan meletus secara luas.
“Bagaimana Mughal bisa menjadi pahlawan kita? Apapun yang berbau mentalitas ‘rendah’ akan disingkirkan oleh BJP,” ujar Adityanath dalam pidatonya yang dikutip di The Art Newspaper, Jumat (18/9).
Di sisi lain, populasi Muslim India menyumbang sekitar 14 persen dari 1,2 miliar total populasi, dan masyarakat Muslim telah ada di India selama hampir 1.000 tahun. Meski begitu tak sedikit pihak yang masih berupaya mengekstrak identitas India dari Islam.
“Modi berdiri di atas Benteng Merah [dibangun Mughal] di New Delhi. Jika dia merasa sangat kuat, dia harus mencari tempat lain,” ujar aktivis hak-hak sipil, Srinath Rao. (sumber: ROL)
Indeks Kabar
- BPKH Kelola Dana Haji Rp 105 Triliun, Investasikan Kemana?
- Jaga Aqidah dan Akhlak, TNI Dorong Para Santri Jadi Benteng Terakhir NKRI
- Lewat Petisi, Netizen Minta Nobel Perdamaian Suu Kyi Dicabut
- Standardisasi Khatib, Komnas HAM: Bagaimana dengan Pendeta?
- AILA: Gugatan di MK Upaya Merekayasa Sosial, Bukan Kriminalisasi
- Amerika Serikat dan Israel Resmi Keluar dari Unesco
- Intelijen Jerman: Jumlah Pendukung Islam Naik
- Austria Larang Penyebaran Alquran dan Penggunaan Cadar di Tempat Umum
- Beragam Simbol Islam Bermunculan di Eropa
- 16 Siswa Madrasah Raih Medali Olimpiade Sains 2014
-
Indeks Terbaru
- Lebih dari 32 Orang Tewas dalam Pemboman Kembar di Ibu Kota Iraq, Baghdad
- Dewan Muslim Los Angeles Apresiasi Gerak Cepat Joe Biden
- Musibah Banjir Kalimantan Selatan: 63 Ribu Orang Mengungsi, 110 Rumah Ibadah Terendam
- Penutupan Masjid Picu Protes Wali Kota Montmagny Prancis
- Prancis Menutup Banyak Masjid Jelang Debat ‘RUU Separatisme’ yang Kontroversial
- Diyanet Turki Kritik Uskup Agung Athena yang Hina Islam
- Syekh Ali Jaber Berpulang
- Kelompok Hak Asasi Rohingya Desak Facebook Memblokir Kampanye Online Militer Myanmar
- Maroko Bantah Mata-Matai Belgia Melalui Masjidnya
- Disaksikan Mayjen dan Para Komandan, 13 Prajurit Jadi Mualaf
Leave a Reply