Jumlah Mualaf di ‘Israel’ Terus Meningkat Melalui Pernikahan
Meningkatnya jumlah perempuan Yahudi Israel yang menjadi mualaf mendorong sebuah organisasi kanan jauh ‘Israel’ yang dituduh seringkali menyebarkan hasutan dan bahkan terorisme untuk membuat sebuah program bantuan terhadap mereka yang “kehilangan arah” untuk kembali.
Dilansir Middle East Monitor pada Jumat (11/12/2020), organisasi bernama Lehava berkomitmen untuk membantu perempuan khususnya kembali ke dalam Yudaisme setelah menikahi pria Arab Israel dan masuk Islam. Anat Gopstein ikut mendirikan organisasi itu bersama suaminya pada 2005.
“Sulit untuk memberikan angka resmi tetapi kami tahu bahwa kasus konversi sedang meningkat, hanya karena proses asimilasi di Israel juga meningkat,” jelas Gopstein. “Cara kerjanya adalah bahwa perempuan akhirnya pindah agama karena mereka menikah dengan pria Muslim, dan ini menimbulkan masalah bagi kami karena mereka adalah orang kafir yang mengambil perempuan kami dari Yudaisme.”
Meskipun statistik terbaru sulit didapat, pada tahun 2006 dilaporkan bahwa jumlah orang Yahudi yang masuk Islam di ‘Israel’ hampir dua kali lipat menjadi 70 dibandingkan dengan tiga tahun sebelumnya. Sejak itu, angkanya terus bertambah. Antara 2005 dan 2007, 250 orang Israel resmi masuk Islam, banyak di antaranya adalah wanita.
Menurut Yudaisme, anak-anak dari keluarga campuran mewarisi ke-Yahudi-annya dari ibunya. Namun, bagi kelompok Gopstein hal ini masih bermasalah. “[Karena mereka tinggal dengan ayah Arab mereka] anak-anak ini akan menikah dengan orang Arab ketika mereka besar nanti dan itu berarti mereka pada akhirnya akan keluar dari Yudaisme. Tetapi bahkan jika kita mengesampingkan ini, pikirkan anak-anak ini. Mereka lahir dan dibesarkan oleh dua masyarakat yang saling bertentangan, dan sangat sering mereka mendapati diri mereka tidak diinginkan oleh salah satu dari mereka. ”
Pada tahun 2018, jurnalis Yahudi Mahdi Majeed masuk Islam dan menyebut Israel sebagai “negara Zionis” meskipun sebelumnya menggambarkannya sebagai suar demokrasi di wilayah tersebut. Dia mengakui bahwa Israel memiliki hak untuk hidup damai tanpa perang melawan orang Palestina. (sumber: hidayatullah)
Indeks Kabar
- HNW: Kebijakan Pemerintah Soal Miras Sangat Tidak Jelas
- Aksi Stop Blokade Gaza dan “Great Return March” Terus Memakan Korban
- 20 Ribu Peserta Ikuti Khataman Massal di Pontianak
- Hampir 400 Anak Palestina Ditahan di Penjara Israel
- Gereja di Malaysia Ngotot Gunakan kata ‘Allah'
- PBB Kecam Kebijakan Vatikan yang Memungkinkan Pastor Memperkosa
- Raja Salman akan Kunjungi Istiqlal 30 Menit
- Kemenag Hibahkan Rp 1,2 M Tingkatkan Mutu Madrasah
- Jaringan Televisi dan Radio di Aceh Wajib Siarkan Azan
- Kemenag Susun Kode Etik dan Perilaku ASN
-
Indeks Terbaru
- Kebaikan Rasulullah Terhadap Musuh-Musuhnya
- Google Kembali Pecat Karyawan Gegara Demo Israel, Total Capai 50
- Aktor dan Model Belanda Donny Roelvink Masuk Islam
- Lebih dari 16.000 Madrasah di Uttar Pradesh India Ditutup
- Selamat Idul Fitri 1445 H, Mohon Maaf Lahir-Batin
- Baznas Tolak Bantuan Palestina dari McDonald’s Indonesia
- Malam Lailatul Qadar, Malaikat Berhamburan ke Bumi
- Puasa Ramadhan Menghapus Dosa
- Paksa Muslimah Lepas Hijab saat Mugshot, Kepolisian New York Ganti Rugi Rp 278 Miliar
- Dari Martina Menjadi Maryam, Mualaf Jerman Bersyahadat di Dubai
Leave a Reply