Cak Nun Tidak Kaget Istilah “NU Cabang Nasrani’, Apa Maksudnya?

Budayawan Emha Ainun Nadjib menanggapi pernyataan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj soal ‘NU cabang Nasrani’. Pria yang akrab disapa Cak Nun itu menuturkannya lewat videonya yang tayang di kanal Youtube Caknun.com, seperti yang disaksikan hidayatullah.com, Kamis 10 Februari 2021.

Menurut Cak Nun, ungkapan ‘NU cabang Nashrani’ itu, sebenarnya sudah ada sejak lama, 30 tahun yang lalu, jadi tidak perlu kaget. “Nah tapi kita harus jelaskan framingnya, layarnya. Konteksnya. Juga ruang dan waktunya. Satu kalimat bisa diucapkan di gardu tapi tidak bisa diucapkan di mimbar Jumat,”kata Cak Nun.

Sebelumnya, kata penulis buku Slilit Sang Kyai ini, ungkapan seperti itu pernah disampaikan pula oleh Gus Dur saat acara lailatul Ijtima di rumahnya di Ciganjur sekitar tahun 1993-1994. Ketika itu, hadir tokoh lintas agama.

Ungkapan itu jangan ditanggapi secara teologis dan fikih karena itu tidak mungkin terjadi. “Tapi itu kan cara mereka mengakrabkan diri satu sama lain,”jelas Mbah Nun, sapaan akrab lainnya.
‘NU Cabang Nasrani’ dinilai pasti urusan keakrapan dan humor. “Saya tidak mau mengatakan benar atau salah, jadi itu tidak bisa anda pahami, saya tidak mengatakan benar atau salah. Kan tidak ada dalam struktur institusi kok ada Islam di bawahnya ada Nasrani. Itu kan dagelan Madura biasa,” ungkapnya.

Lebih lanjut Cak Nun melihat perlunya kita menilai sesuatu dengan jernih. Untuk itu Ia meminta agar kita bisa menyetir pikiran kita sendiri. “Kita harus punya pengeloaan akal sehat dan hati supaya kita bisa membedakan, kan begitu,”ujarnya. “Tapi cara memahaminya itu, kita harus bisa nyetir otak kita, nyetir logika kita, nyetir kontekstualitas didalam pemahaman-pemahaman kita,”bebernya.

‘NU Cabang Nasrani’ itu pasti itu urusan keakrapan dan humor kan begitu, saya tidak mau mengatakan benar atau salah, “Jadi itu tidak bisa anda pahami, saya tidak mengatakan benar atau salah. Kan tidak ada dalam struktur institusi kok ada Islam di bawahnya ada Nasrani. Itu kan dagelan Madura biasa,”cetusnya.

Dengan begitu, Cak Nun menyarankan kepada semua pihak agar berhati-hati ketika mengungkapkan sesuatu. “Oleh karena itu kita sangat berhati-hati ketika mengungkapkan sesuatu harus mengerti posisinya,” pesan Cak Nun.

Cak Nun meneruskan. apa yang ada di alam ini, ada dalam diri manusia. “Semua yang ada pada alam semesta ada dalam diri manusia, bahkan ada kebinatangan, ada benda, tetumbuhan, itu ada pada diri manusia, kalau pemahamannya seperti itu berarti manusia itu makrokosmos. Alam semesta ini hanya mikrokosmos hanya menjadi bagian dari dzat-dzat yang lengkap yang ada pada diri manusia,”tukasnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil saat bertemu Kapolri terpilih, Jenderal Listyo Sigit itu sosok yang dekat dengan para ulama dan warga NU.

“Bagi saya bapak ini (Listyo Sigit) tidak asing lagi, maka dekat dengan warga NU. Maka dia ini bisa kita sebut NU Cabang Nasrani lah,” ujar Kiai Said Aqil, saat menerima kunjungan Kapolri, Kamis (28/01/2021). (sumber: hidayatullah)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>