MUI Sebut Kecerdasan Buatan Bisa Dipakai untuk Pemurtadan, Umat Harus Tanggap
Kecerdasan artifisial atau Artificial Intelligence (AI) dinilai bisa dijadikan sistem dalam aksi pemurtadan yang menyasar kaum Muslimin. Oleh karena itu, umat Islam harus tanggap terhadap kecerdasan buatan tersebut.
Jika umat Muslim tak segera tanggap dalam memahami dan mengadopsi AI ke dalam dunia dakwah keislaman, kata Wakil Ketua Komisi Pendidikan dan Kaderisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Wahfiudin Sakam, maka hadirnya AI bisa melahirkan ancaman.
Wahfiudin menyampaikan, AI kedepan bisa digunakan sebagai sistem untuk menanamkan nilai-nilai pemurtadan, radikalisasi, dan terorisme. “Pemurtadan tidak lagi dilakukan dengan sumbangan beasiswa, atau sembako seperti dulu, tapi ke depan dilakukan dengan cara memborbardir sentimen manusia. Di masa mendatang mereka menggunakan AI yang lebih terhormat dan cerdas,” ujarnya sebagaimana keterangan MUI pada Jumat (05/03/2021) diterima hidayatullah.com.
Sebelumnya hal itu diungkapkan Wahfiudin dalam diskusi kelompok terarah (FGD) yang digelar secara virtual oleh Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI, Kamis (04/03/2021) malam bertema “Kecerdasan Artifisial dan Dakwah Islam”.
Pada FGD ini, Wahfiudin juga menyebut Dubai sebagai negara pertama yang bisa meluncurkan AI mengenai fatwa berbasis aplikasi, dimana dalam AI tersebut terdapat 250 fatwa mengenai shalat, atau hal keagamaan lainnya.
Ia berharap ini bisa menjadi contoh bagi MUI agar menjadi pelopor dalam peluncuran sistem dakwah berbasis AI di Indonesia. Tak lain untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses fatwa, pendidikan keislaman, maupun keuangan syariah.
“Dengan menyelenggarakan Islamic Artificial Intelligence Summit 2021, MUI bisa untuk paling tidak mendata apa yang sudah kita miliki dan memikirkan apa yang bisa kita kembangkan ke depan dalam bidang dakwah atau keislaman lainnya,” kata Wahfiudin.
Sedangkan menurut pakar ITB, Prof Dr Bambang Riyanto Trialksono, AI Fatwa milik Dubai disebut sebagai virtual IFTA. Sistem ini memudahkan masyarakat dalam mencari jawaban atas pertanyaan pada ruang lingkup keagamaan, karena aksesnya yang mudah dan jawaban yang diminta bisa dimunculkan pada waktu yang relatif singkat.
“Jadi pertanyaan bisa diajukan melalui telepon dan satu program komputer yang berbasis pada AI dan akan menjawab pertanyaan yang digunakan secara traktif dengan bahasa natural,” sebut Prof Bambang.
Selain Bambang Riyanto, Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI dalam FGD ini juga mengundang Dr Anto Satrio Nugroho dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). (sumber: hidayatullah)
Naskah Terkait Sebelumnya :
- Instrumen Hukum Pidana Dinilai Bisa untuk Membina LGBT
- KH Cholil Ridwan: Agar Tak Tergerus Zaman, Umat Islam Harus Melek Politik
- Marak Pemurtadan Berkedok Pernikahan, Inilah Pesan untuk Para Orangtua
- MUI: Modus Pemurtadan Lewat Pernikahan Bisa Jadi Ada
- MUI: Tak Bisa Mengganti Puasa dengan Fidyah karena Alasan Pandemi
Indeks Kabar
- Elit Uni Eropa: Islam Adalah Eropa, Eropa Adalah Islam
- Ulama Besar Ilmu Qira’at Mesir Hadiri Daurah Tajwid Indonesia
- MUI Jawa Timur Dukung Raperda Kota Surabaya Tentang Pelarangan Miras
- Negara-negara Eropa yang Membolehkan Perkawinan Homo
- Seniman Kaligrafi Muslim China Gelar Pameran di Jakarta
- Tak Bertindak Soal Rohingya, Paham Usulkan Cabut Nobel Perdamaian San Suu Kyi
- Koalisi Masyarakat untuk Kebebasan Sipil: Radikal Belum Tentu Teroris
- Kenali Istilah Lain Dari Babi di Sekitar Kita
- Demonstran Iraq yang Tewas Sudah 254, PBB Meradang
- Umat Islam Hendaknya Kritis, Cerdas, dan Hati-hati Sebarkan Informasi
-
Indeks Terbaru
- Bintang Timnas Kamerun Patrick Mboma Masuk Islam
- Islam Jalan Hijrah Mario Rajasa
- Klaim Sebagai Kuil Hindu, Nasionalis India Ingin Rubah Citra Taj Mahal
- Stevanus Hanzen, Berawal dari Lagu Islami
- Partai Politik India Mempermasalahkan Pengeras Suara Masjid Melantunkan Adzan
- Hiroaki Kawanishi, Mualaf yang Ingin Sebarkan Islam di Jepang
- MUI: Umat Islam Perlu Banyak Kembangkan Bidang Kewirausahaan Muslimah
- Kerendahan Hati Mo Salah Jadi Inspirasi Mualaf Inggris
- Berharap Bahagia Saat ‘Berjumpa’ dengan Allah
- Peter Oudenes: Islam Agama Sempurna
Leave a Reply