Islam itu Peduli Sesama
Kepedulian kepada orang-orang yang “tak beruntung” dalam kehidupan sehari-hari merupakan bagian dari ajaran mulia Islam. Mereka yang mendapatkan kelebihan rezeki diwajibkan membantu atau mengurangi beban penderitaan kaum papa.
Yang tampak kasat mata adalah mereka yang hidup dalam keberlimpahan harta tetapi masih bersikap individualistik, alias mengutamakan kepentingan dirinya dan kelompoknya. Kegiatan sosial kemasyarakatan, apalagi di perkotaan, sudah menjadi barang asing. Masing-masing orang tampak sibuk dan memikirkan urusannya sendiri-sendiri.
Akhirnya setiap orang nyaris tak mempedulikan orang lain di sekitar tempat tinggalnya. Mereka yang bernasib tak mujur lebih banyak meratapi nasibnya. Sementara yang hidup berkecukupan acuh tak acuh pada kondisi mereka. Meski mereka mampu mengulurkan tangan untuk membantu beban hidup kaum papa itu, mereka enggan karena sebagian menganggap hidup kaum papa itu bukan kewajibannya. Melainkan pemerintah.
Padahal, dalam Islam peduli kepada sesama merupakan bagian dari ajaran Islam itu sendiri. Pribadi-pribadi muslim yang dipenuhi rasa simpati dan empati kepada orang lain lebih dicintai oleh Allah SWT. Sebaliknya, mereka yang bersifat arogan dan individualis mendapat murka-Nya.
Mengenai hal demikian, Allah SWT berfirman: “Dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik padamu. (QS. Al-Qashas: 77). Berbuat baik di sini mengandung banyak makna. Salah satunya adalah peduli. Peduli dapat diejawentahkan dalam bentuk berbagi atau memberikan kelebihan rezeki kepada orang lain. Dalam Islam, wujud berbagi itu bisa berupa sedekah dan zakat. Jika bersedekah itu bersifat anjuran, sedangkan zakat itu wajib sebagai tanda menyucikan hartanya.
Berbagi harus dilandasi dengan keikhlasan untuk membantu orang lain atau saudara yang membutuhkan. Tak boleh ada keberatan dalam hati saat menyalurkan pemberian tersebut, kecuali hanya mengharap ridha Allah semata. Jika yang diutamakan adalah hal demikian, maka Allah SWT telah menjanjikan pahala yang berlipat ganda. Firman Allah SWT: “Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan harta mereka di jalan Allah adalah sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir dan setiap butir membuahkan lagi 100 biji. Allah melipat gandakan (pahala) bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Allah maha luas karunia-Nya dan lagi maha mengetahui. (S. Al-Baqarah: 261)
Rasulullah SAW sendiri termasuk orang yang paling peduli pada sesama. Hingga kepada keponakannya, Ali bin Abi Thalib, beliau memberikan wasiat seperti ini: ”Wahai Ali! Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia lain” (HR. Bukhari).
Karena itulah, kita yang mengaku sebagai seorang muslim sudah seharusnya tunduk pada perintah Allah SWT serta meneladani Rasulullah SAW. Jika Rasulullah peduli pada sesama, mestinya kita juga demikian.
Leave a Reply