Karakteristik Kerasulan Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW adalah utusan Tuhan atau Rasulullah terakhir. Beliau merupakan penutup para nabi dan menjadi pelengkap dari risalah ketuhanan yang disampaikan melalui para utusan-Nya itu.
Mengaku dirinya sebagai pelangkap risalah Tuhan tersebut, Rasulullah SAW mengumpamakannya sebagai sebuah bangunan besar, sebagaimana sabdanya, “Perumpamaan aku dengan Nabi sebelumku ialah seperti seorang lelaki yang membangun sebuah bangunan, kemudian ia memperindah dan mempercantik bangunan tersebut, kecuali satu tempat batu bata di salah satu sudutnya. Ketika orang-orang mengitarinya, mereka kagum dan berkata, ‘Amboi, jika batu bata ini diletakkan?’ Akulah batu bata itu, dan aku adalah penutup para nabi.” (HR Bukhari dan Muslim).
Penegasan Muhammad SAW sebagai penutup risalah-Nya juga ditegaskan oleh Allah SWT, “Muhammad sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Ahzab: 40)
Sebagai penutup risalah, kerasulan Muhammad SAW memiliki beberapa karakteristik, antara lain, pertama membenarkan risalah nabi-nabi sebelumnya. Dakwah Nabi Muhammad Saw dengan para nabi lainnya memiliki kesamaan prinsip penegasan (ta’kid) dan penyempurnaan (tatmim). Prinsip itu antara lain mengenai keyakinan (aqidah), hukum (syariat) dan akhlak yang sama.
Karakteristik kedua adalah risalah yang bawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan penghapus risalah sebelumnya. Yang dihapus di sini adalah sebagian dari syariatnya, bukan aqidah, sebab aqidah menjadi prinsip yang berlaku tunggal dan tak berubah. Sejak Nabi Adam AS agama yang dianut juga sama: Islam. Sedangkan perubahan sebagian syariat itu dijelaskan dalam sejumlah ayat Al-Quran dan hadits. Yang tak ditegaskan dalam kedua sumber utama itu maka berlakunya sama.
Tiadanya perbedaan dalam beraqidah dan tak membeda-bedakan antara satu nabi dengan nabi lainnya, sebagaimana diungkap dalam Al-Quran, “Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang-orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh kami telah memilihnya di dunia, dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang shalih. Ketika Rabbnya berfirman kepadanya,’Tunduk patuhlah!’ Ibrahim menjawab, ‘Aku tunduk patuh kepada Rabb semesta alam. Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Nabi Yakub. (Ibrahim berkata), ‘Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk Islam.” (QS. Al-Baqarah: 130-132).
Karakteristik ketiga adalah, risalah Nabi Muhammad SAW menjadi penyempurna risalah sebelumnya. Hal ini sebagaimana ditandaskan Allah melalui firman-Nya, “Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa kabar gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS. Saba: 28).
Mengenai penyempurna risalah sebelumnya ini sebenarnya sudah diketahui dan dipahami oleh para ahli kitab sebelum Nabi Muhammad SAW diutus dan Al-Quran diturunkan. Hanya saja rasa dengki sebagian dari mereka lebih dikedepankan sehingga setelah nyata muncul kebenaran, mereka menyangkalnya. Hal ini terungkap dalam firman Allah SWT, “Dan mereka (ahli kitab) tidak berpecah belah, melainkan setelah datangnya pengetahuan kepada mereka karena kedengkian di antara mereka. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Rabbmu dahulunya (untuk menangguhkan siksa) sampai batas waktu yang telah ditentukan, pastilah mereka telah dibinasakan.” (QS. Asy-Syura: 14).
Demikian beberapa karakteristik kerasulan Muhammad SAW.( w-islam)
Leave a Reply