Batalnya Syahadatain Seorang Muslim (1)
Syarat masuk Islam dan menjadi hamba Allah yang beriman adalah dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, “Asyhadu anlaailaaha illallah, wa asyhadu annaMuhammadarrasulullah.” Seorang yang sudah bersyahadat berhak mendapat perlakuan yang sama dengan muslim yang lain. Jiwa dan hartanya wajib dilindungi jika ada pihak lain yang mengancam kehidupannya.
Status seorang muslim akan terus melekat hingga akhir hayat. Muslim lain hanya dapat menilai seorang muslim lainnya dari penampilan fisiknya, sedangkan masalah ruhani atau batiniyah hanya Allah SWT yang Maha Tahu. Karena itu masalah isi hati dan keyakinan seseorang hanyalah dirinya dan Allah SWT yang mengetahuinya. Orang lain hanya dapat melihat dari luarnya semata.
Meski demikian, keyakinan merupakan masalah krusial dalam timbangan keimanan seeorang. Seorang yang sudah mendeklarasikan dirinya sebagai seorang muslim sudah seharusnya memiliki keyakinan bahwa hanya Allah adalah Tuhan yang menciptakan, tempat makhluk bergantung, tempat minta pertolongan, dan sebagainya.
Maka, jika seorang muslim menggantungkan hidupnya dan bertawakkal pada selain Allah SWT, dirinya, sadar atau tidak sadar, berarti telah mengingkari keislamannya. Sebab, Allah SWT berfirman, “…Dan hanya kepada Allah saja hendaknya kamu bertawakkal jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. Al-Maidah: 23)
Pernyataan bahwa “Tidak ada ilah (Tuhan) selain Allah SWT” tentu memiliki makna yang mendalam, antara lain bahwa hidupnya bergantung pada Allah SWT. Allah SWT menjadi sumber kekuatan utama yang terus dijaga hingga akhir hayat. Kebergantungan pada Allah SWT tidak berarti pasrah total tanpa ada upaya untuk ikhtiar dan bekerja. Pekerjaan yang kita lakukan mestinya diletakkan dalam kerangka beribadah dan mengabdi kepada-Nya. Sebab, Allah SWT sendiri menginginkan hamba-Nya tetap menjalani hidup secara alami, namun tetap dalam bingkai keterikatan dengan Allah SWT.
Karena itu, bekerja dan beramal lainnya tidak boleh berlepas diri dari Allah SWT. Jika menyandarkan hidup pada makhluk lainnya, berarti orang itu telah menyekutukan Allah. Allah dan Rasulullah SAW melarang seorang yang beriman itu mempercayai perkataan para dukun ataupun peramal. Maka, jika masih ada seorang muslim yang mempercayai, bahkan meyakini apa yang dikatakan seorang dukun adalah kebenaran yang menakjubkan, di sisi Allah batallah syahadatainnya.
Jangan sampai kita menjadikan amal perbuatan kita sia-sia di sisi Allah, hanya karena masalah demikian. (w-islam.com)
Leave a Reply