Saat-saat Kritis Muhammad SAW Semasa Kanak-kanak
Sebagai manusia yang telah terpilih sebagai salah seorang utusan-Nya, Muhammad SAW memiliki banyak keistimewaan. Keistimewaan itu semasa kecil hanya bisa “dibaca” oleh para ahli kitab, baik dari kelompok Yahudi maupun Nasrani. Sebab, kitab-kitab suci peninggalan Nabi Musa dan Nabi Isa, yaitu Taurat dan Injil yang masih terjaga keasliannya ketika itu, memberikan gambaran yang sangat jelas tentang utusan Tuhan paling akhir, yakni Muhammad SAW.
Demikian pula ketika Muhammad SAW menginjak usia kanak-kanak, “cahaya kerasulan” itu dapat terbaca oleh para rahib dan pendeta Yahudi dan Nasrani. Tanda-tanda kerasulannya terdapat dalam riwayat hidup dan fisik Muhammad SAW. Tanda-tanda ini dengan terang dapat ditemukan dalam kitab suci Taurat maupun Injil.
Diriwayatkan oleh ibu persusuan Muhammad SAW, Halimah, bahwa sewaktu ada rombongan kaum Yahudi melewati kampungnya, Halimah kerap menceritakan hal-ihwal tentang Muhammad yang disusuinya. Sebagai ibu persusuan yang sudah melihat ada tanda-tanda keistimewaan pada diri Muhammad SAW, Halimah merasa penasaran dan ingin meyakinkan firasatnya itu pada orang-orang yang dianggapnya mengetahui rahasia gaib itu.
Halimah bertanya pada rombongan Yahudi itu, “Bisakah Tuan-tuan ramalkan tentang anak ini? Semasa dalam kandungan ibunya dia begini dan begitu, dan ketika dilahirkan dia begini dan begitu…. Dia ceritakan semua yang ia saksikan sendiri selama pengasuhannya. Tapi dia mengungkapkan hal itu seolah-olah dialah ibu kandungnya. Maka orang-orang Yahudi itu saling berbisik sesamanya, dan berkata, “Bunuhlah anak itu!”
Karena situasinya yang tak menguntungkan, ketika salah seorang dari rombongan itu menanyakan apakah Muhammad kecil itu anak yatim, Halimah buru-buru menjawab, “Tidak, ini ayahnya,” seraya menunjuk ke arah suaminya, “Dan saya ibunya,” ujarnya dengan cerdas. “Andaikan dia yatim, niscaya kami bunuh dia,” kata orang-orang Yahudi itu. Sebab, mereka tahu bahwa tanda kenabian yang terakhir adalah seorang yatim.
Begitu pada rombongan Yahudi lainnya, dan beberapa peramal yang biasa terdapat di pasar-pasar, Halimah pernah mencoba menanyakannya. Orang-orang yang sebagiannya paham betul tentang masalah itu (karena kedengkiannya) malah menjawab dengan tegas, “Bunuh saja anak itu! Dia akan menghabisi semua penganut agama kalian, akan menghancurkan berhala-berhala kalian, dan agamanya akan mengalahkan agama kamu sekalian!”
Saat musim pasar raya di Ukazh yang terletak antara Thaif dan Nakhlah, Halimah membawa Muhammad SAW ke sana untuk menyaksikan berbagai kemampuan para penyair dan penyanyi nasyid membawakan karya-karya seninya. Ketika tengah berada di keramaian itu, tiba-tiba salah seorang peramal yang tahu kenabian Muhammad SAW meneriaki keduanya, “Bunuh anak ini! Dia kelak akan menjadi raja!”
Teriakan itu membuat sejumlah pengunjung mengalihkan perhatiannya pada Halimah dan Muhammad SAW. Mengetahui gelagat yang tak sehat itu, Halimah langsung menyelamatkan Muhammad dengan menyelinap ke lorong-lorong kecil di sekitar pasar itu. Dengan pertolongan Allah pula keduanya selamat dari provokasi pembunuhan tersebut.
Dengan merangkai peristiwa demi peristiwa yang terkait dengan masa depan anak asuhannya itu, Halimah pun pada kesimpulan bahwa Muhammad SAW yang disayanginya itu adalah manusia pilihan Allah SWT, sebagaimana yang diungkapkan dalam kitab-kitab suci kaum Yahudi dan Nasrani. (w-islam.com, dari berbagai sumber)
Leave a Reply