Alex: Mengetahui Pendiri Ka’bah, Mengubah Hidup Saya Masuk Islam
Gemar membaca pengetahuan melalui kitab suci dapat mempertajam berpikir dan mengambil keputusan seseorang. Kejelian dalam menyimpulkan suatu kejadian dan rekaman peristiwa itu pula dapat mengubah pikiran manakala mendapati sesuatu yang terasa “ganjil” atas keyakinan yang selama ini dipegangnya.
Alex merupakan salah seorang di antara mereka yang rajin membaca kitab. Dari kebiasaannya membaca dan mendiskusikan isi kitab itu timbul penasaran yang tinggi akan pengetahuan yang lebih jauh. Islam akhirnya jadi pilihan terbaik, sebagaimana dituturkannya pada onislam.net (14/1/2013). Berikut penuturannya:
Saya sedang membaca Alkitab pada peringatan Thanksgiving tahun 2010. Ditambah dengan membaca beberapa buku tentang Alkitab, saya malah mulai bertanya, misalnya tentang agama-agama yang berbeda.
Setelah itu sampailah saya bertanya tentang Islam. Saya juga melakukan penelitian lebih lanjut tentang agama-agama lain. Lalu saya meneliti tentang sejarah Quran, saya browing melalui search engine seperti google. Dari banyak hasil riset itu kemudian saya sangat tertarik. Tertarik pada kitab suci yang masih utuh selama 14 abad lamanya. Saya juga tertarik mempelajari sejarah Ka’bah dan itu menjadi poin penting dalam pencarian ini.
Saya dibesarkan di keluarga Katolik. Saya mengenyam pendidikan di sekolah Katolik selama 8 tahun, dan saya tidak pernah diberitahu bahwa Ka’bah itu dibangun oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Ketika saya menemukan informasi bahwa Ka’bah dibangun oleh mereka, saya benar-benar marah. Saya merasa seperti telah dibohongi selama ini.
Saat dibesarkan di sebuah sekolah Katolik, saya juga tidak pernah percaya pada dosa asal. Itu adalah sesuatu yang saya tidak bisa percaya. Saya juga mempertanyakan patung. Saya hanya tidak mengerti bahwa, di satu sisi mereka mengajarkan Sepuluh Perintah Tuhan, tapi di sisi lain mereka memiliki patung, sehingga terasa tidak masuk akal.
Dan ketika saya membaca Quran, saya menemukan Quran Explorer, yang di situ saya mendengarkan Quran dalam bahasa Arab serta bahasa Inggris. Seminggu kemudian saya mengambil keputusan untuk bersyahadat (masuk Islam) di depan komputer saya. Kemudian sebulan setelah itu saya lakukan secara resmi dalam masjid.
Hal yang paling sulit menerima keimanan saya (yang baru) adalah keluarga saya. Beberapa kali saya dipanggil keluarga untuk menjelaskan pilihan saya. Itu tak
Masalah bagi saya. Saya sekaligus ingin memberitahu mereka agar rajin membaca, membaca, dan membaca. Kalau pun tidak membaca, silakan dengarkan Quran online, dimanapun dan kapanpun….
Ramadhan pertama saya adalah tahun lalu, yang mana itu menjadi pembelajaran. Seumur-umur saya tidak pernah berpuasa dalam hidup saya, dan saya tidak berpikir saya bisa melakukannya. Ramadhan kemarin itu saya benar-benar takut bahwa saya akan gagal, sehingga saya mulai berdoa, meminta Allah untuk membantu saya, membimbing saya. Ternyata itu adalah hal termudah yang pernah saya lakukan, setelah tiga hari pertama, tentu saja.
Pembelajaran itu butuh kedisiplinan, keshalihan, dan begitu banyak banyak kata yang saya bahkan tidak bisa menjelaskannya….(untuk versi audiovisualnya, lihatdi http://www.youtube.com/watch?v=GxqYv0Fs5MY&feature=player_embedded)
Leave a Reply