Rasulullah SAW Sebagai Penggembala Kambing

Saat usinya menginjak usia remaja, Muhammad SAW tak hanya belajar berwirausaha dengan berdagang ke Syam, tapi juga belajar menggembala kambing. Kegiatan itu dimaksudkan untuk membantu pamannya, Abu Thalib, demi meringankan beban ekonomi keluarga.

Muhammad SAW pernah menggembalakan kambing milik penduduk Mekah. Dari pekerjaannya ini ia mendapatkan upah yang layak. Tentang pekerjaannya sebagai penggembal kambing, Muhammad SAW pernah bersabda, “Allah tidak membangkitkan seorang nabi, kecuali (setelah) dia menggembala kambing.” Mendengar pernyataan itu, para shahabat bertanya, “Dan apa engkau juga (begitu), ya Rasul Allah? Rasulullah SAW menjawab, “Ya, aku menggembala kambing milik penduduk Mekah.”

Jika ditelisik, kegiatan menggembala kambing yang dilakukan Rasulullah SAW itu memiliki hikmah di baliknya. Hikmah itu terutama terkait dengan kepemimpinan.

Pada saat menggembalakan kambing itu, Muhammad SAW memperlakukan kambing-kambingnya dengan “perikehewanan”. Saat berada di padang rumput yang luas pun Muhammad SAW mendapatkan banyak inspirasi dari alam semesta yang damai berkat ciptaan-Nya. Beliau benar-benar mengagungkan sang Pencipta alam raya saat menyaksikan keindahan semesta.

Dari pembelajaran menggembala kambing ini, ada beberapa pelajaran yang bisa diambil dari sana. Pertama, pelajaran kesabaran. Seorang penggembala tak bisa menjadi baik jika tak memiliki kesabaran saat menggembalakan kambingnya.

Ratusan kambing yang digembalakan tentu membutuhkan kesabaran lebih yang membutuhkan waktu tak sebentar. Meski di sela padang rumput, namun kondisi alam di jazirah Arab yang panas mengharuskan penggembala memiliki kesabaran yang ekstra..

Pelajaran kedua adalah pembelajaran menjadi seorang yang rendah hati atau tawadhu. Tentu saja ada sebagian masyarakat yang masih memandang sebelah mata terhadap pekerjaaan penggembala. Namun, Muhammad SAW tak melihat dengan kacamata yang sempit. Di balik pekerjaan sebagai penggembala terdapat hikmah yang besar dalam kehidupannya di masa yang akan datang.

Pelajaran ketiga, belajar menjadi seorang pemberani. Hal ini terkait dengan rawannya hewan-hewan gembalaan itu diserang oleh binatang-binatang buas seperti ular dan lainnya yang mengincar kambing. Di sinilah dibutuhkan keberanian dari seorang penggembala untuk melindungi kambing-kambingnya dari gangguan binatang buas.

Pelajaran keempat, mengajarkan tentang bagaimana memimpin umat kelak. Umat yang banyak itu ibarat kambing yang juga beragam sifat dan watak. Dari kebiasaan menggembalakan kambing itu Muhammad SAW jadi mengetahui bagaimana memperlakukan satu kambing dengan lainnya sehingga menjamin rasa keadilan.

Demikian pelajaran yang dapat diambil dari bagian perjalanan hidup (sirah) Nabi Muhammad SAW saat beliau melewati masa-masa remaja. (w-islam.com)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>