Karakteristik Sombong
Salah satu sebab iblis itu dikutuk oleh Allah SWT adalah karena sifat sombong. Ia tidak mau bersujud kepada Allah SWT. Ia lebih memilih ingkar dengan kesombongannya. Sombong adalah sifat yang sangat berbahaya bagi manusia. Tidak saja dibenci oleh Allah SWT, manusia pun sangat tidak menyenangi sifat sombong ini. Meskipun sifat sombong sudah merupakan sifat yang buruk, namun ada pula penyakit yang lebih berbahaya dari sombong. Penyakit tersebut adalah orang-orang yang berpura-pura ikhlas untuk menyembunyikan kesombongannya. Allah berfirman,
“(Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu, janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dia-lah Yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (an-Najm: 32)
Sombong itu tidak serta-merta ada pada diri manusia. Sombong itu disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:
Harta dan kekayaan
Sesungguhnya kita hidup tidak punya apa-apa. Harta yang dibangga-banggakan itu hanyalah titipan dari Sang Pemilik alam ini. Jangankan harta, diri kita pun bukan milik kita. Kita sepenuhnya milik Allah. Berapa banyak orang-orang kaya, hartanya hilang hanya dalam hitungan beberapa jam saja. Boleh jadi ditelan bencana atau berpindah tangan kepada orang lain.
Ilmu dan kepandaian
Sekali-kali bertamasyalah ke laut bebas, baik dengan kapal pesiar, motor boat, berenang, atau menyelam di laut itu. Celupkanlah jari telunjuk Anda ke laut yang luas itu. Air yang menempel di jari kita, itulah ilmu kita. Sebarkan di alam ini. Sementara samudera bebas tanpa batas, itulah ilmu Allah.
Apa yang dikenal dengan kecongkakan intelektual, yakni seakan-akan dengan akal hampir tidak ada rahasia di alam ini. Hal ini tidak beralasan sama sekali.
Akal adalah makhluk yang mulia. Dengannya, manusia menjadi terhormat dan terpandang. Tetapi menjadikan akal menjadi kata akhir untuk menghukumi kebenaran. Yang demikian itu bukan suatu sikap yang arif.
Pangkat dan jabatan
Mereka yang diberi jabatan oleh Allah adalah orang-orang pilihan karena mereka mendapat kesempatan lebih untuk menghimpun sebanyak-banyaknya amal saleh dan berdakwah.
Jabatan dapat dimanfaatkan untuk membuka selebar-lebarnya pintu surga, untuk membuat jalan licin menuju surga, untuk berdakwah, memberi contoh tentang makna nilai-nilai amal saleh. Sekalipun memang dengan jabatan tersebut, manusia juga bisa membuka lebar-lebar jembatan ke neraka. Tergantung ke mana jabatan itu ia manfaatkan.
Pemimpin yang adil adalah tempat masyarakat menggantungkan masa depan. Jadi, pada hakikatnya di dalam Islam jabatan itu adalah pengabdian atau dengan kata lain jabatan adalah amanah dan tanggung jawab.
Darah dan keturunannya
Ini yang paling mudah membuat orang bersikap sombong. Dengan harta dan kekayaannya, karena pangkat dan jabatannya, karena ilmu dan kepandaiannya, masih banyak orang yang dapat mengendalikan diri. Tetapi hampir setiap orang menjadi sombong apabila sudah berbicara tentang darah dan keturunannya.
Sejarah telah memberikan pelajaran amat berharga pada kita. Abu Jahal tahu makna syahadat dengan segala kebenarannya atau Muhammad dengan kerasulannya. Tetapi Abu Jahal menolak kebenaran karena kesombongan darah dan keturunannya. Fir’aun tahu kebenaran risalah yang dibawa Musa tetapi karena darah dan keturunannya, ia menolak kebenaran yang dibawa oleh Musa. Bahkan iblis menolak untuk bersujud pada Adam karena kesombongannya yang merasa superior diciptakan dari api. Semoga Allah melindungi kita dari penyakit sombong, baik yang terbuka dan tertutup. (w-islam.com)
Leave a Reply