Orang yang Mencintai dan Dicintai Allah SWT

Senantiasa Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW Allah SWT berfirman,”Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31)

Ibnu Urfah berkata,”Menurut pemahaman orang-orang Arab, cinta adalah keinginan terhadap sesuatu dengan sengaja. Sementara itu, Imam al-Azhariy menyatakan bahwa bukti kecintaaan seorang hamba kepada Allah swt. dan Rasul-Nya adalah menaati perintah serta berjalan di atas jalan yang digariskan keduanya.”

Dalam kerangka inilah, Allah swt. berfirman,”Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku.” (Ali Imran: 31) Sedangkan bukti bahwa Allah swt. mencintai seorang hamba adalah Dia menganugerahkan nikmat berupa pengampunan kepada sang hamba, sebagaimana tergambar dalam firman-Nya,”Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang ingkar.” (ar-Ruum: 45) maksudnya adalah tidak mengampuni mereka. (al-Jaami’ li Ahkaam Al-Qur’an, (Kairo: Darul Hadits), Jilid II, hlm. 65)

Al-Hasan dan Ibnu Juraij menyebutkan bahwa pada masa Rasulullah saw. beberapa orang berkoar-koar di hadapan Beliau SAW bahwa mereka mencintai Allah SWT. Mereka antara lain berkata,”Wahai Muhammad, sesungguhnya kami mencintai Tuhan kami.” Sebagai respons terhadap hal tersebut, turunlah ayat ini. (Lubaab an-Nuquul, hlm. 41)

Sahal bin Abdullah berkata, ”Bukti cinta terhadap Allah adalah mencintai Al-Qur’an. Bukti mencintai Al-Qur’an adalah mencintai Rasulullah SAW. Sedangkan bukti mencintai Rasulullah SAW adalah mencintai sunnah beliau. Dengan demikian, mengikuti sunnah Nabi SAW serta mencintainya merupakan sarana penting menuju kesempurnaan iman. Tanpanya, iman seorang muslim belum dikatakan sempurna.”

Rasulullah SAW bersabda, “Demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya, seseorang belum akan dikatakan beriman sebelum aku menjadi orang yang lebih ia cintai daripada orang tua, anaknya, serta seluruh manusia.” (Shahih Bukhari, hadits nomor 15 dan Shahih Muslim, hadits nomor 44)

Artinya, kecintaan terhadap anak, istri, ayah, ibu, atau kecintaan terhadap harta, pangkat, atau kekuasaan, tidak boleh mengalahkan kecintaan terhadap Rasulullah SAW. Lebih lanjut, seseorang juga belum akan merasakan manisnya iman kecuali dengan mencintai Beliau SAW di atas segalanya. Rasulullah SAW bersabda,

“Tiga hal yang apabila terdapat pada diri seseorang maka dia akan merasakan manisnya iman yakni ketika dia mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari hal apa pun, ketika dia menyayangi seseorang hanya karena Allah, dan ketika dia merasa benci untuk kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan Allah, sebagaimana dia sangat tidak ingin untuk dilemparkan ke neraka.” (HR. Bukhari). (w-islam.com)

 


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>