Yang Dikerjakan Rasulullah di Rumah

Meskipun Rasulullah SAW adalah seorang  Nabi utusan Allah, juga sebagai pemimpin kaum muslimin, namun layaknya seorang suami dan ayah dari anak-anaknya, beliau juga melakukan aktivitas rutin di rumah tangga. Kita ketahui bahwa rumah adalah cerminan tempat tinggal yang menggambarkan bagusnya akhlak penghuninya, kesempurnaan peradabannya, kebaikan pergaulannya, dan keseluruhan pribadinya.

Tentang kehidupan Rasulullah di rumah, Aisyah r.a., istri Nabi SAW pernah ditanya, “Apa yang dikerjakan Rasulullah di rumah?” Aisyah menjawab, “Seperti layaknya manusia biasa. Beliau menambal bajunya, memerah susu kambingnya, dan mengerjakan sendiri pekerjaan rumahnya.” (HR. Ahmad dan Tirmizi)

Sangat sederhana dan kebapakan. Padahal kita tahu, Muhammad SAW itu adalah kekasih Allah SWT yang memiliki alam semesta ini. Ketika Muhammad belum lahir saja, Allah SWT sudah menyebut-nyebut namanya di depan Nabi Adam a.s. Bahkan Allah SWT dan para malaikat bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Subhanallah, sebuah tanda yang sangat istimewa bagi manusia yang bernama Muhammad SAW. Manusia yang ditinggal wafat ayahnya ketika ia masih dalam kandungan, dan ditinggal selama-lamanya oleh Sang Ibunda manakala ia masih berusia enam tahun.

Inilah profil ketawadhuan dan kerendahhatian Muhammad SAW. Tidak sombong dan tidak sewenang-wenang terhadap orang lain. Beliau aktif mengerjakan sendiri pekerjaan dan membantu keluarga dalam menyelesaikan pekerjaannya. Pekerjaan menjahit bajunya yang robek, menyapu, mencuci pakaian. Itulah pekerjaan yang nyatanya Beliau lakukan sendiri di rumah guna membantu sang istri, Aisyah r.a.

Meskipun Muhammad SAW bisa mendapatkan apa saja yang ia mau, tapi kerap kali di rumahnya tidak ada makanan yang cukup untuk dimakan sekeluarga. An-Nu’man bin Basyir menceritakan keadaan Rasul, “Sungguh saya telah melihat bagaimana Rasulullah tidak menemukan daqal (kurma yang jelek untuk makanan hari itu.” (HR. Muslim)

Aisyah r.a. pernah meriwayatkan, “Kami sekeluarga Muhammad sudah biasa tidak menghidupkan perapian selama sebulan. Kami hanya makan dari aswadaani, yaitu kurma dan air.” (HR. Bukhari)

Tapi hal itu tidak menjadikan Beliau malas apalagi berhenti dari bersyukur dan berzikir. Beliau merasa bahwa dunia hanya ada di genggamannya bukan di hatinya. Apalah artinya dunia. Ketika azan sudah berkumandang, Rasulullah SAW segera bergegas ke masjid sebagai imam. Aswad bin Yazid berkata, “Aku bertanya kepada Ibunda Aisyah, apa yang dikerjakan Nabi di rumahnya?” Aisyah menjawab, “Beliau sibuk dengan pekerjaan keluarganya, tetapi bila mendengar azan, beliau segera keluar rumah.” (HR. Muslim)

Selain mengerjakan pekerjaan rumah untuk keluarganya, Beliau selalu menghiasi rumahnya dengan bacaan Qur’an. Kita tahu bahwa kemerduan suara Nabi SAW dalam membaca Qur’an membuat orang kafir rindu akan suara bacaannya tersebut. Beliau mengingatkan kita, “Terangilah rumahmu dengan bacaan Al-Qur’an dan shalat sunnah.” (HR. Bukhari)

Begitu sekelumit kegiatan Rasulullah SAW di rumah yang penuh tanggung jawab dan kesederhanaan meskipun Beliau adalah seorang manusia teragung sepanjang usia bumi. Tidak ada yang pantas sombong di dunia ini sebagai manusia kecuali Muhammad SAW. Akan tetapi, keistimewaannya tersebut tidak menjadikannya manusia yang angkuh karena Muhammad adalah manusia hebat yang sangat terkenal di muka bumi dan di langit. Tapi, Beliau SAW justru memberikan teladan kepada umat manusia untuk berlaku lembut dan bertanggung jawab terhadap kehidupan dalam keluarganya.

Jika saja ada pemimpin di negeri ini yang menjadikan Nabi SAW sebagai teladan dalam kesehariannya, sungguh merupakan kemuliaan bagi dirinya. Namun yang ada justru lebih sering sebaliknya. Pemimpin zaman sekarang lebih terlihat angkuh dan sombong di hadapan rakyatnya bahkan di keluarganya. Ia bukan menjadi pelayan dalam masyarakat tapi justru minta disanjung dan dilayani oleh rakyatnya yang miskin dan dhuafa. Bagaimana mungkin pemimpin yang seperti itu bersikap saling membantu pekerjaan rumah tangga jika terhadap rakyatnya saja minta dilayani.

Kini, sudahkah kita meneladani kehidupan Rasulullah dalam rumah tangga? Jika belum, jadikanlah Beliau SAW sebagai anutan dalam kehidupan berumah tangga. Niscaya istri dan anak Anda akan merasa nyaman karena Anda sudah mempraktikkan kehidupan Nabi SAW dalam kehidupan nyata sekarang, bukan hanya membaca hadits atau sejarah Nabi SAW saja. “Dan pada diri Rasulullah itu terdapat teladan yang baik.” (QS. Al-Ahzab : 21) Wallahu’alam bisshawab. (w-islam.com)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>