Apakah Kita Tergolong Khusnus Khatimah?
Seperti kata pepatah, ”Sejauh-jauhnya burung bangau terbang tinggi, dia akan kembali ke kandang.” Seperti manusia yang begitu hebat, kaya, atau cerdas, akhirnya dia akan kembali ke tanah. Islam pun dengan tegas mengingatkan dalam sabda Nabi-Nya, ”Manfaatkan waktu hidupmu sebelum datang kematianmu.”
Manusia sudah banyak yang paham dan tahu bahwa setiap orang pasti akan kembali ke tanah. Mereka meyakini akan dicabut nyawanya, dimandikan, dikafani, dishalati, lalu dimakamkan. Dan yang lebih mengerikan lagi, kita tidak diberitahu oleh Allah SWT kapan kita dicabut nyawanya. Namun, dalam menyikapi kematian, kita justru tenang dan tidak bersegera menjemput rahmat Allah SWT. Tidak bersegera mengerjakan kebaikan-kebaikan. Yang ada justru kita asyik bermain-main di dunia, seakan-akan kita akan kekal selamanya.
Hamba yang beriman harus mengimani bahwa kematian akan datang. Tua-muda, miskin-kaya, atau seorang pejabat dan raja sekalipun pasti akan dijemput maut. Sebagai seorang mukmin, tentu kita ingin mengakhiri perjalanan di dunia ini dengan baik, dengan meninggalkan kenangan yang manis yang tak lekang oleh waktu. Selalu dikenang orang. Untuk mencapai itu semua, kita harus memulainya dengan beriman, beramal shaleh, saling menasihati kebenaran dan kesabaran. Tetap istiqamah dalam segala kebaikan.
Bila semua dilaksanakan dengan ikhlas niscaya Anda akan dinanti oleh Allah SWT dengan senyuman dengan tangan terbuka. Dan akan ditempatkan di tempat yang menyenangkan sampai Hari Pembalasan kelak. Ada beberapa tanda khusnus khatimah sesuai sabda Rasulullah SAW:
Rasulullah saw bersabda, ”Barangsiapa akhir ucapannya di dunia ini adalah Laa Ilahaa Ilallah, dia msuk surga.” (HR. Abu Dawud dan Hakim)
”Kematian seorang mukmin ditandai dengan keringat di dahi.” (HR. Ahmad, an-Nasa’i, Tirmidzi, dan yang lainnya)
“Tidak ada seorang muslim pun yang meninggal pada hari jumat atau malam jumat melainkan dia akan dibebaskan dari siksa kubur.” (HR. Tirmdizi)
Di antara tanda khusnul khatimah yang lain adalah mati di saat menjalankan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya seperti meninggal dalam keadaan shalat, puasa, haji, umrah, berjihad di jalan Allah, dakwah di jalan Allah. Barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, Dia akan memberinya taufik untuk beramal saleh kemudian mencabut nyawanya.
Pujian yang baik oleh sekumpulan kaum muslimin, baik oleh teman atau tetangganya, berdasarkan hadits Anas, dia berkata bahwa para sahabat pernah melewati seorang jenazah kemudian dia memuji kebaikan atasnya. Kemudian Nabi saw. bersabda, “Wajib.” Kemudian mereka melewati seorang jenazah yang lain, lalu mereka mengutarakan keburukannya, Nabi lalu bersabda, “Wajib.” Umar berkata, “Apa yang wajib?” Beliau saw bersabda, “Yang ini kalian menyebut baik atasnya maka wajib bainya surga. Sementara yang itu kalian menyebut buruk atasnya maka wajib baginya neraka. Kalian adalah saksi Allah di bumi-Nya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sedangkan tanda secara fisik di wajahnya setelah kematiannya adalah:
a. Senyuman di wajahnya.
b. Terangkatnya jari telunjuk yang menunjukkan syahadat tauhid.
c. Bersinar dan bercahaya wajahnya karena kegembiraan menerima kabar gembira yang didengarnya dari Malaikat Maut.
Untuk mencapai khusnul khatimah tidak bisa dilakukan secara mendadak, atau disiasati. Dia harus dicapai dengan keimanan dan keikhlasan dalam menjalankan perintah Allah SWT. Seseorang yang hidupnya penuh kebaikan tentu di saat-saat akhir hidupnya pun akan memiliki sikap yang Allah SWT ridhai. Akan tetapi, jika dia menjalankan ajaran Islam dengan riya’ (ingin dilihat) dan sum’ah (ingin didengar) tentu hasilnya akan merugikan diri dia sendiri. Di dunia tidak berkah, di penghujung hidup pun Allah SWT tidak akan mengalunginya dengan gelar khusnul khatimah. Dia mati sia-sia, hanya mendapat pujian manusia, tapi diacuhkan oleh Allah SWT.
Perhatikanlah firman Allah SWT berikut, ”Kesudahan yang terbaik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Thaha [20]: 132)
Sudah sangat jelas ditunjukkan oleh Allah SWT bahwa untuk mengakhiri hidup di dunia dengan khusnul khatimah adalah dengan menjadi orang muttaqin (bertakwa). Dia ikhlas dengan agamanya, ridha Allah sebagai Tuhannya, Muhammad sebagai Rasulnya. Semuanya diserahkan dirinya kepada Islam. Oleh sebab itu, tidak ada lagi waktu yang sia-sia. Gunakan waktu Anda untuk kebaikan dan ketakwaan. Niscaya kita akan menyudahi dunia ini dengan kesudahan yang terbak seperti kesudahan orang-orang yang bertakwa. Wallahu’alam bisshawab. (w-islam.com)
Leave a Reply