Tidak Ada Paksaan Memeluk Islam
H.A.R. Gibb di dalam bukunya, Whither Islam, yang mengatakan “Islam is indedd more than sistem of theology, it is a complete civilization.” (Islam sesungguhnya lebih dari sekadar sebuah agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna). Pernyataan ini mengindikasikan bahwa Islam adalah agama yang sekaligus membawa misi perbaikan kebudayaan manusia.
Islam tidak mengajarkan kebebasan yang kebablasan. Islam hanya dapat menghormati sebuah perbedaan prinsip. Islam pun tidak mengajarkan sifat pemaksaan atas segala sesuatu. Termasuk agama, Islam mempersilakan siapa saja yang merasa nyaman dan tenang dengan agama Islam, peluklah. Namun jika ada yang menolak Islam pun dibiarkannya. Hal ini sesuai dengan salah satu ajaran Islam yang diterangkan dalam Al-Qur`an:
“Tidak ada paksaan dalam (memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dan jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thagut dan beriman kepada Allah, sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 256)
Pemaksaan dalam Islam tidak dibenarkan karena Islam sudah menunjukkan suatu jalan yang tegas di antara jalan kebatilan maupun kebaikan. Seruan-seruan Allah yang tertuang dalam firman-Nya bukan ditafsirkan sebagai sebuah paksaan. Sudah seharusnya bagi orang-orang beriman, segala hukum yang ada di dalam Al-Qur`an dapat dijalani dengan keikhlasan dan kebebasan dari hambatan hawa nafsu. Sebagai contoh sederhana, banyak orang masih menjadikan shalat sebagai kewajiban. Padahal seharusnya shalat tersebut dijadikan sebagai sebuah kebutuhan bagaikan kita mau makan, minum, dan tidur.
Hampir semua mu’alaf yang memeluk Islam tidak pernah dipaksa. Apalagi para ilmuwan dan intelektual kafir yang akhirnya memeluk Islam. Mereka sampai melakukan riset tentang apa itu Islam. Bahkan tidak jarang di antara mereka banyak yang mendapatkan keajaiban di alam yang juga ditemukan dalam Al-Qur’an. Padahal, Al-Qur’an diturunkan empat belas abad yang lalu! Sebuah ketakjuban yang makin membuat mereka dengan ikhlas memeluk Islam.
Sudah tidak terhitung banyaknya orang nonmuslim yang memeluk Islam. Yang terhangat adalah ketika mantan astronot Amerika sekaligus manusia pertama yang menginjakkan kaki ke bulan memeluk Islam. Juga astronot wanita India pertama yang juga memeluk Islam sekembalinya ke bumi dalam perjalanannya ke bulan. Mereka adalah ilmuwan pilihan yang mendapat hidayah dari Allah SWT.
Islam mengajarkan agar manusia dapat memilih di antara dua jalan yang sudah ditetapkan oleh Allah. Jalan tersebut terurai dalam Al-Qur`an, “Allah mengilhamkan kepada jiwa manusia itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 8-9)
Mungkin akan mempunyai redaksi yang berbeda kalau Islam mengadakan pemaksaan terhadap manusia agar memeluk Islam. Namun, dengan bahasa yang lugas dan bernuansa selektif serta memancing manusia untuk merenung dan berpikir, seseorang diharapkan dapat sadar dan memahami ajaran ini. Inilah yang diajarkan Rasulullah SAW ketika Fathul Makkah, yakni ketika umat Islam kembali memasuki kota Mekah dengan berbondong-bondong, sedangkan Rasulullah dan para sahabat tidak memaksa atau pun mengbentak kaum Quraisy yang masih kafir untuk masuk Islam. Dengan pendekatan yang sangat diplomatik, menyerukan agar masyarakat Mekah tidak perlu takut akan kedatangannya bersama pasukan kaum muslimin.
Melalui sikap dan cara yang bijaksana ini, akhirnya msyarakat Mekah pun, termasuk Abu Sofyan, mengakui kearifan dan kedamaian yang diajarkan oleh ajaran Islam. Inilah yang dilukiskan oleh dalam Al-Qur`an, “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat masuk agama Allah dengan berbondong-bondong.” (QS. An-Nasr: 1 – 2)
Oleh karena itu, dengan sikap memberikan kebebasan kepada orang lain dalam memilih setelah kita menyampaikan misi dan visi sebuah ajaran atau apa pun lainnya, sebenarnya itulah yang digariskan oleh ajaran Islam. Inilah makna tersirat yang disampaikan Allah melalui firman-Nya, “Dan kewajiban kami tidak lain, hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.” (QS. Yasin: 17)
Karenanya tidak patut bagi kita sebagai umat Islam memaksakan kehendaknya kepada pihak lain sehingga membuat orang lain hilang kebebasannya. Tetapi kita pun tidak boleh membiarkan orang berbuat semaunya tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Karena kalau kita tidak mencegahnya, ibarat seorang awam yang hendak melubangi sebuah kapal. Kalau kita hanya melihatnya saja tanpa mencegahnya, kita akan tenggelam bersama. Ini harus dicegah demi kemaslahatan bersama.
Dan Allah SWT sudah menegaskan pula dalam Al-Qur’an surah al-Kafirun, yang isinya menjelaskan pilihan untuk bebas dan toleran dalam beragama. Lakum dinukum waliyadin. (w-islam-com)
Leave a Reply