Tiga Jalan Kebaikan

Dari Ibnu Mas’ud Nabi SAW bersabda, ”Ada tiga macam perkara, siapa yang mendapatkannya akan mencapai kebaikan dunia dan kebaikan akhirat; ridha akan takdir dan ketentuan, sabar atas bala dan ujian, berdoa di kala senang.”

Kita sering mendengar dan membaca hadits tersebut di atas. Dalam keseharian pun Allah SWT seringkali menguji hamba-Nya dengan hal-hal di atas. Dalam teori sepertinya mudah mengamalkan hadits di atas tadi. Namun ketika Allah SWT mulai menguji kita, rasa-rasanya ketidaksiapan mental kita seringkali berbicara lain. Kita sering menyalahkan Allah manakala apa yang kita rencanakan tidak sesuai dengan takdir Allah. Artikel sederhana ini coba memberikan tips kita mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat.

Rasulullah SAW memberikan resep yang tidak sulit dan tidak muluk-muluk. Cukup tiga perkara. Pertama adalah ridha terhadap takdir yang menimpa dirinya. Keridhaan ini dicerminkan dari rasa khusnudzan selalu kepada Allah. Ia selalu merasa bahwa apa yang ditakdirkan Allah pada dirinya adalah sesuatu yang paling baik baginya. Kadang ia menginginkan sesuatu namun keinginannya tidak tercapai. Takdir Allah-lah yang berlaku, meskipun takdir itu berlawanan dengan keinginannya. Namun ia tetap berprasangka baik bahwa itu adalah untuk kepentingan dirinya juga. Ia akan selalu ingat firman Allah SWT,

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah Maha Mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)

Kedua, sabar atas segala musibah yang menimpa dirinya. Banyak orang mengaku diri sebagai orang yang hebat, orang yang kuat. Tapi ketika diterpa permasalahan hidup, dia tidak sabar. Stres, kalut, panik. Akhirnya hilang ingatan atau arah hidupnya menjadi tidak menentu. Orang yang sabar menghadapi berbagai macam cobaan hidup akan dapat merasakan manisnya hidup. Pada saat ia mampu sabar, ikhlas, dan menahan diri, muncullah kenikmatan itu. Dari kesabaran yang ikhlas akan muncul rasa syukur.

Sangat banyak ayat dalam Al-Qur’an yang menjelaskan makna sabar. Sabar selalu digandengkan dengan shalat. Shalat adalah tiang agama. Bila tiang tidak tegak tentu keislaman seseorang patut dipertanyakan. Semuanya berawal dan berujung kepada bagaimana kita mengamalkan ajaran Islam yang mendasar, yakni Rukun Islam dan Rukun Iman. Panduan manusia untuk menuju jalan Islam yang lurus sudah banyak. Semua orang bisa belajar Islam melalui buku, internet, ceramah, dan lainnya.

Sabar ini merupakan sebuah sifat terpuji yang sudah sejak beberapa abad yang lampau telah diteladankan oleh para nabi dan rasul. Kita lihat bagaimana kesabaran Nabi Ayyub a.s. ketika diuji dengan sakitnya. Kesabaran Nabi Ibrahim a.s. ketika dicoba kesabarannya karena belum juga diberi keturunan di usia senjanya. Dan masih banyak lagi contoh kesabaran yang harus kita lihat dan amalkan dalam keseharian.

Ketiga adalah orang yang bersyukur. Ungkapan syukur tersebut dinyatakan dengan berdoa ketika dalam keadaan senang. Orang yang berdoa ketika dalam keadaan susah tentu umum, wajar, dan biasa. Orang tersebut pasti berdoa agar kesusahannya diangkat Allah dari dirinya. Sedangkan orang yang berdoa di kala senang merupakan orang yang hebat.

 

Di sinilah ujian itu bisa kita lihat. Tatkala kita senang atau susah apa sikap kita. Apakah tetap bersyukur ataukah kufur. Senang bisa membuat orang kufur, susah juga bisa membuat orang kufur. Senang bisa membuat orang bersyukur, demikian pula susah bisa membuat orang bersyukur.

Bagi orang yang selalu melihat ke bawah, bersyukur adalah suatu kebiasaan yang mudah baginya dalam mengamalkan. Namun bagi manusia yang selalu melihat ke atas, selalu menjadikan harta dan jabatan sebagai parameternya, tentu bersyukur adalah perbuatan yang sangat sulit. Sesulit menemukan jarum yang hilang di malam hari di tumpukan jerami. Karena syukur itu timbul dari hati, bukan dibuat-buat.

Allah SWT Sang Pemilik Alam Semesta akan murka bila hamba-Nya tidak bersyukur mendapatkan rezeki dari Allah. Terkesan orang tersebut tidak tahu aturan. Sudah diberi tapi masih saja bersungut-sungut tidak ikhlas. Allah mengancam, seperti dalam firman-Nya, “Jika engkau bersyukur kepada-Ku niscaya Aku tambah nikmat-Ku. Namun jika engkau mengingkari, sesungguhnya azab-Ku amat pedih.” (Ibrahim : 7) Di akhirat orang seperti ini akan mendapatkan pahala yang besar. Wallahu’alam bisshawab. (w-islam.com)

 

 

 


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>