Pencuri Shalat
Shalat adalah salah satu ibadah yang wajib dilakukan oleh muslim yang berakal dan telah baligh. Semua Ulama baik salaf maupun khalaf sepakat akan kewajiban shalat dan menghukuminya fardhu ‘ain, kewajiban yang wajib dilakukan oleh tiap-tiap individu. Shalat termasuk rukun Islam yang kedua dan wajib ditegakkan. Sebegitu wajibnya shalat sampai tidak ada rukhsah (keringanan) untuk meninggalkannya bagi seorang muslim. Kalau terlupa/tertidur kita wajib melaksanakan shalat ketika ingat. Jika tidak ada air untuk berwudhu, kita dapat menggantinya dengan tayamum. Menjaga shalat juga merupakan wasiat Rasulullah sebelum meninggal dunia. “Jagalah shalat, jagalah shalat dan hamba sahayamu”
Akan tetapi, di era modern kini dan di tengah ketatnya persaingan dunia, baik dalam hal bisnis, ekonomi, politik dan sosial budaya, semua orang menginginkan hidup serba instan. Semua ingin dijalankan dengan cepat dan instan serta mudah. Tak terkecuali dalam hal ibadah termasuk shalat. Dengan alasan ingin mempersingkat dan mengefektifkan waktu, banyak muslim yang tergesa-gesa dalam melaksanakan shalat. Hal ini telah diingatkan dengan tegas oleh Rasulullah empat belas abad yang lalu dalam redaksi Thabrani dan Hakim.
“Sungguh sejahat-jahatnya pencuri dari kalangan manusia adalah orang yang mencuri shalatnya.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud mencuri shalatnya?” Beliau Saw berkata, “Ia tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya. Dan sungguh orang yang paling pelit (kikir) adalah orang yang pelit mengucapkan salam.”
Di dalam hadits lain juga diingatkan oleh Rasulullah SAW, “Maukah aku beritahu kamu, siapa sejelek-jelek pencuri.” “Siapakah dia?” sahabat bertanya, “Ia adalah orang yang mencuri shalatnya.”
Sahabat kembali bertanya, “Bagaimana seseorang mencuri shalatnya?” Nabi saw. menjawab dengan sederhana, “Tidak sempurna ruku dan sujud dalam shalatnya.”
Mencuri di dalam ajaran Islam merupakan perbuatan yang terkutuk. Bahkan hukumannya tidak main-main yaitu dipotong tangannya. Allah berfirman, “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Allah Mahaerkasa lagi Mahabijaksana.” (al-Maa’idah: 38) Orang Barat (juga sebagian orang Islam sendiri) bahkan menganggap hukum ini terlalu kejam dan primitif.
Namun demikian, Rasulullah saw. ketika berdialog dengan para sahabat menanyakan di antara kaum yang jelek ini (pencuri) siapa yang paling jelek? Apakah pencuri harta orang kaya, apakah pencuri barang milik negara, apakah pencuri barang milik umum? Ternyata menurut Rasulullah SAW yang paling jelek adalah yang mencuri shalatnya. Jelas para sahabat bingung. Apa yang bisa dicuri dari ibadah shalat. Bagaimana caranya?
Orang yang mencuri shalat maksudnya adalah melakukan shalat tapi tidak sempurna gerakan dan bacaannya. Ketika ruku dan sujud sebentar sekali bagaikan burung gagak yang mematuk makanannya. Ketika ditanya mengapa shalatnya gerakannya cepat sekali, jawabannya singkat, “Sudah hafal!”
Ketika Nabi SAW mendapati seorang sahabat yang shalatnya kilat, tidak tumaninah segera beliau menegurnya selesai ia shalat dengan bersabda, “Kamu belum shalat.” Diulanglah shalatnya dan Rasulullah SAW masih menegurnya hingga beliau menjelaskan bahwa namanya shalat harus khusyu dan tumaninah. Diam sebentar. Artinya harus ada jeda yang cukup untuk khusyu dan merenungi perbuatan yang sedang kita lakukan.
Shalat adalah sarana komunikasi kita dengan Allah SWT. Kalau hanya sekadar menggugurkan kewajiban saja, kita tidak akan mendapat esensinya. Padahal kesempatan emas itu bisa dipergunakan untuk berbagai macam keperluan penting seperti mengadukan nasib, memohon petunjuk, meminta pertolongan, menghindarkan musibah, meminta sesuatu, dan sebagainya. Sungguh sayang jika kita menyia-nyiakan begitu saja. Terlebih lagi kita mendapat julukan pencuri terburuk.
Karena itu, meskipun kesibukan kita begitu banyak, jangan kita menjadi seorang pencuri shalat. Sesungguhnya kita akan rugi karena tidak optimal dalam melaksanakan ibadah shalat tersebut. Jika tidak khusyuk dalam mendirikan shalat, akan berakibat terhadap ruh kita. Fokus kita hanya untuk dunia saja, hati kita pun menjadi tidak senang. Belajarlah untuk tenang dan tidak tergesa-gesa agar ibadah kita pun akan menjadi khusyuk dan baik. Wallahu’alam. (w-islam.com)
Leave a Reply