Sepenggal Masa Kecil Muhammad Kekasih Allah

Setiap tokoh besar yang dilahirkan di dunia memiliki sesuatu yang istimewa dalam masa kecilnya. Muhammad pun demikian. Dilahirkan dalam keadaan yatim. Disusul ibundanya tatkala usianya belum genap enam tahun. Kondisi itulah yang mendewasakan Muhammad kecil hingga menerima wahyu sebagai pengemban risalah mulia di dunia ini. Beberapa masa kecil Muhammad yang dituliskan oleh para penulis sirah nabawiyah di antaranya:

Meminta Hujan dengan Wajah Beliau

Ibnu Asakir men-takhrij dari Julhumah bin Arfathah, dia berkata, “Tatkala aku tiba di Mekah, orang-orang sedang dilanda musim paceklik. Orang-orang Quraisy berkata, ‘Wahai Abu Thalib, lembah sedang kekeringan dan kemiskinan melanda. Marilah kita berdoa meminta hujan.’”

Mendengarnya, Abu Thalib keluar bersama seorang anak kecil, yang seolah-olah wajahnya adalah matahari yang membawa mendung, yang menampakkan awan sedang berjalan pelan-pelan. Di sekitar Abu Thalib juga ada beberapa anak kecil lainnya. Dia memegang anak kecil itu dan menempelkan punggungnya ke dinding Ka’bah. Jari-jemarinya memegangi anak itu. Langit yang tadinya bersih dari mendung, tiba-tiba saja bertambah mendung datang dari segala arah, hingga menurunkan hujan yang sangat lebat. Akibatnya, lembah-lembah terairi dan ladang-ladang menjadi subur.

Bahira Sang Rahib

Selagi usia Muhammad mencapai dua belas tahunAbu Thalib mengajak pergi berdagang dengan tujuan Syam, hingga tiba di Bushra, suatu daerah yang sudah termasuk Syam dan merupakan ibukota Hauran, yang juga merupakan ibukotanya orang-orang Arab, sekalipun di bawah kekuasaan bangsa Romawi. Di negeri ini ada seorang rahib yang dikenal dengan nama Bahira, yang nama aslinya adalah Jurjis.

Tatkala rombongan singgah di daerah ini, sang rahib kemudian menghampiri mereka dan mempersilakan mereka mampir ke tempat tinggalnya sebagai tamu kehormatan. Padahal sebelum itu rahib tersebut tidak pernah keluar. Namun begitu dia bisa mengetahui Rasulullah saw. dari sifat-sifat beliau. Sambil memegang tangan beliau, sang rahib berkata, “Orang ini adalah pemimpin semesta alam. Orang ini akan diutus Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam,” ungkapnya dengan nada serius dan bijaksana.

Abu Thalib bertanya, “Dari mana engkau tahu hal itu?” Rahib Bahira menjawab, “Sebenarnya sejak kalian tiba di Aqabah, tidak ada bebatuan dan pepohonan pun melainkan mereka tunduk bersujud. Mereka tidak bersujud kecuali kepada nabi. Aku bisa mengetahuinya dari cincin nubuwah yang berada di bagian bawah tulang.rawan bahunya, yang menyerupai buah apel. Kami juga bisa mendapatkan tanda itu dalam kitab kami.”

Kemudian rahib Bahira meminta agar Abu Thalib kembali lagi bersama beliau tanpa melanjutkan perjalanannya ke Syam, karena dia takut gangguan dari pihak orang-orang Yahudi. Mendengar nasihat dari sang rahib, akhirnya Abu Thalib mengirim beliau bersama beberapa pemuda agar kembali lagi ke kota Mekah.

Perang Fijar

Pada usia lima belas tahun, meletus Perang Fijar antara pihak Quraisy bersama Kinanah, berhadapan dengan pihak Qais Ailan. Komandan pasukan Quraisy dan Kinanah dipegang Harb bin Umayyah, karena pertimbangan usia dan kedudukannya yang terpandang. Pada mulanya pihak Qais-lah yang mendapatkan kemenangan. Namun kemudian beralih ke pihak Quraisy dan Kinanah. Dinamakan Perang Fijar karena terjadi pelanggaran terhadap kesucian Tanah Haram dan bulan-bulan suci. Muhammad remaja ikut bergabung dalam peperangan ini, dengan cara mengumpulkan anak-anak panah bagi paman-paman beliau, untuk dilemparkan kembali ke pihak musuh.

Meniti Kehidupan dengan Kerja Keras

Pada awal masa remajanya, Rasulullah saw. tidak mempunyai pekerjaan tetap. Hanya saja beberapa riwayat menyebutkan bahwa beliau biasa menggembala kambing di kalangan Bani Sa’ad dan juga di Mekah dengan imbalan uang beberapa qirath (bagian dari uang dinar). Pada usia dua puluh lima tahun, beliau pergi berdagang ke Syam, menjalankan barang dagangan milik Khadijah.

Ibnu Ishaq menuturkan, Khadijah binti Khuwailid adalah seorang saudagar perempuan, keturunan bangsawan dan kaya-raya. Dia biasa menyuruh orang-orang untuk menjalankan barang dagangannya, dengan membagi sebagian hasilnya kepada mereka. Sementara orang-orang Quraisy memiliki hobi berdagang. Tatkala Khadijah mendengar kabar tentang kejujuran perkataan, amanah, dan akhlak beliau, dia pun mengirim utusan dan menawarkan kepada beliau agar berangkat ke Syam untuk menjalankan barang dagangannya. Dia siap memberikan imbalan jauh lebih banyak dari imbalan yang pernah dia berikan kepada pedagang yang lain. Beliau harus pergi bersama seorang pembantu bernama Maisarah. Beliau menerima tawaran ini. Kemudian beliau pun berangkat ke Syam untuk berdagang dengan disertai Maisarah.

Begitulah sepenggal kisah Muhammad sebagai seorang anak kecil dan remaja yang perlahan menampakkan sinar dan talentanya sebagai seorang calon nabi dan rasul Allah. Seorang yang memiliki sifat sidiq, amanah, fathonah, dan tabligh. (w-islam.com/berbagai sumber)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>