Nasihat di Jum’at yang Mulia

Setiap manusia harus selalu diingatkan setiap waktu, setia saat. Imam asy-Syafi’i rahimahullah pernah menulis dalam kitabnya, ar-Risalah,  sesungguhnya cukup bagi setiap manusia dengan surah al-Ashr saja, karena surat tersebut sesungguhnya mencakup semua nasihat kepada umat manusia.

Untuk itu diungkapkan dengan bahasa yang paling indah untuk mengingatkan ujung perjalanan, guna menggugah untuk menyadarkan betapa hidup hanyalah sebuah penantian. Akan tetapi, terkadang sambil menanti “jemputan”, kita pun merenda waktu asyik bercanda. Padahal tanpa mengetuk pintu utusan langit datang menjemput tanpa menyapa. Malaikat maut pemutus kelezatan siap merenggut.

Wahai para penempuh jalan, kitab seperti apa yang akan kau jadikan petunjuk, sedangkan setiap ayat Al-Qur’an adalah cahaya penerang kebahagiaan. Nasihat seperti apa lagi yang engkau butuhkan, sedang al-Musthafa berkata, ”Nasihati dirimu dengan dua hal. Nasihat yang berbicara yaitu Al-Qur’an dan nasihat yang bisu yaitu kematian.”

Ketika Umar bin Abdul Azis dibaiat menjadi khalifah, jiwanya bergetar, air matanya menetes. Tubuhnya yang gagah tegap sebelum menjadi khalifah, kini wajahnya pucat kemisut dan tubuhnya menyusut. Pernah para penduduk bertanya kepada istrinya. Sang istri menjawab bahwa sejak diangkat menjadi khalifah, khalifah sangat sedikit tidurnya dan hari-harinya tenggelam untuk melayani rakyatnya. Ia pernah berkata, ”O, alangkah beratnya amanah. Padahal pada hari kepastian, aku akan diminta pertanggungjawaban oleh fakir miskin, anak-anak yatim, dan para janda syuhada.”

Sayyidina Ali berkata, ”Ketahuilah wahai hamba-hamba Allah, bahwa kamu sekalian serta segala yang kamu miliki dari dunia ini berada di jalan orang-orang sebelum kamu yang telah pergi meninggalkannya. Mereka lebih panjang usianya daripada kamu, lebih makmur kediamannya dan lebih membekas peninggalannya.

Rasulullah SAW bersabda, “Ketahuilah bahwa kubur itu taman-taman yang ada di surga. Atau lubang dari segala lubang di neraka.” (HR. Tirmidzi)

Faridudin Attar berkata, ”Aku tahu ada yang terus mengejarku dan aku tidak akan mampu menghindar dari kejarannya, yaitu kematian! Karenanya aku selalu mempersiapkan diri untuk menghadapinya.”

Orang bijak berkata, ”Ketika terlahir engkau menangis, dan semua yang menyambut tertawa. Maka ketika datang hari perjumpaan, jadikanlah dirimu tertawa menatap taman surga, dan orang-orang menangis duka kehilangan dirimu.” Oleh sebab itu, jadilah anggota rombongan yang tahu arah ke mana akhir perjalanan mengarah. Sebelum datang saat yang pasti.

Dalam menghadapi kematian, orang-orang di dunia ini terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu:

1. Orang yang takut mati

2. Orang yang menginginkan mati

3. Orang yang siap mati

Orang tipe pertama adalah orang yang ketakutan dengan datangnya kematian. Ketakutan meninggalkan dunia ini. Merasa berat meninggalkan apa yang ia miliki saat ini. Istrinya yang masih cantik, anak-anaknya yg masih kecil dan belum lulus sekolah, uangnya yang masih melimpah yang masih sayang untuk ditinggalkan, dan lain sebagainya. Berat rasanya meninggalkan dunia beserta kenikmatan yang ada didalamnya.

Orang kedua adalah orang yang menginginkan kematian cepat-cepat menghampiri dirinya. Masalah yang ia hadapi, kemiskinan dan kemalangan yang menimpa dirinya. Cobaan demi cobaan yang berat dirasakan, membuat dia menyalahkan nasib. Dunia ibarat neraka baginya. Sehingga kematian menjadi lebih baik dari dunia seisinya.

Beruntunglah orang yang masuk ke dalam golongan ketiga. Orang yang telah menyiapkan amalan terbaiknya ketika menghadap Tuhan nya. Yaitu orang-orang yang beriman, iklhas, dan beramal shaleh. Dunia ini hanyalah tempat singgah kepada tujuan yang lebih hakiki.

Seperti orang yang hendak bepergian, ketika ia melihat langit mendung, serta merta ia akan membawa payung atau mantel sebagai persiapan jikalau turun hujan. Padahal mendung tak berarti hujan, namun ia sudah siap dengan segala kemungkinan. Begitu pula dengan orang yang mempersiapkan kematian. Ia tidak takut, kapan pun kematian itu datang, karena ia telah mempersiapkan yang terbaik. Menggunakan waktu yang ia miliki untuk amal perbuatan shaleh.

Perhatikan terjemah surah al-Hajja berikut, “Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya SEHARI disisi Tuhanmu adalah seperti SERIBU TAHUN menurut perhitunganmu.” (QS. al-Hajj : 47)

Jika kita konversi 1 hari waktu langit (akhirat) = 1000 tahun waktu bumi =  24 jam waktu langit (akhirat) = 1000 tahun waktu bumi=  3 jam waktu langit (akherat) = 125 tahun waktu bumi = 1,5 jam waktu langit (akhirat) = 62,5 tahun waktu bumi. Apabila umur manusia itu rata-rata 60-70 tahun, maka hidup manusia ini jika dikonversi dengan waktu langit hanyalah 1,5 jam saja.

Karena itu, ingatlah sabda Rasul, “Manfaatkanlah lima (keadaan) sebelum (datangnya) lima (keadaan yang lain) : masa mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum waktu sempitmu, dan hidupmu sebelum matimu.” (HR. Haakim 3/204)  Wallahu’alam bishawab. (w-islam.com/berbagai sumber)

 


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>