Bagaimana Meraih Shalat Khusyuk?
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum,
Bagaimana caranya shalat yang khusyuk?
Wassalam,
Fadliansyah
(fadlil_xxx@gmail.com)
Jawaban:
Wa’alaikumusssalam wr. wb.
Sdr. Fadliansyah, terima kasih atas pertanyaan yang Anda ajukan. Kami coba memberikan beberapa pemahaman dan cara untuk menjadikan shalat Anda, dan kita semua, khusyuk, insya Allah.
Pertama, modal atau bekal pertama yang mesti kita miliki adalah ilmu. Ya, ilmu pengetahuan tentang masalah ini (aqidah, ibadah, akhlak, dan lain-lain). Bedakan seorang Muslim yang menjalankan ibadahnya hanya sekedar apa yang ia lihat dari lingkungan sekitarnya atau budaya yang ia jumpai sehari-hari, dibandingkan Muslim lainnya yang beriman dan beribadah itu karena didasari oleh pengetahuan yang ia dapatkan dengan sungguh-sungguh.
Ilmu itu akan menjadi penerang hidup manusia. Tanpa bekal ilmu, manusia akan tersesat dari jalan yang lurus (benar). Allah Ta’ala memberikan peringatan sebagaimana firman-Nya:
قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab (Al-Quran) yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan Allah mengeluarkan mereka dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS.Al-Maidah:5-6)
Jadi, Saudara Fadli, jangan berhenti atau mandeg dalam menimba ilmu, dalam hal ini ilmu agama (dinul Islam). Ilmu pengetahuan lainnya sebenarnya juga sangat banyak yang tidak bertentangan dengan Islam. Jika sudah memiliki modal ilmu dinul Islam ini, maka seorang Muslim akan menjadikan ilmu-ilmu lainnya sebagai pijakan untuk meraih keridhoan Allah SWT.
Yang kedua, untuk menuju shalat yang khusyuk, ini terkait dengan bagaimana seorang hamba menghayati akan makna hidup dan kehidupan. Misalnya seperti ini, Anda sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah SWT harus benar-benar meyakini (berdasarkan ilmu yang sudah Anda dapatkan) tentang asal-usul Anda (dari tiada menjadi ada), tujuan hidup Anda (sesuai petunjuk Allah SWT), dan ujung dari kehidupan yang abadi. Jika penghayatan ini benar-benar Anda kuasai, insya Allah Anda akan terbiasa hidup yang “bergantung pada Allah SWT”.
Pengetahuan Anda tentang Allah, para nabi dan rasul (termasuk tentang sosok dan sejarah hidup Nabi Muhammad SAW/sirah nabawiyah), para malaikat, takdir, hari akhirat, dan lainnya, mesti mendalam. Tidak bisa sekenanya atau sekedarnya saja.
Dari pengetahuan itulah yang kemudian dijabarkan atau dipraktikkan dalam amaliah sehari-sehari. Demikianlah seorang hamba membuktikan keimanannya. Sebab, iman itu ada tiga unsur: meyakini dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mempraktikkan dengan seluruh anggota tubuh kita. Seorang yang hanya tahu (punya pengetahuan) namun tak mempraktikkan pengetahuannya, maka ia sangat tercela dan dibenci oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW, serta kelak ia bakal masuk ke neraka.
Gambaran orang demikian disinggung oleh Rasulullah SAW yang disampaikan melalui sahabatnya, Usamah bin Zaid, yang berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada hari kiamat nanti akan ada seseorang yang didatangkan kemudian dilemparkan ke dalam neraka. Isi perutnya terburai, sehingga ia berputar-putar sebagaimana berputarnya keledai yang menggerakkan penggilingan. Penduduk neraka pun berkumpul mengerumuninya. Mereka bertanya, ‘Wahai fulan, apakah yang terjadi pada dirimu? Bukankah dahulu engkau memerintahkan kami untuk berbuat kebaikan dan melarang kami dari kemungkaran?’. Dia menjawab, ‘Dahulu aku memerintahkan kalian berbuat baik akan tetapi aku tidak mengerjakannya. Dan aku melarang kemungkaran sedangkan aku sendiri justru melakukannya’. (HR. Bukhari dan Muslim)
Singkatnya, ilmu tentang akidah, ibadah, akhlak, sirah nabawiyah, dan lainnya harus mendapat prioritas utama dalam hidup seorang Muslim untuk menjadi hamba yang beriman (Mukmin). Memang ini membutuhkan waktu yang tidak singkat. Sepanjang kita masih bernafas, maka kewajiban menimba ilmu itu terus berjalan.
Seharusnya kita bisa mengambil kesimpulan dari komparasi dengan badan atau fisik kita yang jika tidak diberi asupan makan seharian saja sudah terasa lemas dan loyo. Nah, sebenarnya hal itu berlaku bagi ruhani kita yang sesungguhnya membutuhkan asupan yang sifatnya tak kasat mata (ghaib). Maka, lihatlah betapa orang yang tak pernah mengenal agama dan nilai-nilai kebaikan dalam ruhnya, yang nampak dan ditunjukkan oleh jasmaninya adalah sosok yang memiliki sifat-sifat negatif seperti pemarah, pendendam, dan penjahat. Na’udzubillahi min dzalik (kita berlindung kepada Allah SWT dari hal demikian).
Menuju shalat khusyuk
Jika sedari awal kita sudah memiliki modal ilmu dinul Islam yang mendalam seperti dianjurkan di atas, maka untuk menjadikan shalat kita khusyuk itu akan lebih mudah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan shalat antara lain:
Pertama, selalu termotivasi untuk shalat tepat waktu. Jangan ditunda-tunda, jika ada berkumandang, segeralah menuju ke masjid atau mushalla (bagi laki-laki) dan menjalankan shalat. Rasulullah SAW memotivasi umatnya untuk shalat tepat waktu karena manfaat dan pahalanya yang luar biasa. Hal ini sebagaimana diceritakan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : “… seandainya orang-orang mengetahui pahala azan dan barisan (shaf) pertama, lalu mereka tidak akan memperolah kecuali dengan ikut undian, niscaya mereka akan berundi. Dan seandainya mereka mengetahui pahala menyegerakan shalat pada awal waktu, niscaya mereka akan berlomba-lomba melaksanakannya. (HR. Bukhari).
Hikmah atau pelajaran yang dapat kita petik dari pembiasaan kita melaksanakan shalat tepat waktu adalah bahwa kita telah menyiapkan diri dengan kebaikan dan amal shalih saat Allah SWT mencabut nyawa kita. Sebab, kita tidak tahu dan tidak pengetahuan tentang kapan nyawa diri kita masing-masing akan dicabut oleh malaikat pencabut nyawa, lalu kita wajib mempertanggungjawabkan segala amal dan ibadah yang telah dikerjakan semasa kita hidup di dunia.
Hal yang kedua adalah dengan mengosongkan pikiran dan hati dari urusan-urusan duniawi saat kita melakukan shalat. Ingatkan terus otak dan hati kita saat terbayang atau terpikirkan masalah-masalah tersebut. Sebaliknya, hadirkan pikiran dan hati untuk Allah SWT, ingat akan pengadilan di akhirat kelak yang tak bisa dibohongi dan ditutup-tutupi karena Allah Maha Mengetahui semua perkara yang tampak dan yang tersembunyi. Waktu shalat yang hanya sesaat dibandingkan dengan mengurus duniawi, tentu harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk fokus mengarahkan pikiran untuk akhirat. Secara fisik, arahkan mata ke tempat sujud agar fokus, jangan mengarah kemana-mana.
Yang ketiga, khusyuk sendiri bermakna menghadirkan segenap rasa dan jiwa kehadirat Allah SWT. Maka dari itu, yang lebih afdhol adalah penghayatan dan keyakinan diri akan kehadiran kita di hadapan Allah SWT, yang sudah seharusnya kita melakukannya dengan penuh harap agar Dia meridhai hidup kita, serta meminta pertolongan kepada-Nya untuk senantiasa hidup di jalan-Nya.
Keempat, bacaan dari surat-surat Al-Quran bukanlah tanpa makna. Kita harus tahu arti kandungan ayat-ayat tersebut. Jika hal demikian kita kuasai, maka ini akan akan membuat shalat kita lebih khusyuk. Coba renungkan, apakah selama ini Anda shalat tanpa memahami bacaan yang Anda ucapkan? Jika demikian, segeralah berubah. Pelajari dan pahami arti dari doa dan surat-surat yang dibaca dalam shalat.
Demikianlah jawaban yang bisa kami sampaikan. Semoga bermanfaat bagi Anda, dan kita semua. Wallahu a’lam bisshawab.
Leave a Reply