Majelis Taklim Paguyuban Mualaf Masjid Sunda Kelapa Menteng, Wadah Pembinaan Para Mualaf

Majelis taklim ini selain berfungsi memperkuat kajian keislaman juga wadah konsolidasi dan silaturahim para mualaf.

Ruangan itu tidak besar, hanya seperti ruang kelas les atau bimbingan belajar. Di dinding ada materi yang menjadi pengganti layar LCD dari laptop.

Bangku-bangku di ruangan itu menyatu dengan meja. Sudah ada beberapa orang yang duduk mengisi bangku itu sambil menunggu. Hari itu (13/7), sekitar pukul 17.00, kajian di Paguyuban Mualaf akan dimulai seperti biasanya.

Sebelum ustaz membawakan materi, Koordinator Bidang Mualaf Masjid Sunda Kelapa Anwar Sujana memberi beberapa patah kata. Kajian hari itu merupakan kajian pekan awal Ramadhan. Anwar memberi penjelasan sedikit mengenai Paguyuban Mualaf.

Paguyuban ini didirikan pada 31 Juli 2010. Sebelumnya, paguyuban ini layaknya bibit yang terlampau lama disimpan namun belum juga ditanam. ‘’Sebenarnya sudah lama, tapi tak pernah terlaksana,’’ ujarnya.

Kemudian pada suatu Ahad saat kuliah dhuha, ide untuk mendirikan sebuah perkumpulan para mualaf muncul kembali dengan spontan. Hingga saat ini, paguyuban sudah masuk ke kepengurusan kedua dan sudah akan berakhir di akhir 2013.

Anwar berharap akan ada regenerasi dari forum kajian ini. Generasi yang lahir bisa lebih energik dan bersemangat dalam memajukan Paguyuban Mualaf.

Di kepengurusan Paguyuban Mualaf tak ada yang terlalu formal. Paguyuban Mualaf memiliki sembilan orang pengurus. Pengurus tidak perlu datang setiap hari. Kegiatannya selain kajian yaitu acara temu kangen dan membuat kegiatan. Mulai dari Nuzulul Quran hingga iktikaf.

Bagaimanapun, paguyuban ini dibentuk dengan pertimbangan para mualaf butuh media dan wadah untuk berproses menjadi lebih baik serta belajar Islam dengan lebih baik.

Dengan itu, para mualaf bisa berusaha untuk menciptakan kebersamaan di Paguyuban Mualaf ini. Saling berbagi, berkomunikasi, dan harus ada satu rutinitas untuk belajar Islam.

Sekretaris paguyuban, Alisya Fianne, mengatakan jumlah mualaf yang bergabung dalam paguyuban ini mencapai 16 ribu orang.

Namun, yang aktif biasanya hanya 200 hingga 300. Peserta yang berganti-ganti ikut kajian ada sekitar 30 hingga 50 orang. Anggotanya tersebar di seluruh Jakarta dan di luar Jakarta, dari pribumi hingga ekspatriat.

Di luar Ramadhan, kajian dilaksanakan dua minggu sekali. Khusus bulan Ramadhan, rutin setiap Sabtu dan Ahad sore. Sedangkan konsultasi dibuka dari Senin hingga Jumat.

‘’Selain buka puasa bareng dan kajian, kita juga adakan maulid, Isra Mi’raj. Dan jika Masjid Sunda Kelapa gelar Nuzulul Quran, kita biasanya bantu jadi panitia,’’ ujarnya.

Materi kajian diserahkan langsung dari ustaz. Kajian hari itu dibawakan oleh Ustaz Fauzi Ichsan dari Majelis Cinta Rasulullah.

Ustaz Fauzi menjelaskan dengan bersemangat kisah tentang Rasulullah dan bagaimana hubungannya dengan kisah nabi lainnya. Mereka bersama-sama turut menggelar kegiatan sosial lain seperti menyantuni yatim dan dhuafa.

Kegiatan itu mengajarkan bahwa Mualaf, bukan hanya bisa disantuni tapi Mualaf juga harus bisa menyantuni. Selain itu ada kegiatan di dalam dan di luar masjid dan kegiatan mitra dengan majelis taklim.

Kegiatan mualaf seharusnya ada bimbingan khusus, sebab pembinaan kajian mualaf dilakukan agar mampu membentengi akidah. (sumber: ROL/13/8/2013)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>