Terungkap, Paus Benediktus XVI Pecat Ratusan Pastor Pedofil
Tak dinyana, dokumen yang dipegang Tahta Suci Vatikan tersiar. Isi dokumen tersebut menunjukkan adanya hampir 400 pastor yang dipecat oleh Paus Emeritus Benediktus XVI diduga memperkosa dan mencabuli anak-anak. Keputusan Benediktus XVI itu diambil selama periode 2 tahun terakhir sebelum dirinya mengundurkan diri. Pengundurannya juga sempat menimbulkan teka-teka di mata publik internasional.
Data yang dilansir Vatikan tersebut dikumpulkan dan diungkap untuk dengar pendapat dengan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada hari Kamis (17/01/2014) lalu. Berdasarkan dokumen yang diunduh dari kantor berita Associated Press, Jumat (17/1/2014) dan juga analisa atas statistik Vatikan, terkuak bahwa Benediktus XVI telah menyingkirkan 260 pastor pada tahun 2011, dan 124 pada tahun 2012 atau total 384 pastor.
Angka itu jauh lebih besar dibanding jumlah pastor yang dipecat pada tahun 2008-2009 yang mencapai 171 orang. Jumlah tersebut juga lebih dari dua kali lipat ketika kasus kejahatan seksual pendeta Katolik terkuak di Eropa pada tahun 2010.
Menurut data Vatikan, tahun 2008-2012 jumlah total pastor pedofil yang dipecat mencapai 555 orang. Tidak termasuk data dari tahun 2010. Angka itu merupakan jumlah pastor yang diberhentikan secara paksa karena kejahatan seksual berdasarkan prosedur yang berlaku di dalam lembaga tertinggi Katolik tersebut.
Menurut seorang pengacara hukum Katolik, jumlah sesungguhnya dari pastor yang dipecat jauh melebihi angka di atas. Pasalnya, angka statistik Vatikan itu tidak termasuk jumlah pendeta yang dipecat berdasarkan keputusan pengadilan gereja Katolik di tingkat keuskupan.
Kenaikan jumlah pendeta yang dipecat tersebut mulai tampak satu tahun setelah Vatikan memutuskan batas limitasi masa berlakunya kejahatan seksual itu, sehingga korban yang sudah berusia akhir 30-an tahun bisa melapor jika di masa kanak-kanak dulu pernah menjadi korban kebejatan pendeta.
Vatikan sebenarnya mengumumkan data tersebut ke publik setiap tahun. Namun sebuah laporan internal baru dibuat oleh Vatikan untuk membantu otoritas Katolik sedunia itu membela diri dihadapan komite PBB pekan ini di Jenewa, Swiss. Isinya berupa kompilasi data kejahatan seksual pendeta terhadap anak-anak dari tahun ke tahun.
Tahta Suci adalah salah satu penandatangan Konvensi PBB tentang Hak Anak sehingga mereka terikat kewajiban untuk mengayomi dan melindungi anggota masyarakat yang paling rentan tersebut.
Petinggi gereja dalam dengar pendapat dengan PBB di Jenewa menghadapi pertanyaan-pertanyaan kritis seputar kenapa mereka menyembunyikan data itu dan apa yang dilakukan Gereja untuk mencegah terulangnya kasus pelecehan di masa yang akan datang.
Tim advokasi para korban mengeluhkan masih minimnya kejelasan kasus ini dari kubu Gereja. Dalam khotbah pada hari Kamis, penerus Benediktus, Paus Fransiskus menyebut skandal pelecehan sebagai “aib bagi Gereja.”
Ketika ditanyai oleh komisi HAM PBB pada hari Kamis kemarin, duta besar Vatikan untuk PBB di Jenewa uskup agung Silvano Tomasi hanya merujuk pada satu data statistik. Dia bilang 418 kasus baru kejahatan seksual pendeta terhadap anak-anak dilaporkan ke Vatikan pada tahun 2012.
Sebelum menjadi Paus Benediktus XVI, Joseph Ratzinger ketika masih menjadi kardinal telah mengambil tindakan pemecatan atas pendeta pedofil, setelah yakin bahwa para uskup di seluruh dunia tidak mengikuti kebijakan gereja dan tidak mendudukkan pendeta pedofil di kursi terdakwa pengadilan gereja.
Ketika itu para uskup malah secara rutin memindahkan pendeta pedofil dari satu paroki ke paroki lain, daripada menyerahkannya ke pengadilan gereja atau melaporkannya ke polisi.
Berdasarkan hukum gereja Katolik, hukuman paling berat bagi pendeta pelaku pedofilia hanya berupa pencopotan jabatannya, dipecat, atau dikeluarkan dari tugas kependetaan. Tidak ada hukuman penjara atau hukuman fisik lain dan tidak ada upaya gereja untuk mencegah agar pelaku tidak mengulangi perbuatan bejatnya kembali.
Meskipun sudah ketahuan banyak pendeta pelaku pedofilia yang tidak dilaporkan ke polisi, Vatikan masih bersikukuh mengatakan bahwa tidak ada proses di gereja yang menghalangi korban untuk mengadukan kasusnya ke polisi. (w-islam.com/sumber: hidayatullah/bbc)
Naskah Terkait Sebelumnya :
- Komite PBB Akan Periksa Pejabat Vatikan Atas Kekerasan Seksual Anak
- Parlemen Australia Merekomendasikan Pelecehan Seks Anak di Gereja Katolik Merupakan
- Paus Fransiskus: Tidak Ada Tuhan Katolik
- Pendeta Senior Ditangkap Terkait Skandal Bank Vatikan
- Vatikan Bentuk Komisi Perlindungan Anak dari Kejahatan Seksual di Gereja
Indeks Kabar
- Saudi Bertahap Buka Pelaksanaan Umrah, Indonesia Akan Diprioritaskan Jamaah yang Tertunda
- Pengurus Masjid Kampung Luar Batang: Jangan Jadikan Kami Warga Kelas Tiga
- Kota Oxford Cabut Gelar Kehormatan Aung San Suu Kyi, Komnas HAM Mengapresiasi
- Kelompok Islam Cina Puji Kemajuan Hak Muslim Ningxia
- Mushalla Dirobohkan Pemprov DKI, Warga Membangunnya Lagi dengan Nama “Al-Jihad”
- UBN: Kemenangan Erdogan Pengaruhi Upaya Pembebasan Palestina
- Zakir Naik Terancam tak Punya Negara
- KAHMI Desak Pemerintah Cabut Pembatasan Adzan
- KPAI: Selain Rehabilitasi, Penting Juga Cegah Aktivitas Seksual Menyimpang
- MUI: Gafatar Sesat dan Pengikutnya Keluar dari Islam
-
Indeks Terbaru
- Masjidil Haram Dinodai Ponsel dan Kamera
- Masuk Islam, Zilla Fatu Putra Umaga Pegulat WWE Ini Beberkan Alasannya yang Mengejutkan
- China Tangkapi Warga Muslim Hui yang Tolak Penghancuran Masjid
- Dari Benci Jadi Cinta Islam
- OKI Adakan Pertemuan Darurat Membahas Sudan, Militer Setuju Gencatan Senjata Seminggu
- Yusuf Masuk Islam Setelah Temukan Alquran di Stadion Old Trafford
- Pelaku Penembakan Kantor MUI Tewas, Sebelumnya Incar Ketua Umum dan Mengaku Nabi
- Viral Video Protes Suara Bising di Masjid, Kakek Australia Ini Malah Masuk Islam
- Pelaku Penembakan Kantor MUI Tewas, Sebelumnya Incar Ketua Umum dan Mengaku Nabi
- Mualaf Fano, Dulu Benci dan Caci Maki Adzan Tapi Kini Malah Merindukan Kemerduannya
Leave a Reply