Tentara AS Diberi Kebebasan Menggunakan Identitas Agama
Barangkali ini bisa menjadi cermin bagi aparat di Indonesia, yang selalu tidak tegas membuat keputusan tentang anggotanya menjalankan keyakinan agama. Hari Rabu (22/1/2014), Departemen Pertahanan AS, dikenal juga sebagai Pentagon, memberikan tentara Amerika kebebasan lebih untuk memakai sorban, kerudung, peci, dan atribut terkait agama lainnya, untuk dipakai dengan seragam mereka.
Departemen-departemen akan mengakomodasi ekspresi-ekspresi individual dari keyakinan yang dipegang (nurani, prinsip moral, atau kepercayaan agama) dari para anggota militer, kecuali hal tersebut dapat mempengaruhi kesiapan militer atau kohesi unit terkait kebijakan mengenai akomodasi religius tersebut.
Kebijakan itu terutama mempengaruhi umat Sikh, Islam, Yahudi, dan anggota kelompok-kelompok lain yang berjanggut atau memakai atribut pakaian sebagai bagian dari agama mereka. Hal ini juga mencakup penganut Wiccan dan lainnya yang mungkin memakai tato atau tindikan untuk alasan religius.
Letnan Komandan Nate Christensen, seorang juru bicara Pentagon, mengatakan, untuk pertama kalinya kebijakan Departemen Pertahanan mendorong penerimaan dalam militer terhadap janggut, rambut panjang, dan atribut pakaian yang dipakai karena alasan agama, sepanjang tidak mempengaruhi sikap dan disiplin mereka.
Seorang tentara yang ingin menumbuhkan janggut atau atribut pakaian tersebut harus meminta izin atau akomodasi dari militer. Pentagon sebelumnya hanya memberikan sedikit akomodasi untuk kebijakan seragam untuk mengizinkan umat Sikh memakai sorban.
Kelompok-kelompok advokasi khawatir kebijakan yang diperbarui ini tidak berbuat banyak dalam melindungi penganut Sikh dan lainnya dari kehendak para komandan mereka.
Amardeep Singh, seorang juru bicara bagi Koalisi Sikh, mengatakan, untuk pertama kalinya Pentagon mengindikasikan kemauannya mengakomodasi rambut yang dipanjangkan dengan alasan agama.
Melihat akomodasi agama ini harus disetujui setiap kali tentara berganti penugasan, Singh mengatakan, “Mengecewakan karena halangan bagi keyakinan Sikh masih ada.”
“Jadi seorang Sikh tidak dapat begitu saja terdaftar dalam militer AS dan tidak usah memilih antara keyakinan mereka atau pelayanan pada negara,” ujarnya, dilansir VOA, Kamis (23/1/2014).
Kopral Angkatan Darat Simranpreet Lamba, salah satu dari tiga orang penganut Sikh yang menerima izin untuk memanjangkan rambut dan memakai sorban, mengatakan kebijakan yang baru itu merupakan langkah kecil ke arah yang benar.
“Saya sangat menghargai bahwa Angkatan Darat telah melihat isu ini dan mencoba menambahkan sesuatu. Tapi pada saat yang sama hal ini tidak memberikan akomodasi bagi semua Sikh yang ingin bergabung,” ujarnya.
Lamba mengatakan, ia memerlukan waktu sembilan bulan untuk menerima izin memanjangkan rambut, janggut, dan memakai sorban. Ia tidak pernah mendapat masalah dengan akomodasi tersebut dalam masa dinasnya yang mencapai 3,5 tahun.
Ia mengatakan, dirinya memakai sorban tipis seperti bandana saat memakai helm, dan bisa memakai masker gas dengan efektif meski berjanggut, kekhawatiran umum bagi pria berjanggut dalam militer.
Ibrahim Hooper, seorang juru bicara untuk Dewan Hubungan Amerika-Islam, mengatakan menyambut baik akomodasi agama yang lebih luas dalam militer AS.
“Saya harus lihat bagaimana praktiknya. Hal ini tergantung pada komandan dan dilihat dari pengalaman sebelumnya menjadi problematik — beberapa diizinkan, yang lain tidak,” ujarnya. (sumber: hidayatullah.com/23/1/2014)
Naskah Terkait Sebelumnya :
Indeks Kabar
- LPPOM MUI: Halal Sudah Jadi Bagian Perdagangan Global
- Rapper Muslim Perbaiki Citra Islam Lewat Musik
- KPI Jatuhkan Sanksi Teguran Program "Gang Senggol" MNCTV
- Ironis, Israel Jadi Ketua Komite Urusan Hukum Perserikatan Bangsa-Bangsa
- China Menghapus Data-data Sensitif setelah Informasi Bocor terkait Kamp Penahanan Muslim Uighur
- Milisi Afrika Tengah Deklarasikan Negara Otonom Muslim
- Peringatan 100 Tahun Deklarasi Balfour Diwarnai Bentrokan
- BAZNAS Rilis Indeks Rawan Pemurtadan
- Polri: Teriakan Tauhid di Video Pengeroyokan Haringga Hoax
- Ormas Islam Tanjungbalai Minta Polisi Tegakkan Hukum Secara Adil
-
Indeks Terbaru
- Jerman Kritik Netanyahu Terkait Peta Timur Tengah tanpa Palestina
- Heboh Xi Jinping Buat Al-Quran Versi China, Seperti Apa?
- Seorang Ibu Tunaikan Nazar Jalan Kaki Lamongan – Tuban setelah Anaknya Tuntas Hafal Al-Quran
- Menemukan Kedamaian Dalam Islam
- Dahulu Anti-Islam, Politikus Belanda Ini Temukan Hidayah
- Masjid di Siprus Yunani Diserang Bom Molotov Disertai Vandalisme: Islam tidak Diterima
- 24 Jam Sebelum Meninggal, Anthony Jadi Mualaf
- Pengadilan Turki Perintahkan Tangkap Rasmus Paludan, Pembakar Al-Quran di Swedia
- Georgette Lepaulle Bersyahadat di Usia Tua
- Uni Eropa Tegaskan Pembakaran Alquran tidak Memiliki Tempat di Eropa
Leave a Reply